Selasa, 07 Juli 2015

Melestarikan Nilai Ramadhan Dengan Memakmurkan Masjid



اَللهُ أَكْبَرْ , اَللهُ أَكْبَرْ , اَ للهُ أَكْبَرْ كَبِيْرًا , وَ الْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا وَ سُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً , لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ , صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ , لَا إِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ أَكْبَرُ , اللهُ أَكْبَرُ وَ لِلَّهِ الْحَمْدُ.

إِنَّ الْحَمْدُ لِلَّهِ وَحْدَهُ نَحْمَدُهُ وَ نَسْتَعِيْنُهُ وَ نَسْتَغْفِرُهُ وَ وَنَسْتَهْدِيْهِ وَنَتُوْبُ اِلَيْهِ وَ نَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ وَلِيًّا مُرْشِدًا. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ بَلَّغَ الرِّسَالَةَ وَأَدَّى الْأَمَانَةَ وَ نَصَحَ الْأُمَّةَ. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى حَبِيْبِنَا الْمُصْطَفَى مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَ مَنِ اتَّبَعَ هُدَاهُ وَاسْتَنَّ بِسُنَّتِهِ وَاهْتَدَى بِهَدْيِهِ وَ جَاهَدَ فِي سَبِيْلِ اللهِ حَقَّ جِهَادِهِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدَهُ فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ, فَقَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كَتَابِهِ الْكَرِيْمِ وَهُوَ أَصْدَقُ الْقَـائِلِيْنَ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ  :




Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahilhamd
Alhamdulillah, pagi ini kita merasakan udara bulan syawal setelah sebulan penuh kita beribadah pada bulan ramadhan. Meskipun terasa berat, akhirnya Allah memperkenankan kita merayakan idul fitri, hari kemenangan, hari kegembiraan dan kebahagiaan.
Selama sebulan kita telah bermujahadah, bersungguh-sungguh, dan rela berpayah-payah menjalankan rangkaian ibadah ramadhan, mulai dari shiyam di siang hari, shalat, berdo’a dan berdzikir di malam hari, tadarrus al-qur’an, dan i’tikaf. Semua kita lakukan dengan ikhlas, semata-mata mengharapkan ridha Allah. Semoga rangkaian ibadah kita diterima Allah swt.
Tugas kita mulai hari ini, di bulan syawal ini adalah menjaga agar spirit dan semangat ibadah terus kita pelihara, bahkan ditingkatkan. Sesuai dengan namanya, syawal adalah bulan peningkatan. Syawal bukanlah titik kulminasi, setelah ini akan terus terjadi penurunan, naudzu billah.
Pada zaman jahiliyah klasik, ada seorang perempuan namanya Ra’ithah. Dia sehari-harinya memimpin sebuah perusahaan konveksi, membuat, memintal, dan menenun kain. Kebetulan, semua karyawannya adalah perempuan.
Sebagaimana sosok penenun pada umumnya, dia lalui pekerjaannya  itu dengan sabar, tekun dan teliti. Dia fokus dan berorientasi pada kualitas, bukan kuantitas.
     Suatu ketika, karena guncangan jiwa akibat situasi ekonomi  yang berat, ia mulai berubah. Di pagi hari ia serius menenun kain bersama karyawati yang dipimpinnya, tetapi pada sore harinya kain yang sudah jadi itu diurai kembali selembar demi selembar. Demikian pula besok, lusa dan hari-hari berikutnya. Sejak itu dia tidak menghasilkan apapun. Ia tidak menyelesaikan pembuatan sehelai kain pun.
            Karena kasus inilah, maka Allah SWT berfirman dalam Surat An Nahl (16) ayat 92.
16:92      


 



“Dan janganlah kamu laksana  seorang perempuan jahiliyah yang mengurai kembali tenunannya setelah menjadi kain yang sempurna.”
      
Dalam ayat ini Allah membuat tamsil yang sangat bagus, bahwa ada orang yang setelah berbuat baik, kemudian ia rusak sendiri. Amal ibadah dan amal shalih yang dirajut dari waktu ke waktu, sedikit demi sedikit, akhirnya dirusak kembali.
Bisa saja terjadi, kita semangat beribadah mulai dari menahan lapar dan haus serta rafast pada siang hari, shalat tarawih di malam hari, tadarrus al-Qur’an hingga khatam beberapa kali, memperbanyak shadaqah dan infaq, serta beri’ktikaf untuk memburu lailatul qadar, akan tetapi setelah masuk bulan syawal, kita kehilangan stamina ruhiyah. Bahkan lebih tragis lagi, kita hapuskan seluruh pahala amal ibadah dan amal shalih kita dengan perbuatan maksiyat dan melanggar ketentuan Allah.
 Amal seorang muslim bagaikan rintik-rintik hujan, susul-menyusul. Dilakukan dengan mudawamah (terus-menerus), istimror (sambung-menyambung) dan istiqomah. Jika selesai satu urusan, mereka mengangkat urusan berikutnya. Tidak ada kamus pensiun beramal bagi seorang muslim.

Mutu Masjid Diukur Dari Jamaahnya
       Suatu ketika, seorang sahabat datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sahabat itu bertanya kepada beliau,  Ya, Rasulullah, sampai kapan kita punya masjid dalam keadaan bocor. Masjid Nabawi yang dibangun oleh Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wasallam saat itu sangat sederhana. Tiang-tiangnya dari pohon kurma. Lantainya dibiarkan berupa tanah, tanpa keramik, tanpa semen, bahkan tanpa tikar. Kalau hujan turun, bocor. Airnya masuk ke dalam masjid. Keadaan itu berlangsung bertahun-tahun, hingga disebutkan dalam suatu riwayat, bahwa beberapa saat sebelum Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meninggal, sahabat ini datang, “ Ya Rasulullah, sampai kapan kita memiliki masjid yang bocor?”
       Melalui pertanyaan ini,  Sahabat tersebut hendak mengatakan mengatakan kepada beliau, Ya Rasulullah, izinkan aku ikut memberikan kontribusi untuk pembangunan masjid ini. Izinkan aku ya Rasulullah merenovasi masjid kita ini !.
Apakah jawaban Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Kata beliau, Biarkan dulu masjid kita seperti ini, kita bangun nanti dulu. Disebutkan dalam sejarah bahwa hingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meninggal, atap masjid belum diganti, karena beliau belum mengizinkan. Masjid Nabawi masih dalam keadaan bocor saat beliau wafat.
Rasulullah tidak pernah melarang umatnya membangun masjid, bahkan belaiu mendorong dan memotivasi kita untuk membangun masjid sebagus dan seindah mungkin untuk memberikan ketenangan dan kenyamanan beribadah. Beliau sendiri bersabda:
مَنْ بَنَى مَسْجِدًا يَبْتَغِى بِهِ وَجْهَ اللهِ بَنَى اللهُ لَهُ مِثْلَهُ فِى الْجَنَّةِ
“Barangsiapa membangun masjid karena mengharap ridha Allah (bukan karena riya dan popularitas), maka Allah membangun baginya (tempat, rumah, istana) seperti itu pula di surga.”(HR. Bukhari dan Muslim)
Fenomena di atas mengandung pelajaran yang sangat fundamental, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ingin memberikan stressing bahwa sesungguhnya eksistensi sebuah masjid yang terpenting bukan bangunan phisiknya, bukan asesoris lahiriyahnya. Akan tetapi wujud masjid itu dinilai dari jamaahnya, manusianya.
Apa gunanya masjid megah dan mewah jika jamaahnya sepi dan sunyi, bagaikan kuburan. Hanya terdengar suara burung pipit, dan suara jangkrik, di balik rumput ilalang di sekitar masjid. Tidak ada gunanaya masjid yang dikeramik, dihiasi kanan-kirinya, tetapi sepi dari jamaah. Sepi dari kaum muslimin yang menegakkan shalat lima waktu di dalamnya. Tidak datang, kecuali hari hari Jum’at. Masjid dipersepsikan seperti Gereja, yang diramaikan jamaahnya hanya sekali dalam sepekan.
Masjid di masa Rasulullah menjadi pusat pembinaan umat. Ketika itu, antara jumlah masyarakat yang ada di pasar, sama dengan jumlah jamaah masjid. Jika adzan dikumandangkan untuk memanggil umat untuk menjalankan shalat, maka orang-orang yang berada di luar masjid kembali ke masjid. Selesai shalat, maka yang tadi berada di masjid pindah ke pasar. Komunitas di masjid dan masyarakat di pasar, orangnya sama.
Ketika mendengar suara adzan, petani, pedagang, guru, dokter, insinyur, pengacara, bupati, gubernur, menteri dan presiden segera ke masjid. Setelah itu mereka balik ke tempat tugasnya masing-masing. Tidak perlu lama-lama di masjid. Mereka ini orang-orang yang sukses menggabungkan karakter shalih ritual dan shalih sosial, sekaligus. Spirit dan pesan spiritual masjid ditransformasikan ke dalam berbagai aspek kehidupan. Masjid bukan untuk rehat, merebahkan diri. Masjid untuk menyedot haul dan kekuatan dari-Nya, sebagai bekal untuk meraih sukses dalam melakukan tugas sebagai khalifah Allah subhanahu wa ta’alaa sesuai dengan profesi masing-masing.
62:10Karena, Al-Quran mengintruksikan demikian.

  
       “Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (QS. Al-Jumuah [62] : 10)
Yang bercocok tanam, kembali ke sawah dan ladang. Yang pegawai, kembali ke kantor. Yang mau berbisnis, kembali ke pasar. Tidak lama-lama di masjid. Tapi, ingat kalau panggilan adzan sudang dikumandangkan, maka segera menuju masjid. Karena yang memanggil dan mengundang Allah subhanahu wa ta’ala.
   62:9
       “Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli [*]. yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS. Al-Jumuah [62] : 9
Jangan sampai kesibukan kita, kekayaan kita, anak dan istri kita, justru menjadi wasilatut taba’ud ‘anillah (media menjauhkan kita dari Allah  subhanahu wa ta’ala). Jangan sampai dunia dan seisinya melalaikan dan menggelincirkan dari mengingat Allah subhanahu wa ta’ala. Hanya Dia pemilik semuanya.
63:9




“Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka Itulah orang-orang yang merugi..”   (QS. Al-Munafiqun [63] : 9)
Jika jumlah jamaah shalat lima waktu sama dengan shalat jumat dan jika jumlah shalat jumat sama dengan shalat shubuh, pasti akan terjadi perubahan yang sangat dahsyat. Masyarakat kita tenteram, bahagia, saling menguatkan, saling ta’aruf, tafahum, ta’awun, tarahum, tawashou bil haqqi wa tawashou bish shabri. Ujung-ujungnya soal rizki, insya Allah, akan melimpah.
Tetapi, manakala masjid terbengkalai, jumlah jama’ah shalat jum’at hanya satu shaf, shalat shubuh hanya dua orang seperti jumlah rokaatnya, shalat maghrib tiga orang, shalat zhuhur empat orang, shalat ashar hanya empat orang, dan shalat isya juga hanya empat orang. Tentu, kondisi inilah yang menjadi keprihatinan Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wasallam. Karena, jika syi’ar masjidnya redup, maka iman masyarakatnya berarti redup pula. Lebih baik masjidnya bocor tapi jamaahnya membludak daripada masjidnya bagus tetapi sepi dari jamaah. Lebih ideal lagi jika masjidnya bagus dan jama’ahnya membludak.
Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahilhamd
Alhamdulillah, selama bulan Ramadhan masjid kita ramai dengan jama’ah. Kondisi seperti ini mari kita pertahankan, bahkan terus ditingkatkan. Jika saat ini masjid kita dipenuhi dua shaf, mari kita tingkatkan menjadi tiga, empat, sampai lima shaf. Jadikan diri kita sebagai orang setiap harinya mundar mandir dari masjid ke mesjid.
       Rasulullah SAW bersabda :
اِذَا رَأَيْتُمُ الرَّجُلَ يَتَعَا هَدُ الْمَسْجِدَ فَاشْهَدُوْا لَهُ بَالْاِيْمَانِ
       “Jika kamu melihat orang yang terbiasa ke masjid, maka saksikan bahwa dia benar-benar beriman.” (HR. Tirmidzi)
      
       Masjid tidak dapat dipisahkan dari kehidupan muslim. Jika sekali atau dua kali seseorang tidak mendatangi shalat berjamaah, maka saudara-saudaranya mempertanyakan dan mencarinya. Jika terbukti sakit, mereka menjenguknya. Jika sibuk, mereka membantunya. Jika bepergian, mereka mendoakan dan ikut menjaga keluarga yang ditinggalkan. Dan jika lupa, mereka mengingatkannya.
      
 Masjid bagi orang yang beriman adalah taman surga. Maka, siapa yang mendatangi masjid, berarti ia hadir ke taman surga.
اِذَا مَرَرْتُمُ بِرِيَاضِ الْجَنَّةِ فَارْتَعُوْا قِيْلَ : يَارَسُوْلَ اللهِ وَمَارِيَاضُ الْجَنَّةِ ، قَالَ  الْمَسَاجِذُ
       “Rasulullah SAW bersabda : Jika kamu sekalian melewati taman-taman surga, maka kata beliau, Hendaklah kalian masuk untuk bersenang-senang (rihlah) di taman-taman surga itu. Ya Rasulallah, Para sahabat bertanya,  Apakah yang dimaksud dengan taman-taman surga itu : Rasulullah SAW menjawab, Yaitu, masjid-masjid.” (HR. Imam At-Tirmidzi dari Abu Hurairah)
Sebelum kita akhiri khutbah idul fitri ini, kami mengajak kita semua untuk menjadi bagian dari orang-orang yang memakmurkan masjid, menjadi orang yang selalu mundar mandir dari masjid ke masjid setiap hari, menjadi orang yang hatinya senantiasa terpaut dengan masjid. Marilah kita menjadi ahlu masjid.
Mari kita bersama-sama berdo’a:
        
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأّيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَ عَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ…
وَ ارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِيْ بَكْرٍ وَ عُمَرَ وَ عُثْمَانَ وَ عَلِيٍّ وَ عَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ وَ عَنِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِيْهِمْ وَ عَنَّا بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ…
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ وَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَ الْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَ اْلأَمْوَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ…
       Ya Allah, ampunilah kaum muslimin dan Muslimat, Mu’minin dan Mu’minat, baik yang telah meninggal dunia maupun yang masih hidup, dengan rahmat-Mu Wahai Tuhan yang Maha penyayang…
اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا. اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْهُ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ عَاداَنَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَاوَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا
       Ya Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi antara kami dengan perbuatan maksiat kepadamu dan berikan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami ke surga-Mu dan anugerahkan pula keyakinan yang akan menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di dunia ini. Ya Allah, anugerahkan kepada kami kenikmatan melalui pendengaran, penglihatan dan kekuatan selama kami masih hidup dan jadikanlah ia warisan bagi kami. Dan jangan Engkau jadikan musibah atas kami dalam urusan agama kami dan janganlah Engkau jadikan dunia ini cita-cita kami terbesar dan puncak dari ilmu kami dan jangan jadikan berkuasa atas kami orang-orang yang tidak mengasihi kami.
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَ الْمُسْلِمِيْنَ وَ أَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَ الْمُشْرِكِيْنَ أَعْدَاءَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ…
       Ya Allah ya Tuhan kami, Muliakanlah Islam dan Kaum Muslimin, Hancurkan dan hinakan orang-orang kafir dan musyrik, musuh-Mu dan musuh agama-Mu…
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا صَلاَتَنَا وَ صِيَامَنَا وَ رُكُوْعَنَا وَ سُجُوْدَنَا وَتَضَرُّعَنَا وَ كُلَّ سَائِرِ أَعْمَالِنَا وَ يَا مُجِيْبَ السَّائِلِيْنَ…
       Ya Allah ya Tuhan kami, Terimalah shalat kami, puasa kami, ruku kami, sujud kami, kerendahan kami, dan segala amal ibadah kami, Wahai Sang Pemberi orang-orang yang memohon…
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَ لِوَالِدَيْنَا وَ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَيَانَا صِغَارًا…
       Ya Allah ya Tuhan kami, ampunilah dosa kami dan dosa kedua orang tua kami, dan sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangi kami sewaktu kami kecil…
اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقَّا وَ ارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَ أَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلاً وَ ارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ…
       Ya Allah…Perlihatkanlah kepada kami bahwa yang benar itu adalah benar, dan berilah kami kekuatan untuk mengikutinya. Dan tunjukilah kepada kami bahwa yang salah itu adalah salah dan berilah kekeuatan kepadakami untuk menjauhinya…
اَللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي اْلأُمُوْرِ كُلِّهَا وَ أَجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَ عَذَابِ اْلآخِرَةِ…
       Ya Allah… baikanlah kesudahan segala urusan kami, hindarilah kami dari kehinaan dunia dan siksa akhirat...
اللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُسْلِمِيْنَ فِي فِلِسْطِيْنَ وَفِيْ سُوْرِيَا وَفِيْ الْعِرَاقِ وَانْصُرْ مُسْلِمِيْ رَاحِنْيَا فِيْ مِيَنْمَار
       Ya Allah tolonglah Ummat Muslim di Palestina, di Suria dan di Iraq serta tolonglah Muslim Rohingya di Myanmar
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ جَمِيْعَ وُلاَةِ الْمُسْلِمِيْنَ وَانْصُرِ اْلإِسْلاَمَ وَ الْمُسْلِمِيْنَ وَ أَعْلِ كَلِمَتَكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ…
       Ya Allah perbaiki dan rukunkanlah semua Pemimpin Umat Islam dan Kaum Muslimin, tinggikanlah kalimat-Mu sampai hari kiamat…
اَللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلاَءَ وَ الْبَلاَءَ وَ الْوَبَاءَ وَ الْفَحْشَاءَ وَ الْمُنْكَرَ وَ اْلبَغْيَ وَ السُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَ الشَّدَائِدَ وَ الْمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَ مَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَا إِنْدُوْنِيْسِيَا خَاصَّةَ وَ مِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٍ.
       Ya Allah ya Tuhan kami, jauhkanlah kami dari kesulitan ekonomi, bencana, wabah, perbuatan keji dan mungkar serta melanggar anturan, serangan dan ancaman yang bermacam-macam, keganasan dan segala macam ujian dan cobaan, baik yang nampak maupun yang tersembunyi. Jauhilah yang demikian itu dari negera kami Indonesia khususnya dan negeri-negeri Islam pada umumnya, sesungguhnya Engkau Maha kuasa atas segala sesuatu…
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَ إِنْ لَمْ تَغْفِرْلَنَا وَ تَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ…
     Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi…
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ…

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ


Tidak ada komentar:

Posting Komentar