Ushul Fiqih didefinisikan dengan 2 tinjauan:
الأول: باعتبار مفردَيهِ؛ أي: باعتبار كلمة أصول، وكلمة فقه.
Pertama: ditinjau dari mufrodat ( kosa katanya ) terdiri dari dua mufrodat : yaitu kata usul dan kata fiqh
فالأصول: جمع أصل، وهو ما يبنى عليه غيره، ومن ذلك أصل الجدار وهو أساسه، وأصل الشجرة الذي يتفرع منه أغصانها قال الله تعالى: )أَلَمْ
تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلاً كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ
طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ) (إبراهيم:24) .
Maka kata usul الاصول adalah jamak dari kata aslun أصل dan dia itu maknanya : apa-apa yang
dibangun di atasnya yang selainnya, dan diantaranya adalah 'pokoknya
tembok dan dia itu adalah pondasinya, dan pokoknya pohon yang bercabang
darinya ranting-rantingnya, sebagaiamana firman Allah Y:
)أَلَمْ
تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلاً كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ
طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ) (إبراهيم:24)
24. Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah Y
Telah membuat perumpamaan kalimat yang baik[1] seperti pohon yang baik,
akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit ( QS ibrahim : 24 )
___________________________________________________
[1] termasuk
dalam Kalimat yang baik ialah kalimat tauhid, segala Ucapan yang
menyeru kepada kebajikan dan mencegah dari kemungkaran serta perbuatan
yang baik. kalimat tauhid seperti Laa ilaa ha illallaah.
والفقه لغة: الفهم، ومنه قوله تعالى: )وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي * يَفْقَهُوا قَوْلِي) (طـه:27 -28)
Dan fiqh secara bahasa adalah : pemahaman sebagaimana firman Allah Y : 27. Dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku,28. Supaya mereka mengerti perkataanku, ( QS thohaa: 27-28 )
واصطلاحاً: معرفة الأحكام الشرعية العملية بأدلتها التفصيلية.
Makrifatul ahkaamis syar'iyyatil 'amaliyyahi bil adilatihaa at tafsiliyyah.
Adapun
makna secara istilah syar'ii adalah "Mengetahui hukum-hukum syar'i yang
bersifat amaliyyah dengan dalil dalilnya yang terperinci."
فالمراد بقولنا: (معرفة) ؛ العلم والظن؛ لأن إدراك الأحكام الفقهية قد يكون يقينيًّا، وقد يكون ظنيًّا، كما في كثير من مسائل الفقه.
Adapun maksud perkataan kami ( ma'rifah / mengetahui )
adalah ilmu dan persangkaan Karena mengetahui hukum-hukum fiqih
terkadang bersifat yakin dan terkadang bersifat persangkaan, sebagaimana
banyak dalam masalah-masalah fiqih.
والمراد
بقولنا: (الأحكام الشرعية) ؛ الأحكام المتلقاة من الشرع؛ كالوجوب
والتحريم، فخرج به الأحكام العقلية؛ كمعرفة أن الكل أكبر من الجزء والأحكام
العادية؛ كمعرفة نزول الطل في الليلة الشاتية إذا كان الجو صحواً.
Adapun
maksud dari perkataan kami ( ahkamus syar'iyyah / hukum-hukum syari'at )
adalah : hukum-hukum yang diambil dan berhubungan dengan syari'at,
seperti wajib dan haram, maka keluar darinya (yakni Hukum-hukum syar'i)
hukum-hukum akal; seperti mengetahui bahwa keseluruhan lebih besar
daripada sebagian; dan hukum-hukum adat (kebiasaan); seperti mengetahui
turunnya embun di malam yang dingin jika cuaca cerah.
والمراد
بقولنا: (العملية) ؛ ما لا يتعلق بالاعتقاد؛ كالصلاة والزكاة، فخرج به ما
يتعلق بالاعتقاد؛ كتوحيد الله ومعرفة أسمائه وصفاته، فلا يسمّى ذلك فقهاً
في الاصطلاح.
Adapun
maksud dari perkataan kami ( al amaliyah ) adalah : apa-apa yang tidak
berhubungan dengan aqidah, seperti sholat dan zakat. Maka tidak termasuk
darinya (Amaliah) apa-apa yang berhubungan dengan aqidah; seperti
mentauhidkan Allah Y , dan mengenal nama-nama dan sifat-Nya; maka yang demikian tidak dinamakan Fiqih secara istilah.
والمراد
بقولنا: (بأدلتها التفصيلية) ؛ أدلة الفقه المقرونة بمسائل الفقه
التفصيلية؛ فخرج به أصول الفقه؛ لأن البحث فيه إنما يكون في أدلة الفقه
الإجمالية.
Adapun
maksud dari perkataan kami ( bil adilatil tafsiliyyah / dengan
dalil-dalil yan terperinci ) adalah : dalil-dalil fiqh yang berhubungan
dengan masalah-masalah fiqh yang terperinci, maka tidak termasuk di
dalamnya ilmu Ushul Fiqih karena pembahasan di dalamnya hanyalah
mengenai dalil-dalil fiqih yang umum.
الثاني: باعتبار كونه؛ لقباً لهذا الفن المعين، فيعرف بأنه: علم يبحث عن أدلة الفقه الإجمالية وكيفية الاستفادة منها وحال المستفيد.
Kedua : dari tinjauan keberadaannya sebagai julukan pada bidang tertentu, maka Ushul Fiqih didefinisikan dengan : "Ilmu
yang membahas dalil-dalil fiqih yang umum dan cara mengambil faidah
darinya dan kondisi al mustafid ( orang yang mengambil faidah darinya )
فالمراد
بقولنا: (الإجمالية) ؛ القواعد العامة مثل قولهم: الأمر للوجوب والنهي
للتحريم والصحة تقتضي النفوذ، فخرج به الأدلة التفصيلية فلا تذكر في أصول
الفقه إلا على سبيل التمثيل للقاعدة.
Dan
maksud dari perkataan kami ( al ijmaliyyah / umum ) adalah :
kaidah-kaidah secara umum seperti perkataan : "perintah menunjukkan
hukum wajib", "larangan menunjukkan hukum haram", "sah-nya suatu amal
menunjukkan amal tersebut telah terlaksana (yakni, ia tidak dituntut
untuk mengulangi, pent)". Maka tidak termasuk dari "yang umum":
dalil-dalil yang terperinci. Dalil-dalil terperinci tersebut tidaklah
disebutkan dalam ilmu Ushul Fiqih kecuali sebagai contoh (dalam
penerapan) suatu kaidah.
والمراد
بقولنا: (وكيفية الاستفادة منها) ؛ معرفة كيف يستفيد الأحكام من أدلتها
بدراسة أحكام الألفاظ ودلالاتها من عموم وخصوص وإطلاق وتقييد وناسخ ومنسوخ
وغير ذلك، فإنَّه بإدراكه يستفيد من أدلة الفقه أحكامها.
Adapun maksud dari ucapan kami (
kaifiyatul istifadah minha / bagaimana cara mengambil faedah darinya)
adalah : mengetahui bagaimana mengambil faidah hukum dari dalil-dalilnya
dengan mempelajari hukum-hukum lafadz dan penunjukkannya seperti umum,
khusus, muthlaq, muqoyyad, nasikh, mansukh, dan lain-lain. Maka dengan
menguasainya (yakni cara mengambil faidah dari dalil-dalil umum)
seseorang bisa mengambil faidah hukum dari dalil-dalil fiqh
والمراد
بقولنا: (وحال المستفيد) ؛ معرفة حال المستفيد وهو المجتهد، سمي مستفيداً؛
لأنه يستفيد بنفسه الأحكام من أدلتها لبلوغه مرتبة الاجتهاد، فمعرفة
المجتهد وشروط الاجتهاد وحكمه ونحو ذلك يبحث في أصول الفقه
Adapun
maksud dari perkataan kami ( wa haalul mustafid / dan keadaan orang
yang mengambil faedah ) adalah :orany yang mengambil faidah disebut mujtahid. Dinamakan orang yang mengambil faidah karena ia dengan sendirinya dapat
mengambil faidah hukum dari dalil-dalilnya karena ia telah mencapai
derajat ijtihad. Maka mengenal mujtahid, syarat-syarat ijtihad, hukumnya
dan yang semisalnya dibahas dalam ilmu Ushul Fiqih.
%%%%%%%%%
الأحكـــــام
الأحكام: جمع حُكم وهو لغةً: القضاء.
AHKAM / HUKUM-HUKUM
Ahkam adalah bentuk jamak dari hukum dan arti secara bahasa adalah : keputusan/ketetapan
واصطلاحاً: ما اقْتضاه خطاب الشرع المتعلق بأفعال المكلفين من طلب، أو تخيير، أو وضع.
Maa iqtadhoohu khitoobus syar'ii al muta'aloqiti bi af'alil mukaliifin min tholabinau takhyiirin au wadh'iin.
"adapun makna secara istilahi adalah : Apa-apa yang ditetapkan oleh pangilan syari'at yang berhubungan dengan perbuatan mukallaf (orang yang dibebani syari'at) dari tuntutan atau pilihan atau peletakan."
فالمراد بقولنا: (خطاب الشرع) ؛ الكتاب والسنة.
Adapun maksud dari ucapan kami ( khirobus sar'I / pangilan syariat ) adalah al qur'an dan as sunnah
والمراد بقولنا: (المتعلق بأفعال المكلفين) ؛ ما تعلق بأعمالهم سواء كانت قولاً أم فعلاً، إيجاداً أم تركاً.
فخرج به ما تعلق بالاعتقاد فلا يسمى حكماً بهذا الاصطلاح.
Adapun maksud dari ucapan kami : ( al muta'aliqotu bi af'alil mukalifin / berhubungan dengan perbuatan
mukallaf ) adalah : apa-apa yang berhubungan dengan perbuatan mereka
baik itu berupa perkataan atau perbuatan, melakukan sesuatu atau
meninggalkan sesuatu.
Maka keluar dari perkataan tersebut apa-apa yang berhubungan dengan aqidah, maka tidak dinamakan hukum secara istilah.
والمراد بقولنا: (المكلفين) ؛ ما من شأنهم التكليف فيشمل الصغير والمجنون.
Yang dimaksud dengan perkataan kami ( al mukalafiin ) siapa saja yang keadaannya dibebani syari'at, maka mencakup anak kecil dan orang gila.
والمراد بقولنا: (من طلب) ؛ الأمر والنهي سواء على سبيل الإلزام، أو الأفضلية.
Yang dimaksud dengan perkataan kami ( min tholabin / dari tuntutan" ) adalah perintah dan larangan, baik itu sebagai keharusan ataupun keutamaan.
والمراد بقولنا: (أو تخيير) ؛ المباح.
Yang dimaksud dengan perkataan kami ( au takyiirin / atau pilihan) adalah hal-hal yang dibolehkan.
والمراد بقولنا: (أو وضع) ؛ الصحيح والفاسد ونحوهما مما وضعه الشارع من علامات وأوصاف للنفوذ والإلغاء.
Yang dimaksud dengan perkataan kami ( au wadh'in / atau peletakan ) adalah
: Sah, rusak, dan yang lainnya yang diletakkan oleh pembuat syari'at
dari tanda-tanda, atau sifat-sifat untuk ditunaikan atau dibatalkan.
أقسام الأحكام الشرعية:
تنقسم الأحكام الشرعية إلى قسمين: تكليفية ووضعية.
PEMBAGIAN HUKUM SYARI'AT:
Hukum syari'at dibagi menjadi dua bagian : Taklifiyyah (Pembebanan) dan Wadh'iyyah (Peletakan).
فالتكليفية خمسة: الواجب والمندوب والمحرَّم والمكروه والمباح.
Al-Ahkam at-Taklifiyyah ada lima : Wajib, mandub (sunnah), harom, makruh, dan mubah.
1 - فالواجب لغة: الساقط واللازم.
1. wajib arti secara bahasa adalah : yang jatuh dan harus"
واصطلاحاً: ما أمر به الشارع على وجه الإلزام؛ كالصلوات الخمس.
Adapun
makna secara istilahi adalah : Apa-apa yang diperintahkan oleh pembuat
syari'at dengan bentuk keharusan", seperti sholat lima waktu.
فخرج بقولنا: (ما أمر به الشارع) ؛ المحرم والمكروه والمباح.
Maka keluar dari perkataan kami (Apa-apa yang diperintahkan oleh pembuat syari'at )hal-hal yang haram, makruh dan mubah.
وخرج بقولنا: (على وجه الإلزام) ؛ المندوب.
Maka keluar dari perkataan kami (dengan bentuk keharusan ) hal-hal yang mandhub , boleh dilakukan
والواجب يثاب فاعله امتثالاً، ويستحق العقاب تاركُه. ويُسمَّى: فرضاً وفريضة وحتماً ولازماً.
Maka
wajib itu adalah orang yang melakukannya mendapatkan pahala jika
ikhlas, dan orang yang meninggalkannya berhak mendapatkan adzab.dan
dinamakan juga : fardhu dan karidhoh serta pasti dan harus.
2 - والمندوب لغة: المدعوُّ.
2.mandhub ( sunnah) secara bahasa adalah : yang diseru".
واصطلاحاً: ما أمر به الشارع لا على وجه الإلزام؛ كالرواتب.
Adapun makna secara istilahi adalah : "Apa-apa yang diperintahkan oleh pembuat syari'at tidak dalam bentuk keharusan", seperti sholat rowatib.
فخرج بقولنا: (ما أمر به الشارع) ؛ المحرم والمكروه والمباح.
Maka keluar dari perkataan kami (: "Apa-apa yang diperintahkan oleh pembuat syari'at ) hal-hal yang haram, makruh dan mubah.
وخرج بقولنا: (لا على وجه الإلزام) ؛ الواجب.
Dan keluar dari perkataan kami (tidak dalam bentuk keharusan) hal-hal yang wajib.
والمندوب يثاب فاعله امتثالاً، ولا يعاقب تاركه ويُسمَّى سنة ومسنوناً ومستحباً ونفلاً.
Maka
mandub ( sunnah ) itu adalah orany yang mnegerjakannya mendapat pahala
jika ia ikhlas dalam pelaksanaanya, dan orang yang meninggalkannya
tidak mendapatkan adzab. Dan dinamakan juga : sunnah , atau masnuunah atau mustahab ( yang di sukai ) dan nafilah.
3 - والمحرم لغة: الممنوع.
3. haram makna secara bahasa adalah dilarang
واصطلاحاً: ما نهى عنه الشارع على وجه الإلزام بالترك؛ كعقوق الوالدين.
Adapun
makna secara istilah adalah : Apa-apa yang dilarang oleh pembuat
syari'at dalam bentuk keharusan untuk ditinggalkan", seperti durhaka
kepada orang tua.
فخرج بقولنا: (ما نهى عنه الشارع) ؛ الواجب والمندوب والمباح.
Maka keluar dari perkataan kami ( Apa-apa yang dilarang oleh pembuat syari'at ) hal-hal yang wajib dan mandhub dan mubah.
وخرج بقولنا: (على وجه الإلزام بالترك) ؛ المكروه.
Dan keluar dari perkataan kami (dalam bentuk keharusan untuk ditinggalkan) hal-hal yang makruh
والمحرم يثاب تاركه امتثالاً، ويستحق العقاب فاعله. ويسمى: محظوراً أو ممنوعاً.
Maka haram adalah : pelakunya
diganjar jika ia meninggalkannya untuk mendapatkan pahala (ikhlas), dan
orang yang melakukannya berhak mendapatkan adzab.
4 - والمكروه لغة: المبغض.
4. makruh arti secara bahasa adalah: yang di murkai ( di benci )
واصطلاحاً: ما نهى عنه الشارع لا على وجه الإلزام بالترك؛ كالأخذ بالشمال والإعطاء بها
Adapun
arti secara istilahi adalah : "Apa-apa yang dilarang oleh pembuat
syari'at tidak dalam bentuk keharusan untuk ditinggalkan", seperti
mengambil sesuatu dengan tangan kiri dan memberi dengan tangan kiri.
فخرج بقولنا: (ما نهى عنه الشارع) ؛ الواجب والمندوب والمباح.
Maka keluar dari perkataan kami (Apa-apa yang dilarang oleh pembuat syari'at ) hal-hal yang wajib , mandhub / sunnah dan mubah.
وخرج بقولنا: (لا على وجه الإلزام بالترك) ؛ المحرم.
Dan keluar dari perkataan kami (tidak dalam bentuk keharusan untuk ditinggalkan ) hal-hal yang haram.
والمكروه: يثاب تاركه امتثالاً، ولا يعاقب فاعله.
Maka makruh
itu pelakunya diganjar jika ia meninggalkannya untuk mendapatkan pahala
(ikhlas), dan orang yang melakukannya tidak mendapatkan adzab.
5 - والمباح لغة: المعلن والمأذون فيه.
5. mubah arti secara bahasa adalah : yang diumumkan dan diizinkan.
واصطلاحاً: ما لا يتعلق به أمر، ولا نهي لذاته؛ كالأكل في رمضان ليلاً
Adapun arti secara istilahi adalah : Apa-apa
yang tidak berhubungan dengan perintah( wajib ) dan larangan ( haram )
secara asalnya". Seperti makan pada malam hari di bulan Romadhon..
فخرج بقولنا: (ما لا يتعلق به أمر) ؛ الواجب والمندوب.
Maka keluar dari perkataan kami (Apa-apa yang tidak berhubungan dengan perintah ) hal-hal yang wajib dan mandhub / sunnah.
وخرج بقولنا: (ولا نهي) ؛ المحرم والمكروه.
Dan keluar dari perkataan kami (dan tidak juga larangan ) hal yang haram dan makruh.
وخرج
بقولنا: (لذاته) ؛ ما لو تعلق به أمر لكونه وسيلة لمأمور به، أو نهي لكونه
وسيلة لمنهي عنه، فإن له حكم ما كان وسيلة له من مأمور، أو منهي، ولا
يخرجه ذلك عن كونه مباحاً في الأصل.
Dan keluar dari perkataan kami (secara asalnya)
seandainya ada kaitannya dengan perintah karena keberadaannya (yakni
suatu yang mubah) sebagai wasilah (yang menghantarkan) terhadap hal yang
diperintahkan, atau ada kaitannya dengan larangan karena keberadaannya
sebagai wasilah terhadap hal yang dilarang; maka bagi hal yang mubah
tersebut hukumnya sesuai dengan apa-apa ia (yang mubah tersebut) menjadi
wasilah baginya, dari hal yang diperintahkan atau yang dilarang. Dan
yang demikian tidak mengeluarkannya (yakni hal yang mubah) dari
keberadaannya sebagai sesuatu yang hukumnya mubah pada asalnya.
والمباح ما دام على وصف الإباحة، فإنه لا يترتب عليه ثواب ولا عقاب.ويسمى: حلالاً وجائزاً.
Dan mubah yang senantiasa berada pada sifat mubah (boleh), maka ia tidak mengakibatkan ganjaran dan tidak pula adzab.
الأحكام الوضعية:
AL-AHKAM AL-WADH'IYYAH
الأحكام الوضعية: ما وضعه الشارع من أمارات، لثبوت أو انتفاء، أو نفوذ، أو إلغاء.
ومنها: الصحة والفساد.
Al-Ahkam al-wadh'iyyah adalah : Apa-apa yang diletakkan oleh pembuat syari'at dari tanda-tanda untuk menetapkan atau menolak, melaksanakan atau membatalkan dan diantaranya adalah : benar ( shahih ) dan rusak
1 - فالصحيح لغة: السليم من المرض.
1. Shohih arti secara bahasa adalah : yang selamat dari penyakit
واصطلاحاً: ما ترتبت آثار فعله عليه عبادةً كان أم عقداً.
Adapun makna istilah : "apa-apa yang pengaruh perbuatannya berakibat padanya, baik itu ibadah ataupun akad ( perjanjian ) ."
فالصحيح من العبادات: ما برئت به الذمة، وسقط به الطلب.
Maka sahih dalam ibadah : apa-apa yang beban terlepas dengan mengerjakannya ( yakni ibadah yang sah) dan tuntutan syar'ii gugur dengannya.
والصحيح من العقود: ما ترتبت آثاره على وجوده؛ كترتب الملك على عقد البيع مثلاً.
Dan
sahih dalam akad : apa-apa yang pengaruh adanya akad / perjanjian
tersebut berakibat terhadap keberadaannya, seperti pada suatu akad jual
beli berakibat berubah kepemilikan.
ولا يكون الشيء صحيحاً إلا بتمام شروطه وانتفاء موانعه.
Dan tidaklah sesuatu itu menjadi sah kecuali dengan menyempurnakan syarat-syaratnya dan tidak ada penghalang-penghalangnya.
مثال ذلك في العبادات: أن يأتي بالصلاة في وقتها تامة شروطها وأركانها وواجباتها.
Contohnya
dalam ibadah : seseorang mendatangi sholat pada waktunya dengan
menyempurnakan syarat-syaratnya, rukun-rukunnya dan
kewajiban-kewajibannya.
ومثال ذلك في العقود: أن يعقد بيعاً تامة شروطه المعروفة مع انتفاء موانعه.
Contohnya
dalam akad : seseorang melakukan akad jual beli dengan menyempurnakan
syarat-syaratnya yang telah diketahui dan tidak adanya
penghalang-penghalangnya.
فإن فُقِد شرطٌ من الشروط، أو وُجِد مانع من الموانع امتنعت الصحة.
Jika
hilang salah satu syarat dari syarat-syarat yang ada, atau adanya
penghalang dari penghalang-penghalangnya maka tidak dikatakan sahih (
benar )
مثال فَقْد الشرط في العبادة: أن يصلي بلا طهارة.
Contoh hilangnya syarat dalam ibadah : seseorang sholat tanpa bersuci.
ومثال فقد الشرط في العقد: أن يبيع ما لا يملك.
Contoh hilangnya syarat dalam akad : seseorang menjual barang yang bukan miliknya
ومثال وجود المانع في العبادة: أن يتطوع بنفل مطلق في وقت النهي.
Contoh adanya penghalang dalam ibadah : seseorang sholat sunnah mutlak pada waktu larangan
ومثال وجود المانع في العقد: أن يبيع من تلزمه الجمعة شيئاً، بعد ندائها الثاني على وجه لا يباح.
Contoh
adanya penghalang dalam akad / perjanjian : seseorang menjual sesuatu
kepada orang yang wajib baginya sholat jum'at, sesudah adzan jum'at yang
kedua, dari sisi yang tidak dibolehkan adamya jual beli.
2 - والفاسد لغة: الذاهب ضياعاً وخسراً.
2. Rusak/Fasid secarabahasa adalah : yang pergi serta hilang dan rugi..
واصطلاحاً: ما لا تترتب آثار فعله عليه عبادةً كان أم عقداً.
Adapun
makna secara istilah adalah : "apa-apa yang pengaruh perbuatannya tidak
berakibat kepadanya, baik itu ibadah ataupun akad / perjanjian.
فالفاسد من العبادات: ما لا تبرأ به الذمة، ولا يسقط به الطلب؛ كالصلاة قبل وقتها
Fasid
dalam ibadah : apa-apa yang beban tidak terlepas dengannya dan tuntutan
tidak gugur dengannya; seperti sholat sebelum waktunya.
والفاسد من العقود: ما لا تترتب آثاره عليه؛ كبيع المجهول.
Fasid
dalam akad : apa-apa yang pengaruh akad tersebut tidak berakibat
padanya (tidak memiliki dampak); seperti menjual sesuatu yang belum
ditentukan.
وكل
فاسد من العبادات والعقود والشروط فإنه محرّم؛ لأن ذلك مِنْ تعدِّي حدود
الله، واتخاذِ آياته هزؤاً، ولأن النبي صلّى الله عليه وسلّم أنكر على من
اشترطوا شروطاً ليست في كتاب الله(1) .
Dan
semua yang fasid (rusak) dalam ibadah, akad dan syarat-syarat maka itu
adalah haram. Karena yang demikian termasuk melampaui batasan-batasan
Allah dan menjadikan ayat-ayat-Nya sebagai olok-olokan, dan karena Nabi
shollallohu alaihi wa sallam mengingkari orang yang mensyaratkan
syarat-syarat yang tidak ada dalam kitabullah (al-Qur'an ) ( lihat HR
bukhari no ( 2155 ) dalam kitab ; al buyu' ( jual-beli ) bab: jika mau
menolak al musorro'at, dan muslim no ( 1504) dalam kitab : al 'iteq ( 2)
bab ; sesungguhnya wala ' bagi yang memerdekakan.)
والفاسد والباطل بمعنى واحد إلا في موضعين::
الأول: في الإحرام؛ فرّقوا بينهما بأن الفاسد ما وطئ فيه المُحرمِ قبل التحلل الأول، والباطل ما ارتد فيه عن الإسلام.
الثاني: في النكاح؛ فرقوا بينهما بأن الفاسد ما اختلف العلماء في فساده كالنكاح بلا ولي، والباطل ما أجمعوا على بطلانه كنكاح المعتدة.
Fasid dan batil memiliki makna yang sama kecuali dalam dua tempat
Yang
pertama: dalam ihrom, para 'ulama membedakan keduanya, bahwa yang fasid
adalah apabila seorang yang ihrom menyetubuhi istrinya sebelum tahallul
awal; dan yang batil adalah apabila seseorang murtad dari Islam.
Yang
kedua : dalam nikah; para 'ulama membedakan keduanya, bahwa yang fasid
adalah apa-apa yang diperselisihkan para 'ulama dalam kerusakannya,
seperti nikah tanpa wali; dan batil adalah apa-apa yang disepakati
kebatilannya seperti menikahi wanita yang masih dalam `iddahnya.
(1) رواه البخاري (2155) كتاب البيوع ، 56 ـ باب إن شاء رد المصرأة ، ومسلم (1504) كتاب العتق ، 2- باب إنما الولاء لمن أعتق.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar