Senin, 14 Januari 2019

Pembagian Syafaat Dalam Al Qur’an



Fasal Kelima : Pembagian Syafaat Dalam Al Qur’an
Dalam Al Quran terdapat dua jenis syafaat yaitu :
Pertama : Syafaat Manfiyyah ( tertolak ).
Yaitu syafaat yang tertolak disebabkan tidak terpenuhi syarat-syaratnya. Diantaranya adalah syafaat orang kafir dan orang-orang musyrik. Maka seandainya seluruh penghuni langit dan bumi memintakan syafaat untuk mereka, Allah ‘Azza wa Jalla tidak akan menerima syafaatnya. Disebabkan kekafiran dan kemusyrikannya yang menyebabkan Allah ‘Azza wa Jalla tidak ridha. Kalaupun mereka berdalil dengan Rasulullah r ketika memintakan syafaat untuk pamannya Abu Thalib, maka jawabannya adalah :
• Syafaat itu merupakan kekhususan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, dan tidak diberikan kepada selain beliau.
• Bahwa syafaat itu bukan untuk membebaskan Abu Thalib dari neraka, tetapi hanya meringankan adzabnya di neraka. Bersamaan dengan itu, dia kekal di dalam neraka selama-lamanya.
Syafaat itu diterima oleh Allah mengingat jasa Abu Thalib pada permulaan dakwah Islam. Dialah yang mengasuh, menjaga dan membela Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam ketika kaum Quraisy menyerang beliau. Dan syafaat beliau hanyalah berupa keringanan adzab bukan terbebasnya dari adzab. ) Ta’tiqat ‘ala matnil ‘aqidah ath thohawiyah Syeikh Shalih Fauzan(
Untuk lebih jelasnya, secara terperinci ada beberapa golongan yang tertolak dan tidak mendapatkan syafaat disisi Allah I. Diantaranya :
1. . Mereka Yang Menyekutukan Allah ‘Azza wa Jalla
Dalam Al Quran Al-Karim terdapat banyak ayat yang dengan sangat jelas menyebut bahwa kaum musyrik, yaitu mereka yang menyekutukan Allah ‘Azza wa Jalla , tidak akan mendapat syafaat di hari kiamat. Pada saat itu semua sesembahan mereka selain Allah , tidak dapat memberikan bantuan apapun kepada mereka. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :
وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَؤُلَاءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللَّهِ قُلْ أَتُنَبِّئُونَ اللَّهَ بِمَا لَا يَعْلَمُ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ
“ Dan mereka menyembah selain Allah apa-apa yang tidak dapat mendatangkan petaka bagi mereka dan tidak pula memberikan manfaat, dan mereka berkata, “Mereka inilah yang akan memberi syafaat kepada kami di sisi Allah.” Katakanlah, “Apakah kalian memberitahu Allah sesuatu yang tidak dikenal oleh-Nya baik di langit maupun di bumi?” Mahasuci Allah dari apa-apa yang mereka persekutukan.” (Yunus : 18)
Firman Allah I :
وَلَمْ يَكُنْ لَهُمْ مِنْ شُرَكَائِهِمْ شُفَعَاءُ وَكَانُوا بِشُرَكَائِهِمْ كَافِرِينَ
“ Dan tidak ada di antara sesembahan itu yang dapat memberi syafaat kepada mereka, dan mereka mengingkari persekutuan itu.” ( Ar Rum : 13)
Firman Allah I :
وَمَا نَرَى مَعَكُمْ شُفَعَاءَكُمُ الَّذِينَ زَعَمْتُمْ أَنَّهُمْ فِيكُمْ شُرَكَاءُ لَقَدْ تَقَطَّعَ بَيْنَكُمْ وَضَلَّ عَنْكُمْ مَا كُنْتُمْ تَزْعُمُونَ
“ Dan Kami tidak melihat adanya pemberi syafaat bagi kalian dari sesembahan-sesembahan ini yang telah kalian jadikan sebagai sekutu (Allah). Sungguh telah terputuslah (hubungan) di antara kalian dan lenyaplah apa kalian dakwakan sebelum ini.” (Al An’am 94)
Firman Allah ‘Azza wa Jalla:
أَمِ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ شُفَعَاءَ قُلْ أَوَلَوْ كَانُوا لَا يَمْلِكُونَ شَيْئًا وَلَا يَعْقِلُونَ
“ Bahkan mereka memilih pemberi syafaat selain dari Allah. Katakanlah, “Apakah hal ini kalian lakukan padahal mereka tidak memiliki apapun dan tidak berakal?” (Az Zumar 43)
Firman Allah ‘Azza wa Jalla :
أَأَتَّخِذُ مِنْ دُونِهِ آَلِهَةً إِنْ يُرِدْنِ الرَّحْمَنُ بِضُرٍّ لَا تُغْنِ عَنِّي شَفَاعَتُهُمْ شَيْئًا وَلَا يُنْقِذُونِ
“ Mengapa aku mesti memilih tuhan-tuhan lain selain Dia. Jika (Allah) Yang Maha Pemurah menghendaki suatu petaka bagiku, niscaya mereka tidak akan dapat memberiku syafaat dan mereka tidak dapat menyelamatkanku.”(Yasin : 23)
Jika kita memperhatikan makna dari masing-masing ayat mengenai orang-orang kafir di atas, kita akan dapat menyimpulkan bahwa: pertama, ayat-ayat tersebut menegaskan bahwa segala hal yang mereka sekutukan dengan Allah, baik berhala maupun yang lainnya, tidak dapat memberikan syafaat untuk mereka, karena mereka harus masuk ke dalam api neraka karena kemusyrikannya. Kedua, ayat-ayat tadi juga menjelaskan bahwa kaum kafir tidak akan mendapat syafaat dari para pemberi syafaat, seperti para nabi dan orang-orang yang Allah beri keutamaan lainnya, karena kaum kafir memang tidak berhak untuk memperoleh ampunan. Dari sini jelaslah, bahwa syafaat adalah pertolongan di hari kiamat yang tidak akan didapatkan oleh mereka yang masuk dalam kategori kaum kafir dengan berbagai macam bentuknya.
2. Mereka Yang Mendustakan Hari Kebangkitan
Ayat berikut ini menceritakan bahwa orang-orang yang mendustakan hari kebangkitan serta mengingkari hari kiamat dan hari penghitungan amal tidak akan menerima syafaat. Allah‘Azza wa Jalla berfirman :
وَكُنَّا نُكَذِّبُ بِيَوْمِ الدِّينِ , حَتَّى أَتَانَا الْيَقِينُ ,فَمَا تَنْفَعُهُمْ شَفَاعَةُ الشَّافِعِينَ
“Dan kami telah mendustakan hari pembalasan hingga maut datang menjemput kami.” Maka (saat itulah) syafaat para pemberi syafaat tidak berguna lagi untuk mereka. (Al Mudatstsir 46-48)
3. Orang yang Mempermainkan Agama
Allah I dalam sebuah ayat menjelaskan tentang nasib orang-orang yang menjadikan agama sebagai sasaran olok-olok dan main-main di hari kiamat nanti. Dalam firmanNya :
وَذَرِ الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَهُمْ لَعِبًا وَلَهْوًا وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَذَكِّرْ بِهِ أَنْ تُبْسَلَ نَفْسٌ بِمَا كَسَبَتْ لَيْسَ لَهَا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيٌّ وَلَا شَفِيعٌ وَإِنْ تَعْدِلْ كُلَّ عَدْلٍ لَا يُؤْخَذْ مِنْهَا
Dan tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai permainan dan senda gurau sedangkan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia. Ingatkanlah mereka dengan Al Quran agar mereka tidak terjerumus ke dalam api neraka karena perbuatan mereka sendiri. Tidak ada pelindung dan pemberi syafaat baginya selain dari Allah. Dan jika mereka hendak menebus kesalahan dengan harga apa pun maka tebusan itu tidak akan diterima.” (Al An’am : 70)
4. Orang-orang Yang Dzalim
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :
وَأَنْذِرْهُمْ يَوْمَ الْآَزِفَةِ إِذِ الْقُلُوبُ لَدَى الْحَنَاجِرِ كَاظِمِينَ مَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ حَمِيمٍ وَلَا شَفِيعٍ يُطَاعُ
“ Peringatkanlah mereka tentang hari yang dekat itu (hari kiamat). Ketika itu, hati (menyesak) sampai di kerongkongan dengan menahan kesedihan. Orang-orang yang zalim tidak memiliki teman setia seorang pun dan tidak ada pula orang yang dapat memberi syafaat kepada mereka.(Al Ghafir 18)
6. Pengikut Syaithan
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
فَكُبْكِبُوا فِيهَا هُمْ وَالْغَاوُونَ , وَجُنُودُ إِبْلِيسَ أَجْمَعُونَ , قَالُوا وَهُمْ فِيهَا يَخْتَصِمُونَ , تَاللَّهِ إِنْ كُنَّا لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ , إِذْ نُسَوِّيكُمْ بِرَبِّ الْعَالَمِينَ , وَمَا أَضَلَّنَا إِلَّا الْمُجْرِمُونَ , فَمَا لَنَا مِنْ شَافِعِينَ , وَلَا صَدِيقٍ حَمِيمٍ
“Maka mereka (sesembahan-sesembahan) itu dijungkirkan ke dalam neraka bersama orang-orang yang sesat dan seluruh bala tentara Iblis. Mereka berkata ketika sedang bertengkar di dalam neraka, “Demi Allah, sungguh kita dahulu (di dunia) dalam kesesatan yang nyata karena kita telah mempersamakan kalian dengan Tuhan semesta alam. Tiadalah yang menyesatkan kami kecuali orang-orang yang pendosa. Kini tidak ada seorang pun yang dapat memberi syafaat kepada kami, dan kami juga tidak lagi memiliki teman yang akrab…”(Asy Syu’ara 94-101)
Dan juga firman Allah ‘Azza wa Jalla :
هَلْ يَنْظُرُونَ إِلَّا تَأْوِيلَهُ يَوْمَ يَأْتِي تَأْوِيلُهُ يَقُولُ الَّذِينَ نَسُوهُ مِنْ قَبْلُ قَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ فَهَلْ لَنَا مِنْ شُفَعَاءَ فَيَشْفَعُوا لَنَا أَوْ نُرَدُّ فَنَعْمَلَ غَيْرَ الَّذِي كُنَّا نَعْمَلُ قَدْ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ وَضَلَّ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَفْتَرُونَ
“Tiadalah mereka menunggu-nunggu kecuali (terlaksananya kebenaran) Al Quran itu. Pada hari datangnya kebenaran pemberitaan Al Quran, berkatalah orang-orang yang sebelum itu telah melupakannya, “Sesungguhnya telah datang utusan-utusan Tuhan kami dengan membawa kebenaran. Adakah pemberi syafaat bagi kami atau dapatkah kami kembali (ke dunia) sehingga kami dapat melakukan perbuatan yang lain dari apa yang pernah kami perbuat?” Sungguh mereka telah merugikan diri sendiri dan lenyaplah tuhan-tuhan yang mereka ada-adakan.”(Al A’raf : 53)
Kedua ayat suci di atas menjelaskan bahwa mereka yang melalaikan agamanya dan memilih untuk menjadi pengikut syaithan serta tenggelam ke dalam dosa, tidak akan mendapatkan syafaat di hari akhir nanti.
Kedua : Syafaat Mutsbattah (Yang Diterima)
Yaitu syafaat yang diterima karena terpenuhi syarat-syaratnya. Dan syafaat ini ada beberapa jenis, diantaranya syafaat yang sifatnya khusus untuk Rasulullah r dan syafaat yang sifatnya umum, antara beliau r dan para nabi yang lain, para malaikat, orang-orang shalih dan anak-anak kecil yang meninggal sebelum usia baligh. Mereka semua dapat memberikan syafaat disisi Allah I dengan izinNya.
Beberapa contoh dari syafaat yang sifatnya khusus untuk Rasulullah r adalah :
Pertama : Syafaatul Udzma
Yaitu syafaat Rasulullah r untuk seluruh umat manusia ketika berada di mauqif ( padang mahsyar). Ketika itu, seluruh mahluk berkumpul menunggu proses dilangsungkannya hisab amal kita di dunia, dalam keadaan yang sangat sulit dan kondisi yang sangat berdesakan, ditambah matahari didekatkan di atas kita. Manusia pada waktu itu mencari siapa saja yang bisa menolong mereka dari kesulitan tersebut. Akhirnya mereka mendatangi Nabi Adam u untuk memohon kepada Allah I supaya proses hisab disegerakan. Namun Nabi Adam u tidak mampu membantu mereka. Kemudian mereka datang ke Nabi Nuh u meminta seperti apa yang mereka minta kepada Nabi Adam u, namun jawabannya sama, Nabi Nuh tidak mampu untuk membantu manusia. Demikian seterusnya, manusia mendatangi para nabi hingga pada akhirnya mereka mendatangi Rasulullah r. Maka Rasulullah r berkata :
أَنَا لَهَا أَنَا لَهَا
“ Akulah yang berhak atas syafaat itu, akulah yang berhak atas syafaat itu.” ) Musnad Ath Thayaalisiy 2711(
Lalu Rasulullah r pergi menuju bawah ‘Arsy. Di sana beliau r bersujud dan memuji kepada Rabb I dengan puji-pujian yang tidak diilhamkan kepada beliau r semasa di dunia. Kemudian Allah I bukakan kepada Rasulullah r dari puji-pujian-Nya dan indahnya pujian atas-Nya, sesuatu yang tidak pernah dibukakan kepada seorang pun sebelum Nabi Muhammad r. Kemudian Allah I berkata kepada beliau :
ارْفَعْ رَأْسَكَ يَا مُحَمَّدُ ، وَسَلْ تُعْطَهْ ، اشْفَعْ تُشَفَّعُ
“Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu, mintalah, niscaya kau diberi, dan berilah syafaat niscaya akan dikabulkan” ) Al Bukhari no : 3340,3712,7510 ,Muslim no : 193,194(
Pada akhirnya, setelah Rasulullah r bersujud, berdo’a dan meminta izin, bertawassul dengan asma’ dan sifat Allah I serta memuji dan mengagungkanNya, Allah I mengabulkan permintaan syafaat beliau. Kemudian proses hisab segera dimulai. Maka ketika itu Allah I datang ke tempat yang akan diselenggarakan hisab seluruh mahluk, seperti dalam firmanNya :
كَلَّا إِذَا دُكَّتِ الْأَرْضُ دَكًّا دَكًّا , وَجَاءَ رَبُّكَ وَالْمَلَكُ صَفًّا صَفًّا
“Jangan (berbuat demikian). apabila bumi digoncangkan berturut-turut, dan datanglah Rabbmu sedang Malaikat berbaris-baris.”(Al Fajr 21-22)
Dan firman Allah I :
هَلْ يَنْظُرُونَ إِلَّا أَنْ يَأْتِيَهُمُ اللَّهُ فِي ظُلَلٍ مِنَ الْغَمَامِ وَالْمَلَائِكَةُ وَقُضِيَ الْأَمْرُ وَإِلَى اللَّهِ تُرْجَعُ الْأُمُورُ
“Tiada yang mereka nanti-nantikan melainkan datangnya Allah dan Malaikat (pada hari kiamat) dalam naungan awan, dan diputuskanlah perkaranya, dan hanya kepada Allah dikembalikan segala urusan.”(Al Baqarah 210)
Dalil tentang syafaatul udzma terdapat hadits yang menerangkan tentang hal itu, yaitu riwayat dari Anas bin Malik t berkata, Rasulullah r bersabda :
عَنْ أَنَسِ بن مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْمَعُ اللَّهُ النَّاسَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيَهْتَمُّونَ لِذَلِكَ فَيُلْهَمُونَ لِذَلِكَ فَيَقُولُونَ لَوْ اسْتَشْفَعْنَا عَلَى رَبِّنَا عَزَّ وَجَلَّ حَتَّى يُرِيحَنَا مِنْ مَكَانِنَا هَذَا قَالَ فَيَأْتُونَ آدَمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ فَيَقُولُونَ أَنْتَ أَبُو الْخَلْقِ خَلَقَكَ اللَّهُ بِيَدِهِ وَنَفَخَ فِيكَ مِنْ رُوحِهِ وَأَمَرَ الْمَلَائِكَةَ فَسَجَدُوا لَكَ اشْفَعْ لَنَا عِنْدَ رَبِّكَ حَتَّى يُرِيحَنَا مِنْ مَكَانِنَا هَذَا فَيَقُولُ لَسْتُ هُنَاكُمْ (وَفِي رِوَايَةٍ: لَسْتُ لَهَا) فَيَذْكُرُ خَطِيئَتَهُ الَّتِي أَصَابَهَا فَيَسْتَحِيِي رَبَّهُ مِنْهَا وَلَكِنِ ائْتُوا نُوحًا أَوَّلَ رَسُولٍ بَعَثَهُ اللَّهُ تَعَالَى قَالَ فَيَأْتُونَ نُوحًا عَلَيْهِ السَّلَامُ فَيَقُولُ لَسْتُ هُنَاكُمْ (وَفِي رِوَايَةٍ: لَسْتُ لَهَا) فَيَذْكُرُ خَطِيئَتَهُ الَّتِي أَصَابَ فَيَسْتَحِيِي رَبَّهُ مِنْهَا وَلَكِنِ ائْتُوا إِبْرَاهِيمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ الَّذِي اتَّخَذَهُ اللَّهُ خَلِيلًا فَيَأْتُونَ إِبْرَاهِيمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ فَيَقُولُ لَسْتُ هُنَاكُمْ (وَفِي رِوَايَةٍ: لَسْتُ لَهَا) وَيَذْكُرُ خَطِيئَتَهُ الَّتِي أَصَابَ فَيَسْتَحِيِي رَبَّهُ مِنْهَا وَلَكِنِ ائْتُوا مُوسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ فَيَقُولُ لَسْتُ هُنَاكُمْ (وَفِي رِوَايَةٍ: لَسْتُ لَهَا) وَيَذْكُرُ خَطِيئَتَهُ الَّتِي أَصَابَ فَيَسْتَحِيِي رَبَّهُ مِنْهَا وَلَكِنِ ائْتُوا عِيسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ رُوحَ اللَّهِ وَكَلِمَتُهُ فَيَقُولُ لَسْتُ هُنَاكُمْ (وَفِي رِوَايَةٍ: لَسْتُ لَهَا) وَلَكِنِ ائْتُوا مُحَمَّدًا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَبْدًا قَدْ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ فَيَأْتُونِي فَأَسْتَأْذِنَ عَلَى رَبِّي فَيُؤْذَنَ لِي (وَفِي رِوَايَةٍ: فَأُوتَى فَأًقُولُ أَنَا لَهَا أَنَا لَهَا فَأَنْطَلِقُ فَأَسْتَأْذِنُ عَلَى رَبِّي فَيُؤْذَنُ لِي) فَإِذَا أَنَا رَأَيْتُهُ وَقَعْتُ سَاجِدًا فَيَدَعُنِي مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَدَعَنِي فَيُقَالُ يَا مُحَمَّدُ ارْفَعْ رَأْسَكَ قُلْ تُسْمَعْ سَلْ تُعْطَهْ اشْفَعْ تُشَفَّعْ فَأَرْفَعُ رَأْسِي فَأَحْمَدُ رَبِّي بِتَحْمِيدٍ يُعَلِّمُنِيهِ رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ ثُمَّ أَشْفَعُ (وَفِي رِوَايَةٍ: فَيُؤْذَنُ لِي فَأَقُومُ بَيْنَ يَدَيْهِ فَأَحْمَدُهُ بِمَحَامِدَ لَا أَقْدِرُ عَلَيْهِ الْآنَ يُلْهِمُنِيهِ اللَّهُ ثُمَّ أَخِرُّ سَاجِدًا فَيُقَالُ لِي يَا مُحَمَّدُ ارْفَعْ رَأْسَكَ وَقُلْ يُسْمَعْ وَسَلْ تُعْطَهْ وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ فَأَقُولُ يَا رَبِّي أُمَّتِي أُمَّتِي) (وَفِي رِوَايَةٍ: فَأَرْفَعُ رَأْسِي فَأَقُولُ يَا رَبِّي عَجِّلْ عَلَى الْخَلْقِ الْحِسَابَ…). (الجماعة)
“Dari Anas bin Malik t berkata: Rasulullah r bersabda: “Allah akan mengumpulkan seluruh manusia pada hari kiamat, (maka dengan sebab dahsyatnya keadaan waktu itu), mereka merasa berat dan sedih. Kemudian mereka pun berkata: “Seandainya ada yang bisa memintakan syafaat disisi Rabb kita, supaya Allah I melepaskan kita dari (penderitaan) tempat ini?” Nabi r bersabda: “Setelah itu, mereka pun pergi menemui Nabi Adam u serta berkata: Engkau adalah bapak sekalian manusia, Allah telah menciptakanmu dengan tanganNya dan meniupkan padamu dari ruh-Nya, serta ia memerintahkan Malaikat sujud kepadamu; tolonglah mintakan syafaat kepada Rabbmu untuk kami supaya Allah I melepaskan kami dari penderitaan tempat ini”. Mendengarkan yang demikian, Nabi Adam berkata: “Aku bukanlah orang yang tepat untuk itu”, (dan pada satu riwayat, Nabi Adam berkata: “Aku bukanlah orang yang berhak untuk itu), serta ia menyebutkan dosa dan kesalahannya yang pernah dilakukan, dengan sebab itu ia merasa malu kepada Rabbnya; tetapi, kata Nabi Adam: “Pergilah kamu menemui Nabi Nuh u, Rasul yang pertama yang telah diutus oleh Allah I.” Nabi r., bersabda: “Setelah itu mereka pun pergi menemui Nabi Nuh u, maka Nabi Nuh u menjawab : ” Aku bukanlah orang yang tepat untuk itu “, (pada satu riwayat, Nabi Nuh berkata: “Aku bukanlah orang yang berhak untuk itu”), serta ia menyebut dosa dan kesalahannya yang pernah dilakukan, dengan sebab itu ia merasa malu kepada Rabbnya: Tetapi, kata Nabi Nuh, “Pergilah kamu menemui Nabi Ibrahim yang Allah telah jadikan dia sebagai khalil (kekasih) Nya.” Nabi r bersabda: “Setelah itu merekapun pergi menemui Nabi Ibrahim u, maka Nabi Ibrahim menjawab dengan katanya: ” Aku bukanlah orang yang tepat untuk itu, (dan pada satu riwayat: Nabi Ibrahim berkata: “Aku bukanlah orang yang berhak untuk itu”), kemudian ia menyebut dosa dan kesalahannya yang pernah dilakukan, dengan sebab itu ia merasa malu kepada Rabbnya; Tetapi, kata Nabi Ibrahim: “Pergilah kamu menemui Nabi Musa u, yang Allah berbicara dengannya serta memberikannya kitab Taurat. ” Nabi r bersabda: “Setelah itu mereka pun pergi menemui Nabi Musa u, maka Nabi Musa menjawab dengan katanya: ” Aku bukanlah orang yang tepat untuk itu, (dan pada satu riwayat: Nabi Musa berkata: Aku bukanlah orang yang berhak untuk itu, serta ia menyebutkan dosa dan kesalahan yang pernah dilakukan, dengan sebab itu ia merasa malu kepada Rabbnya, Tetapi Musa u berkata: “Pergilah kamu menemui Nabi Isa u, Ruh Allah dan kalimatNya.” Nabi r bersabda: “Setelah itu mereka pun pergi menemui Nabi Isa u, maka Nabi Isa u menjawab: ” Aku bukanlah orang yang tepat untuk itu “, (dan pada satu riwayat: Nabi Isa berkata: “Aku bukanlah orang yang berhak untuk itu”), Tetapi kata Nabi Isa, “Pergilah kamu menemui Nabi Muhammad r , seorang hamba Allah yang telah diampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan yang akan datang.” Anas t berkata, Rasulullah r bersabda: “Setelah itu mereka pun datang menemuiku, aku pun memohon izin mengadap Rabbku, lalu diizinkan”; (dan pada satu riwayat: Rasulullah r bersabda: “Setelah itu mereka datang menemuiku, aku pun berkata: “Akulah orang yang berhak untuk itu, akulah orang yang berhak untuk itu” maka aku pun pergi serta memohon izin mengadap Rabbku, lalu diizinkan), maka tatkala aku mengadap-Nya, aku merebahkan diri sujud, lalu dibiarkan-Nya aku sujud seberapa lama yang Allah kehendaki, kemudian diserukan kepadaku: Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu, mintalah, niscaya kau diberi, dan berilah syafaat niscaya akan dikabulkan, maka aku pun mengangkat kepalaku serta memuji Rabbku dengan Puji-pujian yang Allah I ajarkan kepadaku; kemudian aku sampaikan syafaatku;” (dan pada satu riwayat: Rasulullah r bersabda: “Lalu diizinkan aku mengadapNya, maka aku pun berdiri mengadapNya serta memujiNya dengan puji-pujian yang aku belum bisa mengucapkannya saat ini (di dunia), yang Allah I akan mengilhamkannya kepadaku, kemudian aku tersungkur sujud kepadaNya hingga terdengar seruan: ” Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu, mintalah, niscaya kau diberi, dan berilah syafaat niscaya akan dikabulkan; Maka aku pun memohon dengan berkata: “Wahai Rabbku, umatku umatku. (dan pada riwayat lain beliau r bersabda: “Maka aku pun mengangkat kepalaku serta memohon dengan berkata: “Wahai Rabbku! Segerakanlah hisab para makhluk ini. ) Riwayat Al Jama’ah(
Kedua : Syafaat Rasulullah r Untuk Ahli Surga Untuk Memasuki Surga
Mereka yang Allah I beri rahmat untuk jadi penduduk surga masih membutuhkan syafaat dari Rasulullah r agar bisa memasukinya. Sebab pintu surga diperintah untuk dibuka pertama kali untuk Rasulullah r. Beliaulah yang pertama kali masuk ke dalam surga kemudian diikuti oleh umat beliau r , sebelum umat-umat dari para nabi sebelumnya. Seperti yang dijelaskan dalam riwayat Anas bin Malik t bahwa Rasulullah r bersabda :
آتِي بَابَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَأَسْتَفْتِحُ فَيَقُولُ الْخَازِنُ مَنْ أَنْتَ قَالَ فَأَقُولُ مُحَمَّدٌ قَالَ يَقُولُ بِكَ أُمِرْتُ أَنْ لَا أَفْتَحَ لِأَحَدٍ قَبْلَكَ
“Aku mendatangi pintu surga pada hari kiamat, lalu aku meminta untuk dibukakan pintu surga. Maka penjaga surga berkata :” Siapa kamu?”, maka aku menjawab :” Aku Muhammad.”, lalu dia berkata :” Karenamu aku diperintahkan bahwa aku tidak membuka pintu surga untuk seorangpun sebelum kamu.” ) Imam Muslim No : 197(
Ketiga : Syafaat Bagi Penduduk Surga Agar Allah I Mengangkat Derajatnya Di Surga.
Syafaat ini juga merupakan kekhususan Rasulullah r bagi penghuni surga, yang beliau meminta kepada Allah I agar Allah I mengangkat derajatnya di surga. Seperti yang terdapat dalam riwayat Ummu Salamah z :
عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ دَخَلَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَلَى أَبِى سَلَمَةَ وَقَدْ شَقَّ بَصَرُهُ فَأَغْمَضَهُ ثُمَّ قَالَ « إِنَّ الرُّوحَ إِذَا قُبِضَ تَبِعَهُ الْبَصَرُ ». فَضَجَّ نَاسٌ مِنْ أَهْلِهِ فَقَالَ « لاَ تَدْعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ إِلاَّ بِخَيْرٍ فَإِنَّ الْمَلاَئِكَةَ يُؤَمِّنُونَ عَلَى مَا تَقُولُونَ ». ثُمَّ قَالَ « اللَّهُمَّ اغْفِرْ لأَبِى سَلَمَةَ وَارْفَعْ دَرَجَتَهُ فِى الْمَهْدِيِّينَ وَاخْلُفْهُ فِى عَقِبِهِ فِى الْغَابِرِينَ وَاغْفِرْ لَنَا وَلَهُ يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ وَافْسَحْ لَهُ فِى قَبْرِهِ. وَنَوِّرْ لَهُ فِيهِ
“Dari Ummu Salamah z menceritakan :” Rasulullah masuk menemui Abu Salamah yang sudah meninggal dalam keadaan matanya terbelalak, kemudian Rasulullah r memejamkannya lalu bersabda ;’ Sesungguhnya ruh itu ketika dicabut matanya mengikutinya.” Lalu kerabatnya mulai bicara macam-macam, maka Rasulullah r bersabda :” Janganlah kalian menyeru pada diri-diri kalian kecuali kebaikan, karena sesungguhnya malaikat mengaminkan apa yang kalian katakan.”, kemudian beliau bersabda ;” Ya Allah, ampunilah Abu Salamah dan angkatlah derajatnya di surga, dan gantilah keturunannya yang masih tersisa dari orang-orang yang baik, ampunilah kami dan dia wahai Rabb semesta alam, luaskanlah kuburnya dan terangilah kuburnya.” ) Imam Muslim 2169(
Keempat : Syafaat Rasulullah r Untuk Pamannya Abu Thalib
Syafaat ini khusus bagi Rasulullah r untuk pamannya Abu Thalib yang semasa hidupnya berperan serta membantu dan melindungi Rasulullah r dari gangguan kaum Quraisy. Sehingga Allah berkenan memberikan syafaat untuknya dengan meringankan adzabnya di neraka, yaitu diadzab hanya sebatas mata kakinya namun menyebabkan otaknya mendidih. Para penghuni neraka beranggapan itu adalah adzab yang paling pedih di neraka, padahal itu justru adzab yang paling ringan di dalamnya. Seperti dalam riwayat Abu Sa’id Al Khudri t berkata ketika diceritakan tentang Abu Thalib, Rasulullah r bersabda :
لَعَلَّهُ تَنْفَعُهُ شَفَاعَتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيُجْعَلُ فِى ضَحْضَاحٍ مِنْ نَارٍ يَبْلُغُ كَعْبَيْهِ يَغْلِى مِنْهُ دِمَاغُهُ
“ Semoga syafaatku berguna baginya di hari kiamat, maka dia diadzab di neraka paling atas, dia di adzab hanya sebatas mata kakinya hingga otaknya mendidih.” ) Imam Muslim : 535(
Dalam riwayat lain disebutkan ketika Rasulullah r ditanya tentang syafaat beliau apakah bermanfa’at untuk Abu Thalib, maka Rasulullah r bersabda :
نَعَمْ هُوَ فِى ضَحْضَاحٍ مِنْ نَارٍ وَلَوْلاَ أَنَا لَكَانَ فِى الدَّرْكِ الأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ
“Iya (bermanfa’at), sehingga dia hanya berada di neraka bagian paling atas, yang seandainya tidak karena syafaatku maka dia berada di neraka paling bawah.” ) Imam Muslim : 531(
Kelima : Syafaat Untuk Pelaku Dosa Besar Dari Kalangan Mukmin
Syafaat ini sifatnya umum, antara Rasulullah r , para nabi, malaikat, orang-orang shalih dan selainnya, mampu memintakan syafaat jenis ini , yaitu syafaat untuk pelaku dosa besar dari kalangan mukmin yang mereka berhak masuk neraka untuk tidak jadi dimasukkan ke dalam neraka dan syafaat bagi mereka yang sudah masuk neraka untuk dikeluarkan darinya. Seperti dalam riwayat Abu Sa’id Al Khudri t, Rasulullah r bersabda :
يُدْخِلُ اللَّهُ أَهْلَ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ يُدْخِلُ مَنْ يَشَاءُ بِرَحْمَتَهِ وَيُدْخِلُ أَهْلَ النَّارِ النَّارَ ثُمَّ يَقُولُ انْظُرُوا مَنْ وَجَدْتُمْ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ مِنْ إِيمَانٍ فَأَخْرِجُوهُ. فَيُخْرَجُونَ مِنْهَا حُمَمًا قَدِ امْتَحَشُوا. فَيُلْقَوْنَ فِى نَهْرِ الْحَيَاةِ أَوِ الْحَيَا فَيَنْبُتُونَ فِيهِ كَمَا تَنْبُتُ الْحَبَّةُ إِلَى جَانِبِ السَّيْلِ أَلَمْ تَرَوْهَا كَيْفَ تَخْرُجُ صَفْرَاءَ مُلْتَوِيَةً
“ Allah I memasukkan ahli surga kedalam surga, Allah I memasukkan ke surga siapa saja yang AllahI kehendaki dengan rahmatNya. Dan Allah I memasukkan ahli neraka ke dalam neraka, kemudian berfirman :” Lihatlah, siapa saja yang kalian dapati mereka yang didalam hatinya ada iman meski sebesar biji sawi maka keluarkan dia dari neraka. Maka dikeluarkan dari neraka sekelompok orang yang sudah dalam keadaan hangus menjadi arang, lalu dicelupkankan disungai hayah (kehidupan), maka jadilah mereka tumbuh seperti biji yang tumbuh di pinggir sungai, yang bukankah engkau melihat bagaimana dia tumbuh dengan warna kuning dan mekar.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar