Selasa, 07 Juli 2015

Khutbah Idul Fitri 1434 H: Beramal Dengan Cinta


اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ.
اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ. اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ. وَلِلَّهِ الْحَمْدُ.
اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً.
اللهُ أَكْبَرُ بِفَضْلِهِ، اَللهُ أَكْبَرُ بحِلْمِهِ وَعَفْوِهِ، اَللهُ أَكْبَرُ بِجُوْدِهِ وَكَرَمِهِ، اَللهُ أَكْبَرُ رَفَعَ السَّمَاوَاتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ، وَبَسَطَ الأَرْضَ بِغَيْرِ عَنَتٍ، وَسَخَّرِ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لِلْعَمَلِ وَالسَّكَنِ، وَأَنْزَلَ الْغَيْثَ عَلَى عِبَادِهِ بِرَحْمَتِهِ، وَسَخَّرَ الأَفْلَاكَ دَائِرَةً بِحِكْمَتِهِ وَقُدْرَتِهِ.
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي اِمْتَنَّ عَلَيْنَا بِنِعْمَةِ الِإسْلاَمِ، وَشَرَحَ صُدُوْرَنَا بِنُوْرِ الإِيْمَانِ، وَأَفَاضَ عَلَيْنَا بِآلاَئِهِ الْعِظَامِ حَيْثُ جَعَلَنَا مِنْ خَيْرِ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ، وَأَنْزَلَ عَلَيْنَا أَعْظَمَ كِتَابٍ وَأَحْكَمَهُ، وَيَسَّرَ لَنَا أَمْرَ طَاعَتِهِ، وَبَشَّرَ الْمُتَّقِيْنَ بِجَنَّتِهِ، وَحَذَّرَ الْمُعْرِضِيْنَ بِأَلِيْمِ عِقَابِهِ.
اَلْحَمْدُ للهِ إِلَهِ الأَوَّلِيْنَ وَالآخِرِيْنَ، وَقَيُّوْمِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرَاضِيْنَ، وَمَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ، اَلَّذِي لاَ عِزَّ إِلاَّ فِي طَاعَتِهِ، وَلاَنَعِيْمَ إِلاَّ فِي قُرْبِهِ، وَلاَصَلاَح َلِلْقَلْبِ وَلاَفَلاَحَ إِلاَّ فِي الإِخْلاَصِ لَهُ وَتَوْحِيْدِ حُبِّهِ.
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ تَفَرَّدَ بِالْعَظَمَةِ وَالْبَقَاءِ، وَالْعِزِّ وَالْكِبْرِياَءِ، وَالْجُوْدِ وَالْعَطَاءِ.
أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ حَمْدًا يَلِيْقُ بِفَضْلِهِ، وَعَطَائِهِ وَنِعَمِهِ، وَأَشْكُرُهُ شَكْرَ عَبْدٍ خَضَعَ لَجَبَرُوْتِهِ وَعِزَّتِهِ، فَلَهُ الحَمْدُ دَائِمًا أَبَدًا بِلِسَانِي وَقَلْبِي وَجَوَارِحِي وَأَرْكَانِي، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةَ عَبْدٍ يَرْجُوْ بِرَّهَا وَذُخْرَهَا يَوْمَ الْعَرْضِ الأَكْبَرِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبَ الْحَوْضِ الأَعْظَمِ، وَالْمَقَامِ الأَكْرَمِ، صَلَوَاتُ رَبِّي وَسَلاَمُهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ اِقْتَدَى بِسُنَّتِهِ إِلَى يَوْمِ الْفَزَعِ الأَكْبَرِ.

Allahu Akbar… Allahu Akbar… Allahu Akbar… walillahil-Hamdu…
 
Allahu akbar dengan segala kemuliaan-Nya. Allahu akbar dengan segala kesantunan dan kasih sayang-Nya. Allahu akbar dengan derma dan pemberian-Nya. Allahu akbar yang meninggikan langit tanpa tiang, yang menggelar bumi tanpa lelah, yang menundukkan siang dan malam untuk bekerja dan istirahat, yang menurunkan hujan untuk hamba-Nya dengan cinta-Nya, dan mengendalikan planet beredar dengan hikmah dan ketentuan-Nya.
Ma’asyiral Muslimin, rahimakumullah…
Mulai dari bersembunyinya sang mentari di senja kala kemarin hari, gema takbir membahana mengiringinya beranjak ke dalam dekapan malam. Ratusan juta lisan mengagungkan nama Pemilik jagat raya dengan hati fitri bagai bayi yang lahir dari ibunya. Begitulah manusia beriman telah lahir dari rahim Ramadhan. Makhluk baru ini lahir dengan nama muttaqi (orang yang bertaqwa) siap menatap hari-hari depan dengan penuh optimisme apapun yang diperbuat oleh zaman terhadapnya.
Bulan penuh berkah yang meninggalkan kita mendidik kita menjadi manusia tangguh, hempasan dan tempaan lapar dan dahaga memastikan kita menjadi manusia mukmin yang siap melakukan segalanya untuk meraih cinta dan ridha Allah Azza wa Jalla. Dahaga terhadap tetesan air selamanya akan mewariskan dahaga terhadap ampunan dan maghfirah-Nya. Usahlah kau tanya di mana ridha Tuhanmu bersembunyi, bagai singa lapar, ia akan mencari dan mengejarnya, terus berlari dan tidak pernah berhenti sampai ia mendapatkannya.
Seperti malam-malam kemarin, beratnya mata oleh deraan kantuk tak menyurutkannya untuk mengeja kalam suci-Nya. Saat sebagian mata tertutup oleh penatnya bekerja mengais rezki, ia berdiri, sujud, dan ruku’ hidupkan malam dan gairahkan suasana dengan hangatnya spiritual yang senantiasa ditempa dan diasah. Semua dilakukannya karena cintanya kepada Rabbnya yang memberinya hidup dan menjamin penghidupannya. Maka, tak ada penat, lelah, dan kantuk yang menghambat langkahnya mengejar cinta-Nya.
Lilitan lapar dan kerontangnya dahaga bukan karena kebencian, hukuman, bahkan kutukan dari Tuhannya. Lebih karena cinta-Nya kepada seorang mukmin. Sebab Rabbnya akan memberinya dua kebahagiaan kepadanya; kebahagiaan saat mereguk hidangan berbuka dan saat mereguk nikmat surga dan bertemu dengan Rabbnya. Seperti yang diberitakan oleh Rasul yang mulia,
لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ وَإِذَا لَقِيَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ ‏ 
“Bagi orang yang berpuasa terdapat dua kebahagiaan, jika ia berbuka ia berbahagia dan jika bertemu dengan Rabbnya ia berbahagia karena puasanya.” (Hadits Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).
Allahu Akbar… Allahu Akbar… Allahu Akbar… walillahil-Hamdu…
Ma’asyiral Muslimin, rahimakumullah…
Ramadhan menyemai cinta di lubuk hati. Cinta kepada Allah membuat hamba mengabaikan seluruh lelah, lapar, dahaga, bahkan luka. Bertahan dalam ketaatan, bersabar dalam ujian setangguh para demonstran di Rabiah Adawiyah dan Medan An-Nahdhah. Ramadhan memupuk cinta kepada sesama, hamba-hamba Allah berbaris bershaf-shaf dalam sujud dan ruku’, bersama mengalunkan pujian, takbir dan tahmid. Dengan cinta mereka saling berbagi dan membantu. Lihatlah sore hari, saat para pengguna jalan raya berdesakan merangsek di dekat lampu merah. Para penjaja makanan dan minuman dengan senyum berbagi ta’jil, bukan untuk dijual. Begitupun suasana di masjid-masjid, para shaimin duduk berbaris berjejer menunggu bedug Maghrib sedang di hadapan mereka hidangan berbuka kiriman dari warga. Karena Rasul yang mulia mengabarkan kepada umatnya,
مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلَ اَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَئٌ
“Barangsiapa memberi buka kepada orang yang berpuasa, dia mendapatkan pahala sebagaimana pahalanya (orang yang berpuasa itu) tanpa mengurangi pahalanya sedikit pun.” (Tirmidzi)
Segala perbedaan yang ada tak membuat orang-orang berpuasa berselisih apalagi bermusuhan. Tak masalah apakah kau berpuasa mulai hari Rabu atau hari Selasa. Tak mengapa apakah kau shalat Tarawih 20 rakaat atau 8 rakaat. Perbedaan yang dilandasi dengan cinta justru melahirkan harmoni keindahan. Bagai lukisan di kanvas dengan aneka warna yang berbeda, ia menciptakan gradasi dan pesonanya. Karena puasa memberikan cinta dan keindahan. Rasulullah mengajarkan,
إِنِ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ: إِنِّى صَائِمٌ مَرَّتَيْنِ
“Sekiranya ada yang memeranginya atau mencacinya hendaknya ia katakan, sesungguhnya aku sedang puasa, dua kali.”
Maka dengan cinta karena Allah seorang mukmin bekerja, beramal, berbagai, berkontribusi, bersilaturahim. Bekerja dengan cinta akan melahirkan ketulusan, daya tahan, dan kebahagiaan. Meski di dunia engkau tak mendapatkan apa-apa. Meski tak ada yang membalasmu dengan terima kasih atau senyuman. Bahkan terkadang berbalas cacian dan cibiran. Seperti cinta Rasul kepada manusia.
Diriwayatkan bahwa istri beliau, Aisyah RA bertanya kepada beliau, “Ya Rasulullah, adakah hari yang lebih sulit yang kau alami daripada hari Uhud?” beliau menjawab, “Aku pernah mengalaminya bersama kaummu sesuatu yang lebih berat dari hari Aqabah. Saat aku tawarkan Islam kepada Ibnu Abdu Yalalil bin Abdu Kilal, namun ia tidak merespon seperti yang aku inginkan. Aku pun tinggalkan dia dalam keadaan gundah gulana. Aku tidak sadar tiba-tiba sudah berada di Qarnu Ats-Tsa’alib (nama tempat di Mekah). Aku angkat kepalaku tiba-tiba ada awan yang menaungiku. Aku lihat di atas, ternyata Jibril memanggilku, ‘Allah telah mendengar ucapan kaummu dan balasan mereka kepadamu. Allah Juga telah mengutus malaikat penjaga gunung agar kau perintahkan semaumu. Lalu malaikat penjaga gunung memanggilku dan mengucapkan salam kepadaku, ‘Ya Muhammad, Allah telah mendengar ucapan kaummu dan aku ini penjaga gunung. Tuhanmu telah memerintahkan aku agar engkau perintahkan aku semaumu. Jika kau mau, aku bisa timpakan kepada mereka Al-Akhbasyain (bukit Abu Qubais dan Qu’ayqu’an, Mekah).” Rasul pun menjawab, “Yang aku inginkan adalah agar Allah mengeluarkan di antara anak cucu mereka orang-orang yang hanya menyembah-Nya dan tidak menyekutukannya dengan sesuatupun.”
Allahu Akbar… Allahu Akbar… Allahu Akbar… walillahil-Hamdu…
Ma’asyiral Muslimin, rahimakumullah…
Teruslah berkarya untuk orang-orang tercinta, keluarga, masyarakat, dan bangsa sampai engkau mendapatkan cinta dan ridha-Nya. Bahkan sampai kaummu mencintaimu dan Allah menghembuskan cinta di dada mereka kepadamu. Menanam kebaikan tak harus kau petik hasilnya hari ini atau esok. Kau siram dan pupuk tanaman kebaikanmu dan bertahanlah untuknya terhadap serangan angin dan hama. Mungkin tanah yang kau pilih tandus dan beragam hama siap memangsa. Dan cinta membuatmu terus menyirami, memelihara, dan menjaganya.
Cinta yang bersemi yang disemai oleh madrasah Ramadhan dalam dirimu membuatmu seolah terlahir kembali di alam raya ini, dibangkitkan kembali di dunia yang lebih indah dengan bunga dan aroma yang membuat hidup terasa lebih hidup. Yang membuatmu menghiasi diri dengan sifat pecinta sejati, di antaranya:
Mengenalinya Dengan Sebaik-baiknya
Kau mencintainya karena kau telah mengenalinya dengan baik. Pupuklah pengetahuanmu tentang yang kau cintai niscaya kau akan lihay bersikap kepadanya dengan pengetahuan itu. Kenali masyarakatmu, kenali bangsamu niscaya kau akan bisa bersikap dengan mereka dengan kearifan. Memperdalam pengetahuan tentang Allah melalui asma dan sifat-Nya membuatmu pandai berinteraksi dengan-Nya sesuai dengan kebesaran dan kemuliaan-Nya.
Segera Memenuhi Panggilannya
Saat yang kau cintai memanggil, segera kau merespon tanpa menghiraukan sesibuk apakah kau saat itu. Dengan suka-cita kau lakukan perintahnya dan kau turuti kehendaknya. Begitulah kiranya orang bertaqwa menyambut seruan Rabbnya, mengais ampunan dan surga-Nya
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa.” (Ali Imran: 133)
Berkorban Untuknya
Cinta yang tumbuh karena Allah membuatmu mampu berkorban meski manusia memandang sia-sia pengorbananmu. Kau dianggap orang bodoh melakukan kekonyolan. Keyakinan di hatimu membuatmu bisa memastikan bahwa kau tidak melakukan kekonyolan dan pengorbananmu tidaklah salah alamat. Seperti seorang ibu yang berkorban untuk anaknya, seorang pejuang yang mengorbankan harta bahkan nyawa untuk tanah airnya. Tidak ada yang sia-sia bagi yang melandasi pengorbanannya dengan cinta.
Mencintai Orang yang Dicintainya
Cinta kita kepada Rasulullah karena beliau orang yang paling dicintai Allah. Demikian pula para wali Allah. Akhirnya Anda tergabung dalam rombongan para pecinta yang bergerak menebarkan cinta di alam semesta dan membawa kemaslahatan kepada sesama. Gelombang yang ditimbulkannya pun menjadi besar dan arus yang dihasilkannya menjadi kuat. Maka memohonlah kepada Allah cinta mereka juga, agar kau kelak dibangkitkan bersama mereka di hari Akhir
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
“Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (Attaubah: 119)
Rasulullah bersabda,
المَرْءُ معَ مَنْ أَحَبّ
“Seseorang itu dibangkitkan bersama siapa yang dicintainya.”
Allahu Akbar… Allahu Akbar… Allahu Akbar… walillahil-Hamdu…
Ma’asyiral Muslimin, rahimakumullah…
Beramal dengan cinta memperpanjang daya tahan dan menambah amunisi serta energi seorang hamba, bahkan melipat gandakan tenaganya. Berbagai jalan kemudahan akan terbuka dan berbagai keajaiban tiba. Kesungguhan yang kau tunjukkan kepada Rabbmu membuatmu terbimbing menuju jalan-jalan kebaikan. Boleh jadi di permulaan jalan kau hanya menempuh satu cara menuju kebaikan, namun dengan cinta dan kesungguhanmu kau dapati berjuta jalan terbentang menuju Rabbmu. Firman Allah,
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (Al-Ankabut: 69).
Sebab ketika kita mencintai, kita terasa terlahir kembali dan dibangunkan kembali dari tidur yang panjang, di alam yang penuh bunga-bunga keindahan
Sebab ketika kita mencintai, pandangan kita kepada segala sesuatu berubah, pikiran kita tentang segala sesuatu berubah, dan perasaan kita kepada sesuatu berubah.
Sebab ketika kita mencintai, mimpi yang kita alami terdengar suaranya, senyum kita terdengar, dan rindu kita terdengar
Sebab ketika kita mencintai, malam lebih kita cintai daripada siangnya, menghabiskannya berlama-lama di bawah temaram cahaya bulan
Sebab ketika kita mencintai, bunga melebihi fungsi dia diciptakan, begitupun pos dan telepon.
Sebab ketika kita mencintai, kita lebih memahami kehidupan ini ketimbang sebelumnya, lebih memahami diri kita dan lebih memahami orang lain.
Sebab ketika kita mencintai, kita bisa memberi tanpa batas dan rindu tanpa tepi
Sebab ketika kita mencintai, lalu banyak kesukaan baru, kreativitas baru, dan perhatian baru
Sebab ketika kita mencintai, kita bisa mengubah kebiasaan buruk kita, pikiran buruk, dan akhlak buruk kita. Maka suara kita berubah, mimpi kita berubah, dan selera kita berubah
Sebab ketika kita mencintai, kita banyak berpikir, banyak bermimpi, banyak khawatir
Sebab ketika kita mencintai, selalu terkenang wajah mereka, suara mereka, sikap mereka, dan sapa mereka
Sebab ketika kita mencintai, tulisan yang terangkai untuk mereka lebih detail, susunan hurufnya lebih tertata indah dan kita ulang-ulang dalam merangkainya
Sebab ketika kita mencintai, kalimat terasa berbobot, jenak-jenak waktu terasa berarti dan kebahagiaan terasa bermakna
Sebab ketika kita mencintai, kita menulis catatan rencana, berinteraksi dengan ketidaksengajaan, berterima kasih atas semua kondisi
اَللَّهُمَّ أَعِزِّ الإْسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ، وَاحْمِ حَوْزَةَ الدِّيْنِ، وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِيْنَ، اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ أَنْ تُعْلِيَ رَايَةَ الإِسْلاَم ِوَرَايَةَ أَهْلِهِ، وَأَنْ تُذِلَّ الْكُفْرَ وَأَنْ تُذِلَّ أَهْلَهُ ياَ قَوِيِّ يَا عَزِيْزٌ، اللَّهُمَّ انْصُرْ الْمُجَاهِدِينَ الَّذِيْنَ يُجَاهِدُوْنَ لِتَحْقِيْقِ كَلِمَةِ التَّوْحِيْدِ فِي كُلِّ مَكَانٍ، اَللَّهُمَّ انْصُرْهُمْ وَأَيِّدْهُمْ بِتَأْيِيْدِكَ وَقَوِّهِمْ بِقُوَّتِكَ فَإِنَّكَ أَنْتَ الْقَوِيُّ الْعَزِيْز، اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِي أَوْطَانِنَا وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلاَةِ أُمُوْرِنَا، وَدُلَّهُمْ عَلَى الرَّشَادِ وَبَاعِدْ بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ سُبُلِ أَهْلِ الْغَيِّ وَالْفَسَادِ يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِيْنَ، اَللَّهُمَّ إِناَّ نَسْأَلُكَ أَنْ تَرْفَعَ عَنَّا الرِّبَا وَالزِّنَا وَأَسْبَابَهُ، وَأَنْ تَدْفَعَ عَنَّا الزَّلاَزِلَ وَالْمِحَنَ وَسُوْءَ الفِتَنِ مَا ظَهَرَ مَنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بِلاَدِنَا هَذِهِ خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلاَدِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ أَنْ تُوَفِّقْنَا لِتَوْبَةٍ نَصُوْحٍ قَبْلَ الْمَمَاتِ، اَلَّلهُمَّ لاَ تُمِتَّنَا إِلاَّ وَقَدْ وَفَّقْتَنَا لِلتَّوْبَةِ، نَلْقَاكَ بِهَا وَأَنْتَ رَاضٍ عَنَّا وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ. اَلَّلهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ صَلاَحًا فِي أَنْفُسِنَا وَفِي أَهْلِيْنَا وَفِي أَوْلَادِنَا وَفِي عُلَمَائِنَا وَفِي وُلَاتِنَا أَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ وَأَجْوَدُ الأَجْوَدِيْنَ.
اَللَّهُمَّ اشْفِ مَرْضَانَا وَمَرْضَى الْمُسْلِمِيْنَ وَعَافِ مُبْتَلاَناَ، اَللَّهُمَّ ارْفَعْ دَرَجَاتِهِمْ وَكَفِّرْ سَيِّئَاتِهِمْ وَارْزُقْهُمُ الصَّبْرَ وَالِاحْتِسَابَ
اَللَّهُمّض إِنَّا عَبِيْدُكَ بَنُوْ عَبِيْدِكَ، بَنُوْ إِمَائِكَ، نَوَاصِيْنَا بِيَدِكَ، مَاضٍ فِيْنَا حًكْمًكَ، عَدْلٌ فِيْنَا قَضَاؤُكَ، نَسْأَلُكَ اَللَّهُمَّ بِكُلِّ اِسْمٍ هُوَ لَكَ سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَداً مِنْ خَلْقِكَ، أَوْ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ، أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ الْكَرِيْمَ رَبِيْعَ قُلُوْبِنَا، وَنُوْرَ أَبْصَارِنَا، وَجَلاَءَ أَحْزَانِنَا، وَذَهَابَ هُمُوْمِنَا.
اَللَّهُمَّ اشْرَحْ صُدُوْرَنَا بِالإِيْمَانِ وَاعْمُرْهَا باِلتَّقْوَى وَلاَ تَجْعَلْ فِيْهَا غِلاً وَلاَ حِقْداً وَلاَ حَسَداً لِأَحَدٍ مِنْ الْمُسْلِمِيْنَ ياَ أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خًلَفَائِهِ الأَرْبَعَةِ الرَّاِشِدِيْنَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِي وَعَنِ الآلِ وِالصُّحْبِ الْكِرَامِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِعَفْوِكَ وَإِحْسَانِكَ وَكَرَمِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar