Senin, 14 Januari 2019

isim ghoru munshorif "penjelasan"





BAB II
PEMBAHASAN
Sebelum kami membahas isim ghoiru munshorif kami akan memaparkan tiga pembagian  isim ditinjau dari kemunshorifanya ,yaitu:[1]
متمكّن امكن 1
Yaitu setiap isim yang tidak memiliki keserupaan dengan kalimah huruf dan tidak memiliki keserupaan dengan kalimah fiil. Isim tersebut dihukumi mu’rob jika tidak ada pencegah tanwin seperti ال dan idhofah. Seperti contoh  زيدٌyang menjadi nama seorang laki-laki.
غيرمتمكّن غير امكن 2
Yaitu setiap isim yang memiliki keserupaan dengan kalimah huruf didalam wadh’i ,makna, niyabah dan iftiqor.[2] isim tersebut dihukumi mabni seperti contoh ta’nya lafadzضربتُ .
متمكّن غير امكن 3
Yaitu setiap isim yang memiliki keserupan dengan kalimah fiil dari segi sama-sama menempat-nempati dua ilat, ilat yang kembali pada lafadz dan yang yang kembali pada makna. Isim tersebut tercegah dari tanwin, oleh ulama nahwu isim tersebut dinamakan isim ghoiru munshorif.
Hukum asli kalimah yang tercegah dari tawin adalah kalimah fiil, karena fiil memiliki dua ilat far’iyah, yang satu kembali pada lafadz dan yang satunya lagi kembali pada makna. Yang kembali kepada lafadz karena fiil itu mustaq dari masdar, sedang lafadz yang mustaq (lafadz yang dicetak) itu cabang dari mustaq minhu( lafadz yang mencetak ). Sedang ilat yang kembali kepada makna dikarenakan fiil itu membutuhkan pada fail, sedang butuh kepada lafadz lain itu cabang dari tidak membutuhkan. Karena memiliki dua ilat far’iyah itulah fiil tercegah dari tanwin dan jar yang tanda asalnya kasroh. Kemudian jika ada kalimat isim memiliki dua ilat far’iyah atau satu ilat far’iyah yang menempati dua ilat, maka kalimat isim tersebut serupa dengan fiil sehingga tercegah dari tanwin dan jer dan isim tersebut dinamakan isim ghoiru munshorif.
A.    Pengertian Isim Ghoiru Munshorif
Isim ghoiru munshorif secara bahasa berarti isim yang tidak bisa menima tanwin shorfi. Menurut ulama nahwu tanwin shorfi adalah tanwin tamkin. Menurut syarah ibnu aqil tanwin tamkin adalah tanwin yang bertemu dengan isim mu’rob yang munshorif yang berfaedah menunjukan ringanya isim (karena isim hanya menunjukan pada makna tanpa disertai zaman) dan berfaedah menunjukan kalimah isim tersebut menetapi pada keisimanya (karena tidak serupa dengan kalimah huruf yang dimabnikann tidak serupa dengan fiil yang dicegah dari tanwin).
Secara istilah isim ghoiru munshorif adalah:
ما فيه علتان من العلل او واحدة منها تقوم مقامهما سمي به لامتناع دخول الصرف عليه[3]
Isim ghoiru munshorif adalah isim yang mempunyai dua ilat atau satu ilat yang menempati dua ilat . karena isim ghoiru munshorif memiliki keserupaan dengan kalimah fiil dari segi sama-sama memiliki dua ilat far’iyah , yang satu kembali pada lafadz dan yang lain kembali pada makna.
B.     Ilat Far’iyah
Ilat far’iyah yang bisa menyebabkan tercegah dari tanwin(shorfi) ada 9,yaitu: wazan fiil, udul, ta’nis, tarkib mazji, ziyadah alif nun, ajamiyah, sighot muntahal jumu’, alamiyah dan washfiyah. Oleh Bahauddin bin nuhas dikumpulkan dalam sebuah syair:[4]
اجمع وزن عدلا أنث بمعرفة  ≡≡  ركب وزد عجمة فالصف قد كمللا
العلل امّا تمنع من الصرف بنفسها وهي[5]
دلالة الجمع راجعة الى المعنى فرع عن دلالة الافراد
لقيامها مقام العلتين وهما
صيغة منتهى الجموع
كون الجمع لا نظير له في الاحادى. راجعة الى الفظ فرع عن كون الجمع له نظير
دلالة التأنيث راجعة الى المعنى فرع عن دلالة التذكير
لقيامها مقام العلتين وهما
التأنيث بالالف
لزوم التأنيث راجعة الى الفظ فرع عن عروض التأنيث
1.      WAZAN FIIL
Wazan fiil adalah setiap kalimah isim yang mengikuti wazan yang khusus fiil . seperti فَعَّلَ atau فُعِلَ  atau انفعل dan sesamanya dari setiap lafadz yang dimulai dengan hamzah wasol atau setiap lafadz yang awalnya terdapat huruf tambahan (ziyadah) seperti ziyadah fiil أَفْعُلُ , نَفْعُلُ[6] تَفْعُلُ , يَفْعُلُ ,
Contoh wazan fiil bersama alamiah
1)      أَحْمَدُ   nama orang
2)      يَزِيْدُ    nama orang
3)      تَغْلِبَ   nama suatu qabilah
4)      نَرْحَسُ  nama tumbuhan
5)      سَمَّرَ    nama kudanya hajjaj bin yusuf
Lafadz-lafadz diatas tercegah dari tanwin (ghoiru munshorif) karena memiliki dua ilat far’iyah, yang kembali pada lafadz berupa wazan fiil, wazan fiil itu cabang dari wazan isim, karena fiil dicetak dari isim masdar, sedang ilat yang kembali pada makna berupa alamiah(dijadikan nama) , sedang alamiah yang dilalahnya ma’rifat itu cabang dari nakiroh yang dilalahnya umum, sesuatu itu pada asalnya tidak maklum kemudian dijadikan maklum.[7]
Contoh wazan fiil bersama washfiah
1)      اَصْفَرُ yang muannastnya   صفراء
2)      اَحْمَرُ  yang muannastnya حمراء
Lafadz tersebut memiliki dua ilat far’iyah, yang kembali pada lafadz berupa wazan fiil, yang kembali pada makna berupa wasfiah, sedang sifat itu cabang dari perkara yang disifati (mushuf).
2.      UDUL
قوله ومنع عدل) وهو خروج الاسم عن صيغته الاصلية)
Udul adalah keluarnya kalimah isim dari bentuk shigot aslinya.[8]
Udul ada 2
1)      Udul Haqiqi
Yaitu isim yang mengikuti wazan فُعاَلُ dan  مَفْعَلُ, yang digunakan untuk hitungan satu sampai dengan sepuluh . dua wazan tersebut digunakan untuk memindah dari lafadz-lafadz hitungan (adad) yang asli yang diulangi .
2)      Udul Tadiri
Yaitu nama yang mengikuti wazan فْعَلُ ,yang merupakan pindahan dariفَاعِلdalam taqdirnya.
            Contoh udul bersama alamiah
1)      زُحَلُ  perpindahan dari زاحل
2)      زُفَرُ   perpindahan dari زافر
3)      عُمَرُ  perpindahan dari عامر
Contoh udul bersama wasfiah
1)       أُحَادُ, مَوْحَدُ perpindahan dari واحدوحد
2)      ثُنَاءُ , مَثْنَى  perpindahan dari اثنين اثنين
3)      ثُلَاثُ , مَثْلَثُ  perpindahan dari ثلاثة ثلاثة
Lafadz-lafadz tersebut memiliki dua ilat far’iyah, yang kembali pada lafadz berupa udul, udul itu cabang dari laadz yang dipindahi (ma’dul anhu), sedang yang kembali pada ma’na berupa alamiah, yang dilalahnya ma’lum, cabang dari tidak ma’lum, atau berupa sifat cabang dari maushuf.
3.      TAKNIS
Taknis terbagi menjadi 3, yaitu :
a)      Taknis Menggunakan ta’
Taknis yang menggunakan ha’ tercegah dari tanwin (ghoiru munshorif) secara mutlak, baik untuk isim alam mudzakar ataupun muannast yang hurufnya lebih dari 3 huruf ataupun kurang.[9]
Contoh ta’nis menggunakan ta’ bersama alamiah
1)      فَاطِمة
2)      طلحة
3)      ثبة
4)      قلة
b)      Taknis maknawi
Taknis maknawi termasuk isim ghoiru munshorif jika hurufnya lebih dari tiga, atau tiga huruf yang tengah berharokat(bukan sukun) seperti سَقَرُ
Jika tiga huruf dan yang tengah mati(sukun) , maka terdapat dua pendapat , yaituMunshorif dan ghoiru munshorif. Contoh :    هِنْدٌ , دَعْدٌ
Jika dua huruf, menurut qoul arjah ghoiru munshorif . contoh: يَدُ
c)      Taknis menggunakan alif
Syekh Muhamad bin abdullah bin malik mengatakan dalam alfiahnya, bahwa alif taknis yang menempati dua ilat tercegah dari tanwin (ghoiru munshorif) secara mutlak, baik alif mamdudah ataupun alif taknis maqsuroh dan bagaimanapun keadaanya, baik nakiroh, ma’rifat(alam), mufrod ataupun jamak.
Contohalif taknis mamdudah :   صَحْرَاء , حَمْرَاء , أشْياء , زَكَرِيا
Contoh alif taknis maqsuroh :  حُبْلى , مَرْضَىذِكْرَى
Semua lafadz tersebut diatas tercegah dari tanwin(ghoiru munshorif), karena memiliki dua ilat far’iyah, ilat yang kembali pada lafadz taknis , sedang taknis (perempuan) itu cabangan dari tazkir (laki-laki), karena setiap lafadz dicetah untuk haqiqotnya , sedang haqiqotnya lafadz itu untuk laki-laki jika tidak ada huruf tambahan dan bisa menunjukan perempuan jika diberi tambahan alamat taknis, sedang ilat yang kembali pada makna berupa alamiah yang dilalahnya maklum merupakan  cabang dari tidak maklum.
4.      TARKIB MAZJI
Tarkib mazji adalah gabungan dari dua nama yang yang membentuk suatu kesatuan nama, yang bukan tarkib idhofi, tarkib isnadi, dan tarkib isnadi. Tarkib mazji yang ghoiru munsorif adalah yang diakhiri selain lafadh waih . adapun yang di akhiri dengan waih maka mabnikasr .[10]
Seperti contohبعلبك ,معدكرب, بعلبك  lafadh ini ghoiru munshorif karena memiliki dua ilat far’iyah, yang kembali pada lafadh berupa tarkib . sedang tarkib itu cabang dari mufrod, ilat yang kembali kepada makna berupa alamiyah yang dilalahnya maklum, cabang dari tidak maklum.
5.      ZIYADAH ALIF DAN NUN
Yaitu tambahan alif dan nun bersamaan dengan alamiyah atau wasfiyah dengan syarat jika dimuanastkan tidak diberi tambahan ta’ .
Contoh :
Alamiah : عمران , عثمان
Wasfiyah : سكرانyang muannastnya سكرى
            عطشانyang muannasnya عطشى
            Lafadh-lafadh tersebut tercegah dari tanwin karena memiliki dua ilat far’iyah, yang kembali pada lafadh berupa ziyadah(tambahan), cabang dari mazid alaih, sedang ilat yang kembali pada makna berupa alamiah atau wasfiah.
6.      AJAMIYAH
Yaitu kalimah yang dicetak ‘ajam(bukan Arab).
Kalimah ajam bisa tercegah dari menerima tanwin dengan dua syarat :[11]
·         Merupakan alam(nama) dalam bahsa ajamnya
·         Lebih dari 3 huruf
Contoh ابراهيم , اسحاقاسماعيل  يعقوب,
            Nama-nama nabi semua ajamiyah kecuali 4 nama, sebagaimana yang disyairkan sebagian ulama’:[12]
هود شعيب صالح محمّد ≡أوضاعها في العجم ليست توجد
رضوان مالك نكير منكر≡ أمثالها في حكم ما قد ذكروا
            Tetapi nama Ridwan tercegah dari tanwin karena mempunyai ilat alamiah dan ziyadah alif nun.
            Jika terdiri dari 3 huruf maka bisa ditanwin, seperti نوح , لوط .
            Lafadh-lafadh tersebut termasuk isim ghoiru munshorif karena memiliki dua ilat far’iyah, yang kembali pada lafadh berupa ajamiyah, sedang ajamiyah itu cabang dari arabiyah, karena hak-hak tiap bahasa itu tidak dicampuri bahasa lain, sedang ilat yang kembali pada makna berupa alamiyah .[13]
7.      SHIGHOT MUNTAHAL JUMU
Yaitu : setiap isim yang setelah alif taksir terdapat dua huruf atau tiga huruf yang tengah mati, baik awalnya berupa mim ataupun tidak.[14]
Shighot tersebut dinamakan shighot muntahal jumu karena tidak mungkin dijamakan taksir lagi. Ada Qoyyid dengan taksir karena memungkinkan untuk dijamakan secara salim, baik mudzakar salim ataupun muannast salim, seperti contoh صواحب yang boleh dijamakan dengan. صواحبات[15]
Contohمساجد , صوامع , مصابح , قنادل ,
Shighot muntahal jumu tercegah dari tanwin karena memiliki satu ilat yang menempati dua ilat, yang kembali pada makna berupa jama, cabang dari makna mufrod, sedang yang kembali kepada lafadh karena didalam bentunya  الجمع  اقصىcabang dari shighot mufrod .
8.      ‘ALAMIYAH
Yang dimaksud adalah lafadh yang dijadikan nama, karena dilalahnya maklum, cabang dari tidak maklum, karena perkara itu pada asalnya dicetak tidak tertentu kemudian ditentukan, alamiyah bisa tercegah dari tanwin jika bersamaan dengan ilat yang kembali kepada lafadh yaitu: wazan fiil, udul, ziyadah alif nun, ajamiyah, tarkib mazji, dan taknis .
9.      WASFIAH
Wasfiah atau sifat merupakan ilat far’iyah yang kembali makna, karena sifat itu cabang dari maushuf (perkara yang dishifati). alamiyah bisa tercegah dari tanwin jika bersamaan dengan ilat yang kembali kepada lafadh yaitu: wazan fiil, udul, ziyadah dan alif nun. Sifat jika bersamaan dengan ziadah alif nun disyaratkan harus mengikuti wazanفعلانyang muannastnya  فعلى dan jika bersamaan dengan wazan fiil disyaratkan mengikuti wazanافعل  yang muannastnya tidak menggunakan ta’ .



BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Isim ghoiru munshorif adalah isim yang mempunyai dua ilat atau satu ilat yang menempati dua ilat . karena isim ghoiru munshorif memiliki keserupaan dengan kalimah fiil dari segi sama-sama memiliki dua ilat far’iyah , yang satu kembali pada lafadz dan yang lain kembali pada makna.
Ilat far’iyah yang bisa menyebabkan tercegah dari tanwin(shorfi) ada 9,yaitu: wazan fiil, udul, ta’nis, tarkib mazji, ziyadah alif nun, ajamiyah, sighot muntahal jumu’, alamiyah dan washfiyah. Oleh Bahauddin bin nuhas dikumpulkan dalam sebuah syair:
اجمع وزن عدلا أنث بمعرفة  ≡≡  ركب وزد عجمة فالصف قد كمللا








Daftar Pusaka
Syarah ibnu aqil
Hasiyah Tasywiqul kholan
Syarah asymawi
Terjemah wustho alfiah
Syarah fathul rabbul bariyyah
Syarah kawakibud durriyah
Mu’jamul mufassol fil i’rob
Syarah bahjatul murdhiyyah


[1] Tasywiqul kholan.alharomain,hal.77
[2] Alfiah ibnu malik. Alharomain, hal.6
[3] Bahjatul murdhiyah ala syarhi alfiyah:alharomain ,hal149
[4] Tasywiqul kholan. Alharomain, hal.77
[5] Terjemah wustho alfiah ibnu malik. Alhidayah, hal.311
[6] Tasywiqul kholan . alharomain : hal 78-79
[7] ibid
[8] Bahjatul murdhiyah ala syarhi alfiyah:alharomain ,hal:150
[9] Syarah ibnu aqil. Alharomain, hal: 152
[10] Fathul rabbul bariyyah . alhidayah. Hal: 18
[11] Syarah ibnu aqil. Alharomain .hal:152
[12] Fathul rabbul bariyyah. Alharomain. Hal:18
[13] Taswiqul khollan . alharomain.hal: 79
[14] Syarah ibnu aqil. Alharomain.hal:151
[15] Fathul rabbul bariyyah . alharomain: 18

Tidak ada komentar:

Posting Komentar