Kamis, 18 Juni 2015

ULAMA AKHIRAT dan ULAMA DUNIA

Ulama 1Pertanyaan
Apa yang dimaksud ULAMA AKHIRAT dan ULAMA DUNIA ?
Jawaban
Yang dimaksud dengan kata-kata ULAMA AKHIRAT dan ULAMA DUNIA atau ULAMAUSSU’, marilah kita sama-sama membuka Kitab Kifayatul Atqiya’ wa minhajul Ashfiya’ syarah Hidayatul Adzkiya’ ila Thariqul Auliya halaman 76 sebagai berikut
وَهُمْ عٌلَمَآءُ الدِّينِ لِلتَّمْيِيْزِ يَبْنَهُمْ وَبَيْنَ عُلَمَآءِ الدُّنْيَا وَهُمْ عُلَمَآءُ السُّوْءِ الَّذِيْنَ قَصْدُهُمْ مِنَ الْعِلْمِ التَّنَعُّمَ بِالدُّنْيَا وَالتَّوَصُّلَ إِلَى الْجَاهِ وَالْمَنْزِلَةِ عِنْدَ أَهْلِهَا
Dan mereka itu adalah Ulama-ulama agama, karena ada perbedaan antara mereka dan antara Ulama dunia. Dan yaitulah mereka Ulama yang jahat, yang tujuan mereka dari ulmunya akan kesenangan dunia dan mendapatkan ketenaran dan kedudukan pada ahli dunia
 Tentunya kita pun harus mengetahui tanda-tanda yang dapat membedakan antara dua Ulama itu, untuk sekedar menjadi pedoman kita dalam mempercayakan dan menitipkan diri kita selaku orang awam, untuk mendapat bimbingan kea rah keridhoan Allah. Dan bukannya untuk dijadikan bahan research atau survey, apalagi tajassus (mencari kesalahan) terhadap siapa yang telah disebut ulama. Karena hal itu, tak lain timbul dari suudzan terhadap para Ulama. Suudzan sesama awam saja dilarang apalagi terhadap para Ulama rahimahullahu ta’ala.
 Ketahuilah bahwa bagi Ulama Akhirat itu ada beberapa tanda yang menunjuk kepadanya, sebagaimana kata Syaikh Zainuddin Al Malaibary dalam Hidayatul Adzkiya’ ila Thariqul Auliya’, sebagai berikut:
وَلِعَالِمِ الْأُخْرَى عَلاَمَةٌ تَرَى                لاَيَطْلُبُ الدُّنْيَا بِعِلْمٍ مَسَائِلاَ
 Dan bagi Alim Akhirat itu ada tanda-tanda yang dapat dilihat. Tidaklah dia menuntut dunia dengan pengetahuannya dalam masalah-masalah agama
وَذَاكَ آيَاتٌ تَكُونُ كَثِيْرَةً                أَنْ لاَ يُخَالِفَ قَوْلُهُ مَا يُفْعَلاَ
Dan untuk itu ada tanda-tanda yang banyak. Tidak ada perbedaan antara perkataan dan perbuatannya.
وَيَكُونُ بِالْمَأْمُورِ أَوَّلَ عَامِلٍ             وَعَنِ الَّذِى يَنْهَى تَجَنَّبَ أَوَّلاَ
Dan terhadap yang diperintah, dia adalah orang yang pertama yang mengamalkan. Sedangkan mengenai larangan, dia adalah orang yang paling menghindarkannya
وَيَكُونُ مُعْتَنِيَّا بِعْلْمٍ أَرْغُبَا               فِى طَاعَةٍ نَاهٍ عَنْ الدُّنْيَا اجْتَلَى
 Dan dia selalu mementingkan ilmu yang nyata, yang membawa kegemaran kepada taat serta menjauhi dari dunia
مُتَوَقِيَّا عِلْمًا يَكُونُ مُكَثِّرًا              قِيْلاً وَقَالاً وَالْجَدَالَ مُسَوِّلاَ
 serta menjauhi ilmu yang terlalu banyak retorika kata-kata dan berdebat.  
وَيَكُونُ مُجْتَنِبًا تَرَفُّهَ مَطْعَمٍ         وَبِمَسْكَنٍ وَأَثَاثٍ ذَاكَ تَجَمَّلاَ
 Dia selalu menjauhi berpoya-poya dalam hal makanan, berbagus-bagus dalam tempat tinggal, perabot rumah
وَتَنَعُّمًا وَتَزَيُّنًا بِلِبَاسِهِ                وَإِلَى الْقَنَاعَةِ وَالتَّقَلُّلِ مَائِلاً
 dan menjauhkan bersenang-senang, menjauhi berhias-hias dalam pakaiannya. Dan dia cenderung kepada ridha dengan apa yang ada
وَيَكُوْنُ مُنْقَبِضًا عَنِ السُلْطَانِنَا       أَنْ لاَ يَكُونَ عَلَيْهِ يَوْمًا دَاخِلاَ
Dan menjauhi bergaul dengan penguasa, dengan pengertian tidaklah ia masuk walaupun satu hari
إِلاَّ لِنُصْحٍ أَوْ لِدَفْعِ مَظَالِمٍ            أَوْ لِلشَّفَاعَةِ فِى الْمَرَاضِ فَأَدْخِلاَ
kecuali untuk menasehati atau menolak segala kedzoliman atau memberi pembelaan terhadap apa-apa yang membawa keridhoan Allah
وَإِلَى الْفَتَاوَى لاَ يَكُونُ مُسَارِعًا       وَيَقُولُ اسْأَلْ مَنْ يَكُونُ تَأَهَّلاَ
Terhadap fatwa, ia tidak ceroboh. Dan selalu mengatakan: “Tanyalah kepada orang yang ahli”
وَأَبَى اجْتِهَادًا لاَيَكُونُ تَعَيَّنَا            وَيَقُولُ لاَ أَدْرِى إِذَا لَمْ يَسْهُلاً
Dan tidak mau ia berijtihad kalau belum keadaan menentukan harus begitu, dan ia mengatakan: “Saya tidak tahu” jika hal itu sulit baginya
وَيَكُونُ يَقْصِدُ بِالْعُلُومِ وُجُوْدُهُ         لِسَعَادَةِ الْعُقْبِى الْعَظِيْمَةِ نَائِلاَ
Dan ia bertujuan dengan ilmunya untuk mencapai kehidupan akhirat yang agung
فَيَكُونُ مُهْتَمًّا بِعِلْمِ الْبَاطِنِ             ورِقَابِ قَلْبٍ لِلسِّيَاسَةِ فَاعِلاَ
 Dengan demikian yang dipentingkannya adalah ilmu batin dan penelitian persoalan hati dan ia selalu berpikir untuk menyelamatkan hatinya
مُتَوَّقِعًا لِطَرِيْقِ عِلْمِ الْأَخِرَةِ              مِمَّا يَكُونُ مِنَ الْمُجَاهَدَةِ انْجَلاَ
 Dia selalu memperhatikan jalannya ilmu akhirat, dalam hal kesungguhan (mujahadah) perjuangan melawan hawa nafsu
وَيَكُونُ مُعْتَمِدًا عَلَى تَقْلِيْدِهِ            لِشَرِيْعَةٍ عَلَى بَصِيْرَتِهِ انْجَلاَ
Dan ia adalah orang yang bersungguh-sungguh dengan SYARIAT disertai pandangan isi hatinya yang bersih
 Demikianlah tanda-tanda Ulama akhirat, sedangkan tanda-tanda Ulama’ussu’ atau Ulama dunia, kami ajak untuk mengikuti apa yang dikatakan Hujjatul IslamMuhammad bin Muhammad Al Ghozaly dalam Bidayatul Hidayah pada Hamisyi Maraqil Ubudiyyah halaman 7-8 sebagi berikut:
وَرَجُلٌ ثَالِثٌ اسْتَحْوَذَ عَلَيْهِ الشَّيْطَانُ فَاتَّخَذَ عِلْمَهُ ذَرِيْعَةً إِلَى التَّكَاثُرِ بِالْمَالِ وَالتَّفَاخُّرِ بِالْجَاهِ وَالتَّعَزُّزِ بِكَثْرَةِ الْإِتْبَاعِ يَدْخُلُ بِعِلْمِهِ كُلَّ مَدْخَلٍ رَجَاءً أَنْ يُقْضَى مِنَ الدُّنْيَا وَطَرَهُ وَهُوَ مَعَ ذَالِكَ يُضْمِرُ فِى نَفْسِهِ أَنَّهُ عِنْدَ اللهِ بِمَكَانَةٍ لِاتِّسَامِهِ بِسِمَةِ الْعُلَمَآءِ وَتَرَسُّمِهِ بِرُسُمِهِمْ فِى الزَّيِّ وَالْمَنْطِقِ مَعَ تَكَالُبِهِ عَلَى الدُّنْيَا ظَاهِرًا وَبَاطِنًا, فَهَذَا مِنَ الْحُمْقَى الْمَغْرُوْرِيْنَ إِذِ الرَّجَاءُ مُنْقَطِعٌ عَنْ تَوْبَتِهِ لِظَنِّهِ أَنَّهُ مِنَ الْمُحْسِنِيْنَ وَهُوَ غَافِلٌ عَنْ قَوْلِهِ تَعَالَى : يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لاَتَفْعَلُونَ . وَهُوَ مِمَنْ قَالَ فِيْهِمْ رَسُولُ اللهِ صلّى الله عليه وسلّم أَنَا مِنْ عَيْرِ الدَّجَالِ أَخْوَفُ عَلَيْكُمْ مِنَ الدَّجَالِ فَقِيْلَ وَمَا هُوَ يَارَسُولَ اللهِ صلّى الله عليه وسلّم ؟ فَقَالَ : عُلَمَآءُ السُّوءِ وَهَذَا لِأَنَّ الدَّجَّالَ غَايَتُهُ الْإِضْلاَلُ وَمِثْلُ هَذَا الْعَالِمِ وَإِنْ صَرَفَ النَّاسَ عَنِ الدُّنْيَا بِلِسَانِهِ وَمَقَالِهِ فَهُوَ دَاعٍ لَّهُمْ إِلَيْهَا بِأَعْمَالِهِ وَأَحْوَالِهِ وَلِسَانُ الْحَالِ أَفْصَحُ مِنْ لِسَانِ الْمَقَالِ وَطِبَاعُ النَّاسِ إِلَى الْمُسَاعَدَةِ فِى الْأَعْمَالِ أَمْيَلُ مِنْهَا إِلَى الْمُتَابِعَةِ فِى الْأَقْوَالِ فَمَا أَفْسَدَهُ هَذَا الْمَغْرُوْرُ بِأَعْمَالِهِ أَكْثَرُ مِمَّا أَصْلَحَهُ بِأَقْوَالِهِ إِذْ لاَ يَسْتَجْرِئُ الْجَاهِلُ عَلَى الرَّغْبَةِ فِى الدُّنْيَا إِلاَّ بِاسْتِجْرَاءِ الْعُلَمَآءِ فَقَدْ صَارَ عِلْمُهُ سَبَبًا لِجَرْأَةِ عِبَادِ اللهِ عَلَى مَعَاصِيْهِ وَنَفْسُهُ الْجَاهِلَةُ مُدَلَّةٌ مَعَ ذَالِكَ تُمَنِّيْهِ وَتُرَجِّيْهِ وَتَدْعُوهُ إِلَى أَنْ يَمُنَّ عَلَى اللهِ عِلْمَهُ وَتُخَيِّلُ إِلَيْهِ نَفْسَهُ أَنَّهُ خَيْرٌ مِنْ كَثِيْرٍ مِنْ عِبَادِ اللهِ  
Dan orang yang ketiga adalah orang yang telah terpengaruh syaithan di atasnya, maka dijadikannya pengetahuannya untuk perantaraan menimbun harta benda dan berbangga-bangga dengan pengaruh dan merasa jadi mulia dengan sebab banyak pengikut dan ia menipu dengan ilmunya akan segala tipuan karena mengharap berhasil segala hajatnya dari urusan dunia. Dan dalam keadaan demikin tersimpan dalam hatinya merasa bahwa ia di sisi Allah mempunyai kedudukan atau maqam, karena dia bergaya dengan gaya Ulama, dan berupa dia dengan rupa Ulama dalam berpakaian dan tingkah laku dan cara berbicara padahal sebenarnya dia dengan dzahir dan batinnya telah melompat kepada dunia belaka. Maka inilah orang yang termasuk dalam golongan orang-orang yang binasa dan dari pada orang-orang yang kurang akal yang terpedaya. Karena harapan sudah putus dari pada tobatnya karena dia mempunyai sangkaan bahwa dia sudah tergolong orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan dia lengah dari firman Allah ta’ala: “Hai orang-orang yang beriman mengapa kamu mengatakan apa sesuatu yang tidak kamu perbuat”. Dan dia tergolong dari pada orang-orang yang disabdakan Rasulullah saw terhadap mereka: Ada sesuatu yang aku lebih khawatirkan atas kamu dari pada Dajjal. Maka ditanya orang: “Apakah itu wahai Rasulullah” Sabdanya,: Ulama yang jahat. Penegasannya: karena Dajjal tujuannya adalah menyesatkan, sedangkan orang yang seperti orang Ulama ini sekalipun dia alihkan manusia dari pada dunia dengan lidahnya dan perkataannya, namun dia sebenarnya mengajak manusia kepada dunia dengan amalnya dan keadaannya. Sedangkan efeknya kelakuan lebih tajam dari efeknya perkataan. Dan thabiat manusia lebih condong mencontoh perbuatan daripada mengikuti perkataan. Maka apa yang dirusak oleh “terpedaya” ini dengan pekerjaannya lebih banyak dari apa yang diperbaiki dengan kata-katanya. Karena tidak berani orang awam untuk menggemari dunia, kecuali dengan keberanian yang telah dicontohkan para Ulama. Dan jadilah nafsunya selalu membujuk dia, member harapan-harapan kepadanya dan mengajak dia mengungkit-ngungkit kepada Allah dengan ilmunya dan nafsunya memberi bayangan kepadanya bahwa ia adalah orang yang paling baik dari hamba-hamba Allah yang lainnya.

Inilah akibat salah niat ketika kita menuntut ilmu, sebagaimana kata Syekh Ibnu Ruslan dalam Zubadnya:
وَصَحِّحِ النِّيَةَ قَبْلَ الْعَمَلِ       وَائْتِ بِهَا مَقْرُونَةً بِالْأَوَّلِ
 Dan koreksilah niat sebelum beramal. Dan datangkanlah niat itu disertai dengan permulaannya.
Wahai Tuhan Kami, Ya Allah, karuniakanlah kepada kami sekalian, ketulusan dalam segala tingkah laku kami. Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar