Selasa, 07 Juli 2015

LAILATUR QADAR SEBAGAI SISTEM KOSMIK-ILAHIAH


KH. Tantowi Musaddad, MA

Orang yang paling berpeluang besar bertakwa adalah ahli IT (information technology), seperti karyawan PT. Telkom. Demikian karena mereka terbisaa hidup dan bergumul dalam mekanisme sistemik. Terkait predikat takwa dalam mekanisme keagamaan, karena dalam cara pandang tertentu mekanisme keberagamaan tak ubahnya sebuah sistem tertentu. Ini berangkat dari pemahaman bahwa segala sesuatu memiliki sistem. Di hadapan sistem kita akan bersikap seperti apa. Totalitas kepatuhan kepada sistem bagian dari jalur kesejatian dan kebermaknaan hidup.
Jika ibu bapak membeli suatu produk teknologi, handphone atau laptop misalnya, pada saat bersamaan Anda akan mndapatkan katalog barang tersebut, terkait spesifikasi, fitur dan mekanisme sistemik bagaimana menggunakan, merawat dan lain sebagainya. Suatu barang elektronik yang tanpa suplemen katalog, dapat dipastikan sebagai produk gagal, tidak banyak orang akan memilikinya. Dari suplemen katalog kita tahu, bagaimana sebuah produk bekerja. Totalitas kepatuhan kepada suplemen katalog bagian dari bagaimana kita memahami sistem. Keluar dari sistem ayng ditentukan merupakan alamat kehancuran.

Totalitas kepatuhan kepada suplemen katalog bagian dari bagaimana kita memahami sistem. Keluar dari sistem ayng ditentukan merupakan alamat kehancuran.

Bagi manusia, agama adalah sistem kosmik-ilahi. Di depan sistem kosmik-ilahi, manusia memposisikan diri sebagai hamba, ciptaan Tuhan. Bagaimana sistem ilahi bekerja, dijelaskan dalam suplemen katalog, yaitu al-Qur’an dan sunnah Nabi. Kepatuhan kita pada keduanya merupakan cara kita memposisikan diri di hadapan Allah Swt. kepatuhan total kepadaNya merupakan bentuk kemenyadaran seorang hamba di hadapan Tuhan. Sebuah sistem bekerja dalam ritme yang serba mekanistik: jelas prosedurnya. Menyalahi prosedur, suatu produk tidak akan bekerja maksimal. Misal, Anda menambah nomor digit PIN pintu masuk, yakin Anda tidak akan bisa masuk. Keluar dari sistem atau menyalahinya adalah sumber petaka. Orang beriman memiliki totalitas kepatuhan kepada mekanisme sistematik kosmik-ilahi.
Lailatul qadar bagian dari sistem atau fitur dalam sistem keberagamaan kita? Kita berpuasa dalam konteks mengagungkan qur’an. Ini dipahami dari ayat Syahru ramadlana ladzi Unzila fihil qur’an. Jika ada awal qur’an turun maka ada akhir qur’an turun. Baik awal maupun akhir turun qur’an dirayakan oleh Allah, melibatkan makhlukNya. Bahwa kita berpuasa dan melakasankan ibadah haji dikaitkan erat dengan al-Qur’an. Awal mula turun al-Qur’an dimulai dengan puasa Ramadhan, akhir turun ayat dirayakan dengan haji.

Bahwa kita berpuasa dan melakasankan ibadah haji dikaitkan erat dengan al-Qur’an. Awal mula turun al-Qur’an dimulai dengan puasa Ramadhan, akhir turun ayat dirayakan dengan haji.

Memahami lailatul qadar, ada baiknya mereview proses penciptaan manusia yang kontroversial. Sejak awal manusia diciptakan, melakat ketidaksetujuan makhluk Allah lainnya, iblis dan malaikat. Malaikat merasa lebih baik ketimbang manusia, tapi gerangan kenapa Allah tetap menciptakannya. Allah menjawab, ‘Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui”. Bahkan Allah membangga-banggakan manusia kepada malaikat sebagai makhluk terbaik, terlebih pada musim haji.
Adapun iblis, merasa lebih senior secara usia penciptaan. Diciptakan sebelum Adam dan dari bahan-bahan yang menurutnya terbaik ketimbang manusia. Di sini  senioritas tidak senang melihat kemajuan junior. Iblis tidak professional. Di sini Allah menjawab sekaligus  membela manusia. Maka dibuatkanlah sistem yang seutuhnya memihak kepada manusia. Dengan sistem ini, permusuhan iblis kepada umat manusia sehebat apapun godaan setan, manusia masih bisa selamat. Inilah sistem kosmik-ilahiah yang diberlakukan Allah kepada manusia dan makhluk Tuhan lainnya. Yakni sistem pengampunan. Secara aplikatif, misalnya, niat jelek belum masuk dosa. Niat baik sudah jadi kebaikan. Niat baik kemudian melaksanaknnya akan mendapat 10 point, al-hasanatu bi’asyi amtsaliha. Jika sedang puasa dan bertepatan lailatu qadar, sistem pahala ditingkatkan  30 ribu kali lipat. Ini sekali lagi dalam rangka keberpihakan Tuhan kepada manusia. Ada lagi sampai 100.000 kebaikan, yaitu ibadah haji. Shalat di masjidil haram berbeda dengan di masjidil Darul Ihsan Telkom. Bahkan ada kelipatan yang unlimited, bukan 100.000 tapi unlimited. Dalam bahasa qur’an ini disebut innama yuwaffa shabirun bighayri hisab, kebaikan yang tidak terbatas akan didapatkan orang-orang yang sabar. Bahkan  dalam hadis, al-shawmu li wa ana ajzi bihi. Hanya Allah yang tahu berapa pahala yang akan diberikan kepada kita yang melakukan ibadah puasa. Pahalanya tidak terbatas dan dirahasiakan. Dengan sistem penambahan pahala kebaikan dan ampunan, sekaligus mematahkan anggapan malaikat dan Iblis.

Lailatul qadar adalah sistem kosmik-ilahi bagi manusia mendapatkan kebajikan yang melimpah, sekaligus penegasan bekerpihakan Allah kepada manusia

Dalam sistem penilaian amal manusia yang berpihak kepada kemuliaan amal manusia, malaikat dan Iblis menyadari hal ini. Menyikapi ini Iblis sesumbar, wabi ‘izzatik la aghwiynnahum ajma’in illa ibadaka shalihin. Maka iblis menggoda manusia sepanjang masa. Karena sejak awal Allah memihak manusia, sehebat-hebat Iblis menggoda manusia, tak ada masaah selama manusia mengabdi kepada Allah sebagai tuhannya. Allah akan mengampuni. Mati dalam kalimat syahadat. Selama manusia mengikuti suplemen katalog, Allah akan memberikan jadwal pengampunan bertahap. Jadwal tahapan ampunan:
1.     Ampunan anytime, ketika manusia mau melaksanakan amal kebajikan. Dzikir, memberi pertolongan, berkarater baik di rumah,kantor, profesionalisme, bersedekah dengan ilmu, tenaga dll. Jika manusia melakukan kebaikan ada  3 point didapat sekaligus. Pertama, mendapat ampunan; kedua, mendapat pahala; ketiga, derajat tinggi atau porotopolio/kepangkatan naik).
2.     Ampunan harian, misalnya orang yang shalat lima kali shalat sehari. Menurut Nabi Muhammad, ibarat orang mandi 5 kali sehari. Ashalat ila shalat kaffartun lima bainahunna. Satu shalat kepada shalat lainnya menjadi kifarat dosa.
3.     Mingguan, seperti melaksanakan shalat Jum’at, Nabi bersabda al-jum’atu ilal jum’at kaffaratun lima bainahunna idzajtuniat al-kabair. Atau melaksanakan puasa Senin-Kamis
4.     Bulanan, anjuran rasul untuk melaksanakan puasa ayyamil bidh, pada tanggal 13, 14, 15 bulan Qamariyah.
5.     Tahunan, seperti puasa ramadhan. Jika dosa tidak bisa bersih oleh point ke- 1,2,3, bersih oleh puasa, dosa vertikal manusia kepada Tuhan, atau hamblum minallah, maka dianjurkan mamaf-maafan.
6.     Seumur hidup sekali, yaitu ibadah haji. Lebih canggih daripada puasa, karena seumur hidup sekali. Dosa vertical dan horizontal sekaligus. Nabi bersabda: “Mayoritas umatku  celaka bukan oleh dosa vertical kepada Allah. Satu-satunya yang ditakuti rasul, mayorita umat celaka oleh dosa horizontal kepada sesame manusia. Dosa sesame  mansia tidak akan dampuni Allah, kecuali yang terkait memafkan dulu. Ya Allah, Engkau memerintahkan hamba agar menghormati tamu bagi yang beriman. Nabi minta, agar semua kewajiban tamu ditanggung oleh Allah. Haji undangan Allah, berarti kta tamu Allah. Minta bentuk muliannya adalah. Muflis. Aku minta kezhalimah sesame manusia diambil dari Engkau. Jika hajinya mabrur; rizki halal, niat benar, la rafatsa wala fusuqa.

Dosa-dosa horizontal bisa dihapuskan oleh ibadah haji. Ini merupakan pembelaan Allah sebagai sistem yang sejak awal berpihak kepada manusia. Pembelaan Tuhan terhadap manusia. 1 (satu) kebajikan sama dengan mendapatkan 11 point. 9 (sembilan) kejelekan= 9 point. Dalam mekanisme ini, tidak ada satupun orang masuk neraka kecuali permintaan sendiri. Demikian karena Tuhan memproteksi manusia secar berlapis-lapis, katalog ini tidak dipakai manusia. Pembelaan total Allah terhadap manusia, seutuhnya dijelaskan Al-Qadar ayat 1-5. Pada malam lailatul qadar, jumlah malakiat yang turun saat ramadlan lebih banyak ketimbang jumlah kerikil. Malaikat berjubel memenuhi dunia. Karena itu ramadlan disebut bulan kemenangan manusia, kemuliaan buat manusia. lailatul qadar adalah, amnesti besar-besaran Allah kepada manusia.

“Dosa kepada Allah bisa lebur dengan mekanisme ampunan Tuhan yang melimpah. Adapun dosa kepada manusia, Allah tidak akan mengampuni kecuali diselesaikan dulu sesame manusia”


Bebas api neraka bisa didapat melalui ramadhan dan ibadah haji. Di Ramadhan ada lailatul qadar, lebih baik ketimbang seribu bulan. Sementara haji, Nabi menyebutkan ma min yaumin ahwan min iblis min yam ‘arafata. Iblis hamper frustasi saat seseorang beribadah haji. Jika usia baligh 15 tahu. Kita berumur 55 tahun, maka sudah 40 kali ramadhan dan mengalami lailatul qadar, tapi tidak bisa bebas dari apa neraka, maka bagaimana kualitas ibadah puasa kita? Maka masihkah kita tidak memanfaatkan sistem kosmik-ilahi?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar