اَللهُ أَكْبَرْ , اَللهُ أَكْبَرْ , اَ للهُ
أَكْبَرْ كَبِيْرًا , وَ الْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا وَ سُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً
وَأَصِيْلاً , لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ , صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ
عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ , لَا إِلَهَ اِلاَّ
اللهُ وَ اللهُ أَكْبَرُ , اللهُ أَكْبَرُ وَ لِلَّهِ الْحَمْدُ.
إِنَّ الْحَمْدُ لِلَّهِ وَحْدَهُ نَحْمَدُهُ وَ
نَسْتَعِيْنُهُ وَ نَسْتَغْفِرُهُ وَ وَنَسْتَهْدِيْهِ وَنَتُوْبُ اِلَيْهِ وَ
نَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ
يَهْدِهِ اللهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ وَلِيًّا
مُرْشِدًا. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَ
أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ بَلَّغَ الرِّسَالَةَ
وَأَدَّى الْأَمَانَةَ وَ نَصَحَ الْأُمَّةَ. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى
حَبِيْبِنَا الْمُصْطَفَى مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
وَ مَنِ اتَّبَعَ هُدَاهُ وَاسْتَنَّ بِسُنَّتِهِ وَاهْتَدَى بِهَدْيِهِ وَ
جَاهَدَ فِي سَبِيْلِ اللهِ حَقَّ جِهَادِهِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا
بَعْدَهُ فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ
فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ, فَقَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كَتَابِهِ الْكَرِيْمِ
وَهُوَ أَصْدَقُ الْقَـائِلِيْنَ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ
الرَّجِيْمِ :
Allahu
Akbar, Allahu Akbar wa lillahilhamd
Alhamdulillah,
pagi ini kita merasakan udara bulan syawal setelah sebulan penuh kita beribadah
pada bulan ramadhan. Meskipun terasa berat, akhirnya Allah memperkenankan kita
merayakan idul fitri, hari kemenangan, hari kegembiraan dan kebahagiaan.
Selama
sebulan kita telah bermujahadah, bersungguh-sungguh, dan rela berpayah-payah
menjalankan rangkaian ibadah ramadhan, mulai dari shiyam di siang hari, shalat,
berdo’a dan berdzikir di malam hari, tadarrus al-qur’an, dan i’tikaf. Semua
kita lakukan dengan ikhlas, semata-mata mengharapkan ridha Allah. Semoga rangkaian
ibadah kita diterima Allah swt.
Tugas kita
mulai hari ini, di bulan syawal ini adalah menjaga agar spirit dan semangat
ibadah terus kita pelihara, bahkan ditingkatkan. Sesuai dengan namanya, syawal
adalah bulan peningkatan. Syawal bukanlah titik kulminasi, setelah ini akan
terus terjadi penurunan, naudzu billah.
Pada zaman
jahiliyah klasik, ada seorang perempuan namanya Ra’ithah. Dia sehari-harinya memimpin sebuah perusahaan
konveksi, membuat, memintal, dan menenun kain. Kebetulan, semua karyawannya
adalah perempuan.
Sebagaimana
sosok penenun pada umumnya, dia lalui pekerjaannya itu dengan sabar, tekun dan teliti. Dia fokus
dan berorientasi pada kualitas, bukan kuantitas.
Suatu ketika, karena guncangan jiwa akibat
situasi ekonomi yang berat, ia mulai
berubah. Di pagi hari ia serius menenun kain bersama karyawati yang
dipimpinnya, tetapi pada sore harinya kain yang sudah jadi itu diurai kembali
selembar demi selembar. Demikian pula besok, lusa dan hari-hari berikutnya. Sejak
itu dia tidak menghasilkan apapun. Ia tidak menyelesaikan pembuatan sehelai
kain pun.
Karena kasus inilah, maka Allah SWT
berfirman dalam Surat An Nahl (16) ayat 92.
“Dan
janganlah kamu laksana seorang perempuan
jahiliyah yang mengurai kembali tenunannya setelah menjadi kain yang sempurna.”
Dalam ayat
ini Allah membuat tamsil yang sangat bagus, bahwa ada orang yang setelah
berbuat baik, kemudian ia rusak sendiri. Amal ibadah dan amal shalih yang
dirajut dari waktu ke waktu, sedikit demi sedikit, akhirnya dirusak kembali.
Bisa saja
terjadi, kita semangat beribadah mulai dari menahan lapar dan haus serta rafast
pada siang hari, shalat tarawih di malam hari, tadarrus al-Qur’an hingga khatam
beberapa kali, memperbanyak shadaqah dan infaq, serta beri’ktikaf untuk memburu
lailatul qadar, akan tetapi setelah masuk bulan syawal, kita kehilangan stamina
ruhiyah. Bahkan lebih tragis lagi, kita hapuskan seluruh pahala amal ibadah dan
amal shalih kita dengan perbuatan maksiyat dan melanggar ketentuan Allah.
Amal seorang muslim bagaikan rintik-rintik
hujan, susul-menyusul. Dilakukan dengan mudawamah (terus-menerus), istimror
(sambung-menyambung) dan istiqomah. Jika selesai satu urusan, mereka mengangkat
urusan berikutnya. Tidak ada kamus pensiun beramal bagi seorang muslim.
Mutu Masjid Diukur Dari
Jamaahnya
Suatu ketika, seorang sahabat datang
kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sahabat itu bertanya
kepada beliau, Ya, Rasulullah, sampai
kapan kita punya masjid dalam keadaan bocor. Masjid Nabawi yang dibangun oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam saat itu sangat sederhana. Tiang-tiangnya dari pohon kurma. Lantainya
dibiarkan berupa tanah, tanpa keramik, tanpa semen, bahkan tanpa tikar. Kalau
hujan turun, bocor. Airnya masuk ke dalam masjid. Keadaan itu berlangsung
bertahun-tahun, hingga disebutkan dalam suatu riwayat, bahwa beberapa saat
sebelum Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meninggal, sahabat ini
datang, “ Ya Rasulullah, sampai kapan kita memiliki masjid yang bocor?”
Melalui pertanyaan ini, Sahabat tersebut hendak mengatakan mengatakan
kepada beliau, Ya Rasulullah, izinkan aku ikut memberikan kontribusi untuk
pembangunan masjid ini. Izinkan aku ya Rasulullah merenovasi masjid kita ini !.
Apakah
jawaban Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Kata beliau, Biarkan
dulu masjid kita seperti ini, kita bangun nanti dulu. Disebutkan dalam sejarah
bahwa hingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meninggal, atap
masjid belum diganti, karena beliau belum mengizinkan. Masjid Nabawi masih
dalam keadaan bocor saat beliau wafat.
Rasulullah
tidak pernah melarang umatnya membangun masjid, bahkan belaiu mendorong dan memotivasi
kita untuk membangun masjid sebagus dan seindah mungkin untuk memberikan
ketenangan dan kenyamanan beribadah. Beliau sendiri bersabda:
مَنْ
بَنَى مَسْجِدًا يَبْتَغِى بِهِ وَجْهَ اللهِ بَنَى اللهُ لَهُ مِثْلَهُ فِى
الْجَنَّةِ
“Barangsiapa membangun masjid karena
mengharap ridha Allah (bukan karena riya dan popularitas), maka Allah membangun
baginya (tempat, rumah, istana) seperti itu pula di surga.”(HR. Bukhari dan Muslim)
Fenomena
di atas mengandung pelajaran yang sangat fundamental, bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam ingin memberikan stressing bahwa sesungguhnya eksistensi
sebuah masjid yang terpenting bukan bangunan phisiknya, bukan asesoris
lahiriyahnya. Akan tetapi wujud masjid itu dinilai dari jamaahnya, manusianya.
Apa
gunanya masjid megah dan mewah jika jamaahnya sepi dan sunyi, bagaikan kuburan.
Hanya terdengar suara burung pipit, dan suara jangkrik, di balik rumput ilalang
di sekitar masjid. Tidak ada gunanaya masjid yang dikeramik, dihiasi
kanan-kirinya, tetapi sepi dari jamaah. Sepi dari kaum muslimin yang menegakkan
shalat lima waktu di dalamnya. Tidak datang, kecuali hari hari Jum’at. Masjid
dipersepsikan seperti Gereja, yang diramaikan jamaahnya hanya sekali dalam
sepekan.
Masjid
di masa Rasulullah menjadi pusat pembinaan umat. Ketika
itu, antara jumlah masyarakat yang ada di pasar, sama dengan jumlah jamaah
masjid. Jika adzan dikumandangkan untuk memanggil umat untuk menjalankan
shalat, maka orang-orang yang berada di luar masjid kembali ke masjid. Selesai
shalat, maka yang tadi berada di masjid pindah ke pasar. Komunitas di masjid
dan masyarakat di pasar, orangnya sama.
Ketika mendengar suara adzan, petani, pedagang, guru, dokter,
insinyur, pengacara, bupati, gubernur, menteri dan presiden segera ke masjid.
Setelah itu mereka balik ke tempat tugasnya masing-masing. Tidak perlu
lama-lama di masjid. Mereka ini orang-orang yang sukses menggabungkan karakter
shalih ritual dan shalih sosial, sekaligus. Spirit dan pesan spiritual masjid
ditransformasikan ke dalam berbagai aspek kehidupan. Masjid bukan untuk rehat,
merebahkan diri. Masjid untuk menyedot haul dan kekuatan dari-Nya, sebagai
bekal untuk meraih sukses dalam melakukan tugas sebagai khalifah Allah
subhanahu wa ta’alaa sesuai dengan profesi masing-masing.
Karena, Al-Quran mengintruksikan demikian.
“Apabila telah ditunaikan shalat, maka
bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah
banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (QS. Al-Jumuah [62] : 10)
Yang
bercocok tanam, kembali ke sawah dan ladang. Yang pegawai, kembali ke kantor.
Yang mau berbisnis, kembali ke pasar. Tidak lama-lama di masjid. Tapi, ingat
kalau panggilan adzan sudang dikumandangkan, maka segera menuju masjid. Karena
yang memanggil dan mengundang Allah subhanahu wa ta’ala.
“Hai orang-orang beriman, apabila diseru
untuk menunaikan shalat Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah
dan tinggalkanlah jual beli [*]. yang demikian itu
lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS. Al-Jumuah [62] : 9
Jangan
sampai kesibukan kita, kekayaan kita, anak dan istri kita, justru menjadi
wasilatut taba’ud ‘anillah (media menjauhkan kita dari Allah subhanahu wa ta’ala). Jangan sampai
dunia dan seisinya melalaikan dan menggelincirkan dari mengingat Allah subhanahu
wa ta’ala. Hanya Dia pemilik semuanya.
“Hai
orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari
mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka Itulah
orang-orang yang merugi..” (QS. Al-Munafiqun [63] : 9)
Jika
jumlah jamaah shalat lima waktu sama dengan shalat jumat dan jika jumlah shalat
jumat sama dengan shalat shubuh, pasti akan terjadi perubahan yang sangat
dahsyat. Masyarakat kita tenteram, bahagia, saling menguatkan, saling ta’aruf,
tafahum, ta’awun, tarahum, tawashou bil haqqi wa tawashou bish shabri. Ujung-ujungnya
soal rizki, insya Allah, akan melimpah.
Tetapi,
manakala masjid terbengkalai, jumlah jama’ah shalat jum’at hanya satu shaf, shalat
shubuh hanya dua orang seperti jumlah rokaatnya, shalat maghrib tiga orang,
shalat zhuhur empat orang, shalat ashar hanya empat orang, dan shalat isya juga
hanya empat orang. Tentu, kondisi inilah yang menjadi keprihatinan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam. Karena, jika syi’ar masjidnya redup, maka iman masyarakatnya berarti
redup pula. Lebih baik masjidnya bocor tapi jamaahnya membludak daripada
masjidnya bagus tetapi sepi dari jamaah. Lebih ideal lagi jika masjidnya bagus
dan jama’ahnya membludak.
Allahu
Akbar, Allahu Akbar wa lillahilhamd
Alhamdulillah,
selama bulan Ramadhan masjid kita ramai dengan jama’ah. Kondisi seperti ini
mari kita pertahankan, bahkan terus ditingkatkan. Jika saat ini masjid kita
dipenuhi dua shaf, mari kita tingkatkan menjadi tiga, empat, sampai lima shaf.
Jadikan diri kita sebagai orang setiap harinya mundar mandir dari masjid ke
mesjid.
Rasulullah
SAW bersabda :
اِذَا
رَأَيْتُمُ الرَّجُلَ يَتَعَا هَدُ الْمَسْجِدَ فَاشْهَدُوْا لَهُ بَالْاِيْمَانِ
“Jika
kamu melihat orang yang terbiasa ke masjid, maka saksikan bahwa dia benar-benar
beriman.” (HR.
Tirmidzi)
Masjid
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan muslim. Jika sekali atau dua kali
seseorang tidak mendatangi shalat berjamaah, maka saudara-saudaranya
mempertanyakan dan mencarinya. Jika terbukti sakit, mereka menjenguknya. Jika
sibuk, mereka membantunya. Jika bepergian, mereka mendoakan dan ikut menjaga
keluarga yang ditinggalkan. Dan jika lupa, mereka mengingatkannya.
Masjid bagi orang yang beriman adalah taman
surga. Maka, siapa yang mendatangi masjid, berarti ia hadir ke taman surga.
اِذَا
مَرَرْتُمُ بِرِيَاضِ الْجَنَّةِ فَارْتَعُوْا قِيْلَ : يَارَسُوْلَ اللهِ
وَمَارِيَاضُ الْجَنَّةِ ، قَالَ
الْمَسَاجِذُ
“Rasulullah
SAW bersabda : Jika kamu sekalian melewati taman-taman surga, maka kata beliau,
Hendaklah kalian masuk untuk bersenang-senang (rihlah) di taman-taman surga
itu. Ya Rasulallah, Para sahabat bertanya,
Apakah yang dimaksud dengan taman-taman surga itu : Rasulullah SAW
menjawab, Yaitu, masjid-masjid.” (HR. Imam At-Tirmidzi dari Abu Hurairah)
Sebelum kita akhiri khutbah idul fitri
ini, kami mengajak kita semua untuk menjadi bagian dari orang-orang yang
memakmurkan masjid, menjadi orang yang selalu mundar mandir dari masjid ke
masjid setiap hari, menjadi orang yang hatinya senantiasa terpaut dengan
masjid. Marilah kita menjadi ahlu masjid.
Mari kita bersama-sama berdo’a:
إِنَّ اللهَ
وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأّيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا
صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ
عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ
عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَ عَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ…
وَ ارْضَ اللَّهُمَّ
عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِيْ بَكْرٍ وَ عُمَرَ وَ عُثْمَانَ وَ
عَلِيٍّ وَ عَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ وَ عَنِ التَّابِعِيْنَ وَ
تَابِعِيْهِمْ وَ عَنَّا بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ…
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ
لِلْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ وَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَ الْمُؤْمِنَاتِ
اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَ اْلأَمْوَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ…
Ya
Allah, ampunilah kaum muslimin dan Muslimat, Mu’minin dan Mu’minat, baik yang
telah meninggal dunia maupun yang masih hidup, dengan rahmat-Mu Wahai Tuhan
yang Maha penyayang…
اَللَّهُمَّ اقْسِمْ
لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ وَمِنْ
طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ بِهِ
عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا. اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا
وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا
وَاجْعَلْهُ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ عَاداَنَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى
دِيْنِنَاوَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا
وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا
Ya
Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi antara kami
dengan perbuatan maksiat kepadamu dan berikan ketaatan kepada-Mu yang
mengantarkan kami ke surga-Mu dan anugerahkan pula keyakinan yang akan
menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di dunia ini. Ya Allah, anugerahkan
kepada kami kenikmatan melalui pendengaran, penglihatan dan kekuatan selama
kami masih hidup dan jadikanlah ia warisan bagi kami. Dan jangan Engkau jadikan
musibah atas kami dalam urusan agama kami dan janganlah Engkau jadikan dunia
ini cita-cita kami terbesar dan puncak dari ilmu kami dan jangan jadikan
berkuasa atas kami orang-orang yang tidak mengasihi kami.
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ
اْلإِسْلاَمَ وَ الْمُسْلِمِيْنَ وَ أَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَ الْمُشْرِكِيْنَ
أَعْدَاءَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ…
Ya
Allah ya Tuhan kami, Muliakanlah Islam dan Kaum Muslimin, Hancurkan dan hinakan
orang-orang kafir dan musyrik, musuh-Mu dan musuh agama-Mu…
رَبَّنَا تَقَبَّلْ
مِنَّا صَلاَتَنَا وَ صِيَامَنَا وَ رُكُوْعَنَا وَ سُجُوْدَنَا وَتَضَرُّعَنَا وَ
كُلَّ سَائِرِ أَعْمَالِنَا وَ يَا مُجِيْبَ السَّائِلِيْنَ…
Ya
Allah ya Tuhan kami, Terimalah shalat kami, puasa kami, ruku kami, sujud kami,
kerendahan kami, dan segala amal ibadah kami, Wahai Sang Pemberi orang-orang
yang memohon…
رَبَّنَا اغْفِرْ
لَنَا وَ لِوَالِدَيْنَا وَ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَيَانَا صِغَارًا…
Ya
Allah ya Tuhan kami, ampunilah dosa kami dan dosa kedua orang tua kami, dan
sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangi kami sewaktu kami kecil…
اَللَّهُمَّ أَرِنَا
الْحَقَّ حَقَّا وَ ارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَ أَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلاً وَ
ارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ…
Ya
Allah…Perlihatkanlah kepada kami bahwa yang benar itu adalah benar, dan berilah
kami kekuatan untuk mengikutinya. Dan tunjukilah kepada kami bahwa yang salah
itu adalah salah dan berilah kekeuatan kepadakami untuk menjauhinya…
اَللَّهُمَّ أَحْسِنْ
عَاقِبَتَنَا فِي اْلأُمُوْرِ كُلِّهَا وَ أَجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَ
عَذَابِ اْلآخِرَةِ…
Ya
Allah… baikanlah kesudahan segala urusan kami, hindarilah kami dari kehinaan
dunia dan siksa akhirat...
اللَّهُمَّ انْصُرِ
الْمُسْلِمِيْنَ فِي فِلِسْطِيْنَ وَفِيْ سُوْرِيَا وَفِيْ الْعِرَاقِ وَانْصُرْ
مُسْلِمِيْ رَاحِنْيَا فِيْ مِيَنْمَار
Ya
Allah tolonglah Ummat Muslim di Palestina, di Suria dan di Iraq serta tolonglah
Muslim Rohingya di Myanmar
اَللَّهُمَّ
أَصْلِحْ جَمِيْعَ وُلاَةِ الْمُسْلِمِيْنَ وَانْصُرِ اْلإِسْلاَمَ وَ
الْمُسْلِمِيْنَ وَ أَعْلِ كَلِمَتَكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ…
Ya
Allah perbaiki dan rukunkanlah semua Pemimpin Umat Islam dan Kaum Muslimin,
tinggikanlah kalimat-Mu sampai hari kiamat…
اَللَّهُمَّ ادْفَعْ
عَنَّا الْغَلاَءَ وَ الْبَلاَءَ وَ الْوَبَاءَ وَ الْفَحْشَاءَ وَ الْمُنْكَرَ وَ
اْلبَغْيَ وَ السُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَ الشَّدَائِدَ وَ الْمِحَنَ مَا
ظَهَرَ مِنْهَا وَ مَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَا إِنْدُوْنِيْسِيَا خَاصَّةَ وَ مِنْ
بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٍ.
Ya
Allah ya Tuhan kami, jauhkanlah kami dari kesulitan ekonomi, bencana, wabah,
perbuatan keji dan mungkar serta melanggar anturan, serangan dan ancaman yang
bermacam-macam, keganasan dan segala macam ujian dan cobaan, baik yang nampak
maupun yang tersembunyi. Jauhilah yang demikian itu dari negera kami Indonesia
khususnya dan negeri-negeri Islam pada umumnya, sesungguhnya Engkau Maha kuasa
atas segala sesuatu…
رَبَّنَا ظَلَمْنَا
أَنْفُسَنَا وَ إِنْ لَمْ تَغْفِرْلَنَا وَ تَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ
الْخَاسِرِيْنَ…
Ya
Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau
tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami
termasuk orang-orang yang merugi…
رَبَّنَا آتِنَا فِي
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ…
اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar