Rabu, 06 Agustus 2014

Terjemah Fiqih Kitab at-Taqrib



Terjemah Fiqih Kitab at-Taqrib Matan Abi Syuja (1) [KITAB THAHARAH]
Secawan Kata
              
 Pemilik kitab At Tahdziib fii Adillati Matnil Ghooyati wat Taqriib berkata : “Sesungguhnya kitab (Matan Al Ghooyah wat Taqrib) merupakan kitab fiqih terbaik pada madzhab Syafi’i, dalam bentuk dan kandungannya. Kitab ini walaupun kecil ukurannya namun mengandung semua bab fiqih dan sebagian besar hukum-hukum serta masalah-masalah yang terdapat dalam ibadah, mu’amalah dan lain sebagainya, disertai ungkapan yang mudah, bagusnya lafadz dan susunannya yang indah, sehingga pada keistimewaannya pada pembagian topik, memudahkan orang yang ingin tafaquh dalam agama Alloh Ta’ala, dari sisi penguasaan dan menghadirkannya.
Keistimewaan yang lainnya adalah sesuatu yang telah Alloh tetapkan untuk kitab ini, dari penerimaan. Engkau akan dapati para pencari ilmu dan ulama, dahulu dan sekarang, menerima kitab ini dengan mempelajari, mengajarkan, memahami, menghafalkannya, menjelaskan dan menerangkannya”. (Dar Ibnu Katsir cetakan keempat h. 5).
                Sebagi bukti lain tingginya kedudukan kitab matan Abi Suja di madzhab adalah dengan banyaknya Syarh, hawasyi dan nadzom kitab ini, diantaranya :
  1. Kifayatul Akhyar fi Hilli Ghooyatil Ikhtishoor, karya Abu Bakr bin Muhammad Al Husainiy Ad Dimasqiy rohimahulloh, wafat tahun 829 H.
  2. Fathul Qoriib al Mujiib fi Syarhi Alfaadzit Taqriib atau dengan judul Al Mukhtaar fi Syarhi Ghooyatil Ikhtishor, karya Al ‘Alaamah Asy Syaikh Muhammad bin Qosim al Ghaziy rohimahulloh, wafat tahun 918 H.
  3. Hasyiiyah As Syaikh Burhanuddin Ibrohim bin Muhammad bin Ahmad Al Birmaawiy rohimahulloh, wafat tahun 1106 H.
  4. Hasyiiyah As Syaikh Ibrohim bin Muhammad bin Ahmad Al Baijuuriy rohimahulloh, wafat tahun 1277 H.
  5. Taudiih Al Baijuuriy ‘ala Syarhi Ibni Qosim li Matni Abi Suja, lajnah ulama azhar, cetakan pertama tahun 1374  H (3 Jilid).
  6. Quutul Habiib al Ghoriib Tausyikh ‘ala Fathil Qorib al Habiib, karya Asy Syaikh Muhammad Nawawi bin Umar al Jaawiy rohimahulloh, wafat tahun 1315 H.
  7. An Nihaayah fi Syarhi Ghooyah, karya Asy Syaikh Abu Abdillah Muhammad Waliyuddin Al Bashiir rohimahulloh, wafat tahun 972 H.
  8. Al Iqnaa’ fi Hilli Alfaadzi Abi Suja, Asy Syaikh Muhammad Asyarbiiniy Al Khothiib rohimahulloh, wafat tahun 977 H.
  9. At Tahdziib fii Adillati Matnil Ghooyati wat Taqriib, karya Doktor Muthofaa Diibul Bigha hafidzohulloh wa saddada khthooh.
  10. Nihayatut Tadriib fi Nadzomi Ghooyati At Taqriib, karya Syarofuddin Yahya bin As Syaikh Nuruddin Musa bin Ramadhan Ibnu ‘Umairoh, yang terkenal dengan Al ‘Imrithiy, wafat tahun 890 H.
****
بسم الله الرحمن الرحيم
M U Q O D D I M A H  P E N U L I S 
Dengan nama Alloh Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
 Segala puji bagi Alloh Robb alam semesta, semoga sholawat Alloh senantiasa tercurah pada tuan kami; Nabi Muhammad, keluarganya yang suci dan seluruh sahabatnya.  Al Qodiy Abu Suja’ Ahmad bin Al Husain bin Ahmad Al Asfahaniy rohimahulloh Ta’ala berkata: Sebagian teman-temanku–semoga Allloh Ta’ala senantiasa menjaga mereka– memintaku untuk menulis ringkasan fiqih berdasar madzhab Imam Asy Syafi’I –semoga rahmat dan keridlhoan Alloh dilimpahkan kepada beliau- secara ringkas dan padat, supaya mudah dipelajari oleh pelajar dan mudah bagi pemula untuk menghafalnya, dan agar saya memperbanyak taqsimat (perincian yang diperlukan) dan supaya menetapkan ketetapan (dari wajib, mandzub dan selain keduanya) secara seksama. Karena mengharap pahala aku kabulkan permintaan tersebut, seraya berharap bimbingan di atas jalan kebenaran  kepada Alloh Ta’ala. Sesungguhnya Dia (Alloh Ta’ala) atas setiap yang dikehendakiNya Maha Mampu, dan (Dia Ta’ala) kepada para hambanya Maha Lembut lagi Maha Mengetahui.
****
 Kitab Toharoh
Macam-Macam Air
Air yang boleh bersuci dengannya ada tujuh macam:
  1. Air Langit
  2. Air Laut
  3. Air Sumur
  4. Air (yang keluar dari) Mata Air
  5. Air Salju
  6. Air Es
Kemudian air terbagi kepada empat macam :
  1. Suci lagi mensucikan tidak timakruhkan  menggunaannya, ia adalah air mutlaq.
  2. Suci lagi mensucikan (namun) dimakruhkan menggunakannya, ia adalah air musyamas (yang menjadi panas karena sinar matahari).
  3. Suci namun tidak mensucikan, ia adalah air musta’mal dan air yang telah berubah dengan sesuatu yang mencampurinya dari sesuatu (benda) yang suci.
  4. Air najis, ia adalah air yang telah tercampuri Najis; Dan ia (air tersebut) tidalah kurang dari dua dulah dtau dua kulah (tapi) berubah (karena najis tersebut). Dua kulah adalah : Kira-kira seukuran 500 liter Bagdad  menurut pendapat yang paling kuat.
 Pasal
Menerangkan Sesuatu Yang Suci Dengan Disamak.
Kulit bangkai suci dengan proses penyamakan kecuali kulit anjing, babi dan yang lahir dari keduanya atau dari salah satu dari keduanya. Tulang bangkai dan bulunya adalah najis kecuali (tulang dan rambut) manusia.
 Pasal
Menerangkan Penggunaan Bejana-Bejana
Dan tidak diperbolehkan menggunakan bejana-bejana yang terbuat dari emas dan perak. Dan diperbolehkan mempergunakan selain keduanya dari bejana-bejana.
 Pasal
Menerangakan Siwak
Siwak disunahkan pada setiap kondisi kecuali setelah tergelincirnya (matahari) bagi yang sedang berpuasa. Bersiwak pada tiga tempat sangatlah ditekankan sunnahnya :
  1. tatkala telah berubahnya mulut dari lamanya diam dan yang lainnya
  2. tatkala bangun dari tidur
  3. dan tatkala hendak menegakan sholat.
Pasal
Menerangkan Pardu Wudlhu dan Sunah-Sunahnya
Pardu wudlhu ada enam perkara
  1. Niat tatkala mencuci wajah
  2. Mencuci wajah
  3. Mencuci kedua tangan beserta kedua sikunya
  4. Mengusap sebagian kepala
  5. Mencuci kedua kaki beserta kedua mata kakinya
  6. Tartib sebagaimana kami telah menyebutkannya.
Sunah-sunahnya ada sepuluh :
  1. Membaca bismilah
  2. Mencuci dua telapak tangan sebelum memasukan keduanya ke bejana
  3. Kumur-kumur dan Menghirup air ke hidung dengan air yang baru
  4. Mengusap seluruh kepala
  5. Mengusap kedua telinga
  6. Mensela-sela jenggot yang lebat
  7. Mensela-sela jari jemari kedua tangan dan kedua kaki
  8. Mendahulukan yang kanan daripada yang kiri
  9. Mencuci dengan tiga kali-tiga kali
  10. Berkesinambungan/bersambung.
 Pasal
Tentang Istinja
 Istinja hukumnya wajib; Dari kencing dan berak. Yang paling utama istinja dengan batu kemudian air mengikutinya. (Dan) diperbolehkan untuk mencukupkan dengan air saja atau dengan menggunakan tiga batu; Yang bersih dengannya tempat (keluarnya kencing atau berak). Jika dia hendak mencukupkan dengan salah satu dari keduanya maka menggunakan air adalah lebih utama. Hendaknya meninggalkan (dari) menghadap dan membelakangi kiblat (tatkala melakukannya) di padang terbuka. Hendaknya tidak kencing dan berak di air yang menggenang, di bawah pohon yang berbuah, di jalan, di tempat berteduh, di lubang, tidak berbicara ketika kencing dan berak, tidak menghadap dan tidak membelakangi matahari dan bulan dan tidak istinja dengan tangan kanan.
Pasal
Tentang Pembatal-Pembatal Wudlhu
Dan yang membatalkan wudkhu ada enam macam :
  1. Dikarenakan ada sesuatu yang keluar dari dua jalan
  2. Tidur dengan posisi yang tidak kokoh di tanah tempat duduknya
  3. Hilang akal karena mabuk atau sakit
  4. Lelaki menyentuh perempuan dengan tanpa penghalang
  5. Menyentuh kemaluan manusia dengan telapak tangan
  6. Menyentuh lubang anusnya menurut pendapat yang baru (dari Imam Syafi’i).
Pasal
Tentang Yang Mewajibkan Mandi
Dan yang mewajibkan mandi ada enam perkara :
Tiga perkara yang leleki dan perempuan berserikat di dalamnya, ia adalah :
  1. Bertemunya dua khitan (jima)
  2. Keluarnya air mani
  3. Meninggal dunia
Dan tiga perkara yang wanita dikhususkan dengannya :
  1. Haid
  2. Nifas
  3. Melahirkan.
 Pasal
Tentang Wajib-Wajib Mandi dan Sunah-Sunahnya
Dan wajib-wajib mandi ada tiga :
  1. Niat
  2. Menghilangkan najis jika najis tersebut ada di badannya
  3. Menyampaikan air ke pangkal\akar rambut dan kulit
Sunah-sunahnya ada lima perkara :
  1. Membaca bismilah
  2. Mencucui tangan sebelum memasukan keduanya ke bejana dan berwudlhu sebelumnya (Baca : sebelum mandi).
  3. Menjalankan tangan ke seluruh badan
  4. Berkesinambungan/bersambung
  5. Mendahulukan yang kanan daripada yang kiri.
Pasal
Tentang Mandi-Mandi Yang Disunahkan
Dan mandi-mandi yang disunahkan ada tujuh belas macam mandi :
  1. Mandi Jum’at.
  2. Mandi pada dua hari raya.
  3. Tatkala akan sholat Istisqo.
  4. Ketika akan sholat khusuf ‘gerhana matahari’.
  5. Ketika akan sholat kushuf ‘gerhana bulan’.
  6. Mandi setelah memandikan mayit
  7. Mandi ketika seorang kafir masuk Islam
  8. Yang gila jika dia menjadi sembuh
  9. Orang yang pingsan jika sadar
  10. Mandi tatkala akan ihrom
  11. Mandi karena masuk Makkah
  12. Mandi karena akan wuquf di Arofah
  13. Dan bagi yang melempar yang tiga jumroh
  14. Mandi karena akan thowaf.
  15. Mandi karena akan melaksanakan sa’i.
  16. Mandi ketika akan memasuki kota Rosululloh r ‘Madinah’.

Pasal
Tentang Mengusap Kedua Khuf
Dan mengusap kedua khuf adalah diperbolehkan dengan sarat
  1. Hendaknya dia memakai keduanya setelah sempurnanya thoharoh
  2. Hendaknya kedua khuf tersebut menutupi tempat mencuci yang wajib, dari kedua telapak kaki.
  3. Hendaknya keduanya dari sesuatu yang mungkin mengikuti pejalan di atas keduanya.
Orang yang mukim mengusap (khuf) selama sehari semalam. Musafir mengusap (khuf) selama tiga hari beserta malam-malamnya. Awal lama(nya) dari mulai berhadats setelah memakai kedua khuf.
Jika dia mengusap pada waktu safar kemudian muqim atau mengusap ketika hadir kemudian safar maka dia telah menyempurnakan usapan mukim.
Mengusap (khuf) menjadi batal dengan tiga perkara :
  1. Dia melepaskan keduanya
  2. Habisnya masa (diperbolehkannya mengusap)
  3. Segala sesuatu yang mewajibkan mandi.
Pasal
Tentang Tayamum
Dan sarat-sarat tayamum ada lima perkara :
  1. Adanya kesulitan karena berpergian atau sakit
  2. Masuknya waktu sholat.
  3. Mencari air.
  4. Tidak bisa mempergunakannya dan membutuhkannya setelah mendapatkannya.
  5. Tanah yang suci lagi berdebu. Jika debu tersebut tercampur batu atau kerikil maka tidak mencukupi.
Fardlhu tayamum ada empat perkara :
  1. Niat.
  2. Menyapu wajah.
  3. Menyapu kedua tangan beserta kedua sikunya.
  4. Tertib secara berurutan.
Sedangkan sunnahnya ada tiga :
  1. Membaca bismillah.
  2. Mendahulukan tangan kanan dari pada tangan yang kiri.
  3. Dan Bersambung.
Dan Yang membatalkan tayamum ada tiga pula :
  1. Setiap yang membatalkan wudlhu.
  2. Melihat air pada saat tidak sedang sholat.
  3. Murtad.
Orang yang pada anggota badannya terdapat pembalut maka ia mengusapnya dan tayamum kemudian sholat. Dan tidak wajib mengulanginya dia jika memasangnya ketika suci.
Hendaknya tayamum setiap akan melaksanakan sholat wajib, dan boleh melaksanakan berbagai sholat sunat dengan satu tayamum.
Pasal “Tentang Berbagai Najis dan Cara Menghilangkannya”.
Setiap benda cair yang keluar dari dua jalan maka hukumnya najis, kecuali air mani.
Mencuci seluruh jenis air kencing dan peces hukumnya wajib, kecuali air kencing bayi laki-laki yang belum memakan makanan lain, maka ia disucikan dengan cara mencipratinya dengan air, demikian berbeda dengan air kencing bayi perempuan.
Segala jenis yang najis tidaklah dima’afkan, kecuali sedikit darah dan nanah serta hewan yang tidak memiliki darah yang mengalir jika jatuh ke dalam bejana dan mati di dalamnya.
Seluruh jenis hewan suci, kecuali anjing dan babi, serta yang terlahir dari keduanya atau dari salah satunya.
Seluruh jenis bangkai hukumnya najis kecuali bangkai ikan, belalang dan manusia.
Seluruh jenis bejana wajib di cuci sebanyak tujuh kali karena jilatan anjing dan babi, salah sataunya dicampur dengan tanah.
Adapun najis-najis yang lainnya maka cukup sekali cucian, tapi jika berulang sampai tiga kali lebih utama. 
Jika arak berubah menjadi cuka dengan sendirinya maka menjadi suci. Adapun jika berubah dikarenakan suatu zat yang dimasukan kedalam arak tersebut maka tidaklah suci ‘najis’. 
Pasal ‘Tentang Penjelasan Hukum Haid, Nifas dan Istihadlhoh
            Darah yang keluar dari kemaluan ada tiga :
  1. Darah haidh.
  2. Darah nifas.
  3. Darah istihadlhoh.
            Darah haid adalah darah yang keluar dari kemaluan perempuan yang sedang dalam kondisi sehat, tidak dikarenakan melahirkan. Warnanya hitam kemereh-merehan dan panas.
            Nifas adalah darah yang keluar setelah melahirkan.
Istihadloh adalah darah yang keluar tidak pada hari-hari haid dan nifas.
Haid paling sedikitnya sehari semalam, paling banyaknya lima belas hari. Sedangkan keumumannya selama enam atau tujuh hari.
Nifas paling sedikitnya sekejap, paling banyaknya enam puluh hari. Sedangkan keumumannya selama empat puluh hari.
Paling sedikitnya suci antara dua haid adalah lima belas hari, dan tidak ada batasan paling banyaknya.
Usia termuda perempuan dalam haidh adalah pada umur sembilan tahun.
Masa hamil sekurang-kurangnya enam bulan, paling lamanya empat tahun, sedangkan pada keumumannya selama sembilan bulan.
Bagi perempuan yang sedang haid dan nifas diharamkan delapan perkara :
  1. Sholat.
  2. Shaum.
  3. Membaca al-Qur’an.
  4. Menyentuh mushaf al-Qur’an dan membawanya.
  5. Masuk Masjid.
  6. Thowaf.
  7. Bersetubuh
  8. Dan bersenang-senang dengan sesuatu yang ada diantara pusar dan lutut.
            Diharamkan bagi yang sedang junub lima perkara :
  1. Sholat.
  2. Membaca al-Qur’an.
  3. Menyentuh mushaf dan membawanya.
  4. Thowaf.
  5. Berdiam diri di masjid.
Bagi yang berhadats diharamkan tiga perkara :
  1. Sholat.
  2. Thowaf.
  3. Dan menyentuh mushaf serta membawanya.


Terjemah Fiqih Kitab at-Taqrib Matan Abi Syuja (2) [KITAB SHALAT]
Kitab Sholat
Tentang Waktu-Waktu Sholat
Sholat wajib ada lima :
Dzuhur : Awal waktunya mulai tergelincir matahari, dan akhirnya jika bayangan sesuatu sama panjang dengan bendanya selain bayangan waktu zawal.
Ashar : Permulaan waktunya adalah bila bayangan – pada akhir waktu dzuhur – bertambah panjang dari benda aslinya. Adapun akhir waktu ikhtiyar sampai bayangan dua kali lipat, sedangkan watu jawaz sampai terbenamnya matahari.
Maghrib : Waktunya hanya satu, yaitu dari mulai terbenamnya matahari sampai hilangnya lembayaung merah.
Isa : Permulaan waktunya jika lembayung merah telah hilang, akhir waktu ikhtiyar sampai sepertiga malam, adapun waktu jawaz sampai terbitnya fajar yang kedua.
Shubuh : Permulaan waktunya mulai terbitnya fajar kedua, sedangkan akhir waktu ikhtiyarnya sampai isfiror. Adapun akhir waktu jawaz sampai terbitnya matahari.
Pasal ‘Tentang Syarat Wajib Sholat’.
Syarat wajib sholat ada tiga hal : Islam, baligh dan berakal, ia adalah taklif.
Pasal ‘Tentang Sholat-Sholat Sunnah dan Rowatib’.
Sholat yang sunnah ada lima :
  1.  Dua hari raya,
  2. dua khusuf
  3. dan istisqo.
Sholat sunnah yang mengikuti sholat fardu ada tujuh belas roka’at :
  1. Dua roka’at fajar ‘sholat sunnah qobliyah subuh’.
  2. Empat roka’at sebelum dzuhur.
  3. Dua roka’at sesudahnya.
  4. Empat roka’at sebelum ashar.
  5. Dua roka’at sebelum maghrib.
  6. Tiga roka’at setelah sholat isa, berwitir dengan salah satunya.
Tiga sholat sunnah sangat ditekankan :
  1. Sholat malam.
  2. Sholat duha.
  3. Sholat tarawih.
Pasal ‘Tentang Syarat Sholat’.
Syarat sholat sebelum pelaksanaannya ada lima :
  1. Sucinya anggota badan dari hadats dan najis.
  2. Menutup aurat dengan baju yang suci.
  3. Berdiri di tempat yang suci.
  4. Mengetahui telah masuknya waktu sholat.
  5. Menghadap qiblat.
Pasal ‘Rukun Sholat dan Sunah-Sunnahnya’.
Rukun-rukun sholat ada delapan belas rukun :
  1.  Niat.
  2. Bediri jika mampu
  3. Takbirotul ihrom
  4. Membaca surat al-Fatihah, dan bismillah merupakan bagian darinya.
  5. Ruku’
  6. dan tu’maninah di dalamnya.
  7. I’tidal
  8. dan tu’maninah di dalamnya.
  9. Sujud
  10. dan tu;maninah di dalamnya.
  11. Duduk diantara dua sujud
  12. dan tu’maninah di dalamnya.
  13. Duduk yang akhir.
  14. Membaca tasyahud.
  15.  pada sa’at duduk akhir.rMembaca shoawat kepada nabi
  16. Salam yang pertama
  17. Niat keluar dari sholat
  18. Teartib dalam rukun yang telah kami sebutkan di atas.
Sunah-sunnahnya sebelum memasuki sholat ada dua :
  1. Adzan.
  2. Dan Iqomah.
Adapun setelah memasukinya ada dua pula :
  1. Tasyahud awal
  2. Qunut dalam sholat shubuh dan witir pada setengah yang kedua dari bulan Romadhon.
Sunnah haiyah ada lima belas bagian :
  1. Mengangkat kedua tangan tatkala takbirotul ihrom, hendak ruku dan bangun dari ruku.
  2. Meletakan tangan kanan di atas tangan kiri.
  3. Membacado’a tawajjuh ‘do’a iftitah’.
  4. Membaca isti’adzah.
  5. Mengeraskan suara padatempatnya.
  6. Memelankannya pula padatempatnya.
  7. Membaca amin.
  8. Membaca surat setelah membaca surat al-Fatihah.
  9. Bertakbir tatkala merunduk dan bangkit.
  10. Ungkapan : sami’allohu liman hamidah robbana lakal hamdu.
  11. Bertasbih tatkala ruku dan sujud.
  12. Meletakan kedua tangan di atas kedua paha tatkala duduk, demikian dengan membentangkan tangan kiri dan menggenggamkan yang kanan, kecuali telunjuk. Karena dia berisyarat tatkala membaca syahadat.
  13. Duduk iftirosy pada seluruh duduk.
  14. Dan duduk tawaruk pada duduk yang terakhir.
  15. Salam yang kedua.
Pasal Tentang Perkara-Perkara Yang Perempuan Menyelisihi
Laki-Laki Di Dalam Shalat
Perempuan menyelishi laki-laki dalam lima hal :
  1. Laki-laki merenggangkan kedua sikunya dari kedua lambungnya”
  2. (laki-laki) mengangkat perutnya dari kedua pahanya kala ruku dan sujud
  3. (laki-laki) Mengeraskan bacaan pada tempat-tempat jahr
  4. (laki-laki) jika memperingatkan sesuatu di dalam shalat maka bertasbih
  5. Dan auratnya antara pusar dan lututnya.
Dan perempuan merapatkan antar bagiandengan bagian yang lainnya, merendahkan bacaannya ketika ada laki-laki ajanib, jika memperingatkan sesuatu dalam shalat maka menepukan tangan, seluruh tubuh perempuan merdeka merupakan aurat di dalam shalat kecuali wajahnya dan kedua telapak tangannya, dan aurat budak perempuan
seperti aurat laki-laki dalam shalat.
Pasal Tentang Pembatal-Pembatal Shalat
Dan yang membatlkan sholat ada sebelas macam :
  1. Berbicara yang sengaja
  2. Melakukan gerakan yang banyak yang berturut-turut.
  3. Hadas
  4. Tiba-tiba terkena najis
  5. Tersingkapnya aurat
  6. Berubahnya niat
  7. Membelakangi kiblat
  8. Makan
  9. Minum
  10. Ketawa
  11. Dan riddah.
Pasal Tentang Jumlah Raka’at Shalat
Rakaat shalat fardu ada tujuh belas raka’at : Dan dalam shalat itu sendiri ada tujuh belas ruku, tigapuluh empat sujud, sembilan puluh empat kali takbir, sembilan kali tasyahud, sepuluh salam, seratus limapuluh tiga tasbih. Dan jumlah rukun dalam shalat ada duaratus tigapuluh empat rukun, dan dalam shalat yang empat rakaat ada limapuluh empat rukun. Barangsiapa tidak mampu berdiri dalam shalat fardu maka shalat sambil duduk, dan barangsiapa ridak mampu sambil duduk maka sambil berbaring. Dan jika tidak mampu dari itu maka shalat dengan isyarat, dan jika tidak mampu dengan isyarat maka shalat dengan penglihatannya seraya niat dengan hatinya.
Pasal Tentang Sujud Sahwi
Dan yang ditinggalkan dari shalat adal tiga perkara :
  1. Fardu
  2. Sunah haiat
  3. Dan sunah.
Fardu tidak terganti dengan sujud sahwi, bahkan jika mengingatnya dan waktunya berdekatan maka dia kembali ke yang tertingggal itu dan meneruskan shalat (yang masih tersisia) dan sujud sahwi.
Sunah : Tidak kembali pada yang tertinggal tersebut setelah berganti dengan fardu, akan tetapi sujud untuk sahwi dari yang tertinggal itu.
Al Haiat : Tidak kembali padanya setelah tertinggal darinya dan tidak sujud sahwi dari yang tertinggal itu.
Dan jika ragu dalam bilangan yang telah dikerjakan dari rakaat, maka dibangun di atas keyakinan (dan ia yang paling sedikit), dan sujud sahwi.
Sujud sahwi sunah dan pelaksanannya sebelum salam.
Pasal Tentang Waktu-Waktu Yang Diharamkan Shalat
Pada Waktu Tersebut
Ada lima waktu yang tidak boleh shalat pada waktu-waktu tersebut kecuali shalat yang memiliki sebab :
  1. Shalat subuh hingga terbitnya marahari.
  2. Ketika terbit matahari hingga sempurna dan naik seukuran tombak.
  3. Ketika matahari tegak lurus hingga bergeser.
  4. Setelah shalat Asar sampai terbenamnya matahari
  5. Dan ketika terbenam matahari hingga sempurna terbenamnya.
Pasal Tentang Shalat Berjama’ah
Shalat (fardu) berjama’ah sunnah muakad, makmum wajib niat mengikuti imam adapun imam (tidak wajib niat menjadi imam).
Boleh seorang yang merdeka bermakmum pada budak/hamba sahaya. Dan yang sudah baligh pada anak yang belum baligh. Dan tidak sah bermakmumnya seorang lelaki pada perempuan, dan tidak pula seorang qaari pada seorang yang buta huruf. Dan ditempat manapun seorang makmum shalat di dalam masjid dengan shalatnya imam, dia tahu dengan shalatnya imam maka tealah mencukupinya selama tempat dia tidak lebih depan dari imam. Dan jika makmum shalat di luar masjid, dekat dengan masjid tersebut, dia mengetahui shalatnya imam, dan tidak ada penghalang disana maka boleh, batas dekat antara keduanya kira-kira tigaratus dzira.
Pasal Tentang Shalat Musafir
Bagi seorang musafir boleh mengqosor (meringkas) shalat yang empat raka’at dengan lima syarat :
  1. Safarnya bukan dalam rangka maksiat.
  2. Hendaknya jaraknya enambelas farsakh
  3. Hendaknya shalat tersebut adaan (bukan mengqodo)
  4. Berniat mengqosor bersamaan dengan takbirotul ihram.
  5. Dan hendaknya menyempurnakan.
Dan bagi musafir boleh menjama’ antara shalat dzuhur dan ashar di salah satu waktu keduanya, dan antara shalat magrib dan isya disalah satu waktu dari keduanya yang dia kehendaki. Dan bagi yang sedang hadir (tidak berfergian) ketika turun hujan boleh menjama’ keduanya di waktu pertama dari salah satu shalat tersebut.
Pasal Tentang Shalat Jum’at
Syarat wajib shalat jum’at ada tujuh perkara :
  1. Islam
  2.  Baligh
  3. Berakal
  4. Merdeka
  5. Laki-laki
  6. Sehat
  7. Dan menetap
Dan syarat sah mengerjakan shalat Jum’at ada tiga :
  1. Dilaksanakan dikota atau desa.
  2. yang shalat Jum’at 40 orang dari ahli Jum’at.
  3. Dan hendaknya waktu itu tersisa.
Maka jika telah keluar waktu atau syaratnya tidak terpenuhi maka dilaksanakan shalat dzuhur.
Dan fardu Jum’ah ada tiga :
  1. Dua khutbah sambil berdiri
  2. Duduk diantara dua khutbah
  3. Dan shalat dua raka’at dengan berjama’ah.
Disunnahkan untuk diam ketika khutbah, dan barangsiapa masuk masjid dan imam sedang berkhutbah maka hendaknya dia shalat dua rakaa’at secara ringan kemudian duduk.
Pasal Tentang Shalat I’dain
Hukum shalat ‘idain sunah mu’akad, ia dua raka’at, pada raka’at pertama bertakbir sebanyak tujuh kali selain takbiratul ihram, dan pada raka’at kedua lima kali selain takbiratul ketika akan berdiri, dan setelahnya dua khutbah, pada khutbah pertama sembilan kali dan pada khutbah yang kedua tujuh kali.
Bertakbir dari tenggelamnya matahari dari malam ‘ied sampai imam masuk untuk shalat, dan pada iedul adha bertakbir setiap setelah shalat fardu, dimulai dari shubuh hari ‘Arafah sampai Ashar diakhir hari tasyriq.
Pasal Shalat Kususf (Gerhana Matahari) dan Khususf (Gerhana Bulan)
Shalat khusuf sunnah mu’akad (ditekankan), jika terluput maka tidak diqodo. Dan shalat untuk kusuf matahari dan shalat untuk khusuf bulan itu dua raka’at, dan pada tiap raka’at ada ada dua berdiri dengan dua bacaan yang panjang pada kedua berdiri tersebut dan dua ruku dengan tasbih yang panjang pada keduanya, adapun sujud tidaklah panjang, dan setelahnya khutbah dengan dua khutbah. Bacaan sir (pelan) dalam kusuf matahari dan dengan bacaan jahr (keras) ketika khusuf bulan.
Pasal Tentang Shalat Istisqo
Shalat istisqo disunahkan, maka imam memerintahkan masyarakat untuk bertaubat, bershdaqoh, keluar dari kedzaliman, berbuat baik pada musuh dan puasa tiga hari, kemudian imam keluar bersama mereka pada hari yang keempat dengan menggunakan baju yang lusuh seraya berjalan dengan khusu lagi merasa hina, dan kemudian imam shalat dua raka’at dengan mereka seperti shalat ‘iedain, kemudian berkhutbah setelah shalat dua rakaat tersebut, dan hendaknya khatib memindahkan posisi selendangnya dari arah sebelah kanan ke arah sebelah kirinya, dan menjadikan bagian atasnya menjadi bawahnya dan bawahnya menjadi sebelah atasnya, dan memperbanyak do’a dengan doa’ Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu do’a : Ya Allah, jadikanlah hujan tersebut hujan rahmat, dan janganlah Engkau menjadikannya hujan tersebut sebagai siksa, kehancuran dan bala, serta bukan pula hujan yang menenggelamkan, Ya Allah jadikanlah hujan tersebut di tempat-tempat yang tinggi dan rendah, di tempat tumbuhnya pohon dan di lembah-lembah, Ya Allah, jadikanlah hujan tersebut disekitar kami dan bukan yang menghancurkan kami, Ya Allah, turunkanlah hujan yang memberikan pertolongan, mengenakan, memudahkan , tawar, lagi selamanya hingga hari pembalasan. Ya Allah, berilah kami hujan dan janganlah Engkau menjadikan kami manusia-manusia yang berputus asa. Ya Allah, sesungguhnya banyak penduduk dan wilayah dalam kepayahan, kelaparan dan kesempitan. Yang kami tidaklah mengadu kecuali kepadaMu. Ya Allah, tumbuhkankanlah bagi kami tanaman-tanaman, suburkan bagi kami susu, turunkanlah bagi kami keberkahan dari langit, dan tumbuhkan pula bagi kami dari keberkahan bumi, dan hilangkanlah bencana yang menimpa kami, yang tidak ada (yang mampu) menghilangkannya selainMu. Ya Allah, kami memohon ampunan Mu, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, maka turunkanlah hujan kepada kami dengan lebat.
Dan hendaknya mandi ketika hujan turun di lembah-lembah, dan bertasbih ketika ada guntur dan kilat.
Pasal Tentang Shalat Khauf
Shalat khauf ada tiga bentuk :
Pertama : Ketika musuh bukan di arah kiblat, maka imam membagi pasukan pada dua kelompok, satu kelompok berdiri menghadap musuh dan satu kelompok lainnya debelakang imam. Maka imam shalat dengan satu kelompok yang ada di belakangnya satu raka’at, kemudian anggota kelompok tersebut menyempurnakannya masing-masing dan selanjutnya berlalu menghadap musuh, dan datanglah kelompok lainnya, maka imam shalat bersama mereka satu raka’at, kemudian kelompok yang terakhir ini menyempurnakannya masing-masing dan akhirnya imam salam bersama mereka.
Kedua : Musuh ada di arah kiblat, maka imam mengatur shaf mereka menjadi dua shaf, imam takbiratul ihram dengan mereka, jika imam sujud maka sujud bersamanya satu shaf dan shaf yang lainnya berdiri menjaga mereka, jika imam telah bangkit maka mereka sujud menyusulnya.
Ketiga : Ketika sangat takut dan berkecamuknya perang, maka shalat dengan cara yang paling memungkinkan, sembari berjalan atau berkendaraan, baik menghadap kiblat atau pun tidak menghadap padanya.
Pasal Tentang Pakaian
Laki-laki haram memakai pakian dari bahan sutra dan bercincin dengan emas, dan halal bagi perempuan. Sedikit dan banyaknya sama dalam keharamannya. Jika sebagian baju dari bahan sutra dan sebagiannya dari kapas atau katun, maka boleh memakainya selama sutranya bukan yang mendominasi.
Pasal Tentang Penjelasan Hukum-Hukum Pengurusan Mayit
dan Yang Berkaitan Dengannya.
Dan empat perkara yang wajib berkenaan dengan mayit :
  1. Memandikannya
  2. Mengkafaninya.
  3. Menshalatinya
  4. Dan menguburkannya.
Dua jenis mayit yang tidak dimandikan dan tidak pula dishalati :
  1. Syahid di peperangan dengan musyrikin
  2. Bayi yang jatuh (keguguran) yang tidak sempat bersuara keras.
Mayit dimandikan secara witir (ganjil), pada siraman pertamanya menggunakan bidara dan pada siramann yang terakhir sesuatu dari kafur barus.
Mayit dikafani dengan tiga lapis kain putih, qomis dan imamah tidak termasuk yang tiga lapis itu. Dan perempuan dengan lima lapis kain putih.
Dan bertakbir atasnya dengan empat kali takbir : Setelah takbir pertama membaca al Faihah, setelah takbir kedua bersholawat atas Nabi sholallohu ‘alaihi wa sallam, dan mendo’akan mayit setelah takbir yang ketiga, dia mengatakan : Ya Allah ini dia hambaMu dan anak dari dua hambaMu, telah keluar dari kesenangan dan keluasan dunia, serta keluar dari yang dicintainya dan pencintanya menuju kegelapan kubur dan sesuatu yang dia akan menjumpainya. Dia telah bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang benar selainMu saja, yang tidak ada sekutu bagiMu, dan dia pun bersaksi bahwa Muhammad merupakan hamba dan utusanMu. Engkau lebih mengetahui tentangnya daripada kami. Ya Allah, sesungghnya mayit ini menghadap kepadaMu dan Engkau sebaik-baik yang diharapkan. Mayit ini membuthkan rahmatMu, dan Engkau Maha Kaya dari menyiksanya. Sungguh kami mendatangiMu dengan penuh kecintaan padamu supaya ada kebaikan baginya. Ya Allah, jika si mayit termasuk orang yang baik, maka tambahilah kebaikannya, dan jika dia orang yang berbuat kesalahan maka ampunilah kesalahannya, dan pertemukanlah dia dengan rahmat dan keridloanMu, serta selamatkanlah dia dari fitnah kubur dan siksanya, luaskanlah kuburnya, dan renggangkanlah bumi dari kedua lambungnya, pertemukanlah dia dengan rahmatMu, keamanan dari siksaMu, sehingga Engkau bangkitkan dia dalam keadaan aman menuju surgaMu Ya Arhamaraahimiin.
 Dan setelah takbir yang keempat membaca : Ya Allah, janganlag Engkau haramkan bagi kami pahalanya, dan janganlah Engkau menguji kami sepeninggalnya, ampunilah kami dan dia. Dan kemudian salam setelah takbir yang keempat.
Dan dikebumikan di dalam liang lahat menghadap kiblat, dan dijalankan (dimulai [dengan memasukan]) kepalanya dengan lembut/pelan-pelan. Dan orang yang memasukannya di liang lahat membaca : “Dengan nama Allah dan di atas agama Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam”, mayit diletakan/dikebumikan setelah didalamkan kuburan seukuran berdirinya seseorang dan sebentangan tanganya (itu kira-kira seukuran empat hasta setengah), meratakan kubur dan tidak membangun bangunan di atasnya, dan tidak mengecatnya. Tidak mengapa dengan menangis atas mayit dengan tanpa mengeraskan suara dan merobek baju. Kelarga yang ditinggal dita’ziahi sampai tiga hari setelah penguburannya.
Dan tidaklah dikuburkan dua orang dalam satu kuburan kecuali bila ada keperluan.


Terjemah Fiqih Kitab at-Taqrib Matan Abi Syuja (3) [ KITAB ZAKAT ]
KITAB ZAKAT
Zakat wajib dalam lima perkara, yaitu : Binatang ternak, atsman, hasil pertanian,  buah-buahan dan harta dagangan.
Adapun binatang maka wajibnya zakat dalam tiga jenis hewan, yaitu : Unta, sapi, dan kambing. Syarat wajib zakatnya ada enam perkara : Islam, merdeka, kepemilikan yang sempurna, nishob, haul dan digembalakan.
Adapun atsman ada dua macam : Emas dan perak . Syarat wajib zakatnya ada lima perkara : Islam, merdeka, kepemilikan yang sempurna, nishab dan haul.

Adapun zakat tanaman maka wajibnya zakat dengan tiga syarat : Jenis tanaman yang ditanam  oleh manusia, mekanan pokok yang bisa tahan lama disimpan, telah nishob.
Adapun tsamar/buah-buahan maka zakatnya wajib dalam dalam dua jenis buah : Buah kurma dan buah anggur. Dan syarat wajib zakatnya ada empat perkara : Islam, merdeka, kepemilikan yang sempurna, dan nishab.
Adapun barang dagangan maka wajib zakatnya dengan syarat-syarat yang disebutkan dalam zakat  atsman (emas dan perak).
Pasal Tentang Zakat Unta
Permulaan nishob Unta adalah lima ekor, dan zakatnya satu ekor kambing.
Dan untuk sepuluh ekor Unta zakatnya dua ekor kambing.
Dan untuk lima belas unta zakatnya tiga ekor kambing.
Dan untuk duapuluh ekor unta zakatnya empat ekor kambing.
Dan untuk duapuluh lima ekor unta zakatnya unta bintu makhod.
Dan untu tigapuluh enam ekor unta zakatnya dengan bintu labun.
Dan untuk empat puluh enam ekor unta zakatnya dengan hiqqoh.
Dan untuk enampuluh satu ekor unta zakatnya dengan jada’ah.
Dan untuk tujuhpuluh enam unta zakatnya dengan dua ekor bintu labun.
Dan untuk sembilanpuluh satu unta zakatnya dengan dua ekor hiqqoh,
Dan untuk seratus duapuluh satu ekor unta zakatnya dengan tiga ekor bintu labun.
Dan bagi setiap empat puluh  zakatnya bintu labun.
Dan bagi setiap limapuluh ekor maka zakatnya hiqqoh.
Pasal Tentang Zakat Sapi
 Permulan nishob sapi tigapuluh ekor sapi, dan zakatnya tabi’. Dan dalam empatpuluh ekor zakatya musinnah. Maka atas ini analogikanlah.
Pasal Tentang Zakat Kaming.
Permulaan nishab kambing adalah empatpuluh ekor, dan zakatnya satu ekor kambing yang berusia genap enam bulan (jada’ah) atau satu ekor domba yang genap berusia satu tahun (tsaniyah).
Dan dalam jumlah seratus dua puluh satu ekor  kambing, zakatnya dua ekor kambing.
Dan dalam jumlah duaratus satu, zakatnya tiga ekor kambing.
Dan dalam jumlah empatratus, zakatnya empat ekor kambing.
Kemudian setiap bertambah seratu, zakatnya satu ekor kambing.
Pasal Tentang Zakat Yang Berserikat
Dua orang yang berserikat keduanya mengeluarkan zakat dengan zakat satu orang dengan tujuh syarat :
  1. Bila tempat bermalamnya satu.
  2. Jika tempat istirahatnya satu.
  3. Tempat menggembalanya satu.
  4. Pejantannya satu.
  5. Tempat minumnya satu.
  6. Pemeras air susunya satu.
  7. Dan tempat pemerasan susunya satu.
Pasal Tentang Zakat Emas dan Perak
 Nishob emas adalah 20 mitsqol, dan zakatnya 1/40 (2,5 %), (ia adalah setengah mitsqol, dan bila bertambah maka dengan hitungannya).
Dan nishob perak adalah duaratus dirham, dan zakatnya 1/40 (2,5%), i(a adalah lima dirham, dan bila bertambah maka dengan hitungannya).  Dan tidak ada zakat bagi perhiasan yang diperbolehkan.
Pasal Tentang Zakat Pertanian dan Buah-Buahan
Nisob pertanian dan buah-buahan adalah lima wasaq (ia adalah seribu enamratus liter iraq), dan bila bertambah maka dengan hitungannya. Dan zakatnya jika tadah hujan atau yang mengalir diatas bumi (seperti sisa banjir-penj)  adalah sepersepuluh. Dan bila diairi dengan alat yang diputar oleh hewan atau disiram dengan pembiayaan maka seperlima.
Pasal Tentang Zakat Harta Perdagangan
Zakat harta dagangan dilaksanakan di akhir haul dengan sesuatu yang dibelinya. Dan dikeluarkan dari itu 1/40.
Dan yang dikeluarkan dari tambang emas dan perak dikeluarkan (jika telah sampai nishob -penj)  1/40 darinya ketika itu juga.
Dan yang ditemukan dari rikaz (harta terpendam) maka zakatnya 1/5 seketika itu juga.
Bab Tentang Zakat Fitrah
Zakat fitrah wajib dengan sebab tiga perkara :
  1.  Islam
  2. Tenggelamnya matahari di akhir bulan Ramadhan.
  3. Adanya kelebihan dari makanan pokoknya dan makanan pokok keluarganya pada hari itu.
Dan menzakati dirinya dan orang-orang yang wajib ia nafakahi dari orang-orang muslim sebanyak  satu sho dari makanan negrinya. Ukurannya lima liter dan sepertiga (5,1/3)  negri Irak.
Pasal Tentang Pembagian Zakat
Zakat diberikan kepada delapan golongan yang Allah Ta’ala sebutkan dalam kitabnya yang mulia, dalam firmanNya Ta’ala : “Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk  orang-orang faqir, miskin, pengurus zakat (amilin) , orang-orang yang diharapkan kelembutan hatinya, riqob  orang yang berhutang di jalan Allah (gharimin), dan yang sedang dalam perjalanan (ibnu sabil).
Dan kepada orang-orang yang ditemukan dari mereka, minimalnya tiga orang dari setiap golongan kecuali pengurus zakat.
Lima kelompok manusia tidak boleh diberikan zakat kepada mereka : Orang kaya dengan harta atau pekerjaan, budak, bani Hasyim, bani Muthalib dan kafir.
Orang yang wajib dinafakahi oleh muzaki (orang yang berzakat) maka zakat tidak diberikan kepada mereka dengan nama faqir dan miskin, dan boleh karena dia orang yang sedang berperang dan berhutang (gharimin).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar