KH. Tantowi Musaddad, MA
Orang yang paling berpeluang besar
bertakwa adalah ahli IT (information technology), seperti karyawan
PT. Telkom. Demikian karena mereka terbisaa hidup dan bergumul dalam mekanisme
sistemik. Terkait predikat takwa dalam mekanisme keagamaan, karena dalam cara
pandang tertentu mekanisme keberagamaan tak ubahnya sebuah sistem tertentu. Ini
berangkat dari pemahaman bahwa segala sesuatu memiliki sistem. Di hadapan
sistem kita akan bersikap seperti apa. Totalitas kepatuhan kepada sistem bagian
dari jalur kesejatian dan kebermaknaan hidup.
Jika ibu bapak membeli suatu produk
teknologi, handphone atau laptop misalnya,
pada saat bersamaan Anda akan mndapatkan katalog barang tersebut, terkait
spesifikasi, fitur dan mekanisme sistemik bagaimana menggunakan, merawat dan
lain sebagainya. Suatu barang elektronik yang tanpa suplemen katalog, dapat
dipastikan sebagai produk gagal, tidak banyak orang akan memilikinya. Dari
suplemen katalog kita tahu, bagaimana sebuah produk bekerja. Totalitas
kepatuhan kepada suplemen katalog bagian dari bagaimana kita memahami sistem.
Keluar dari sistem ayng ditentukan merupakan alamat kehancuran.
Totalitas kepatuhan kepada
suplemen katalog bagian dari bagaimana kita memahami sistem. Keluar dari sistem
ayng ditentukan merupakan alamat kehancuran.
Bagi manusia, agama adalah sistem
kosmik-ilahi. Di depan sistem kosmik-ilahi, manusia memposisikan diri sebagai
hamba, ciptaan Tuhan. Bagaimana sistem ilahi bekerja, dijelaskan dalam suplemen
katalog, yaitu al-Qur’an dan sunnah Nabi. Kepatuhan kita pada keduanya
merupakan cara kita memposisikan diri di hadapan Allah Swt. kepatuhan total
kepadaNya merupakan bentuk kemenyadaran seorang hamba di hadapan Tuhan. Sebuah
sistem bekerja dalam ritme yang serba mekanistik: jelas prosedurnya. Menyalahi
prosedur, suatu produk tidak akan bekerja maksimal. Misal, Anda menambah nomor
digit PIN pintu masuk, yakin Anda tidak akan bisa masuk. Keluar dari sistem
atau menyalahinya adalah sumber petaka. Orang beriman memiliki totalitas
kepatuhan kepada mekanisme sistematik kosmik-ilahi.
Lailatul qadar bagian
dari sistem atau fitur dalam sistem keberagamaan kita? Kita berpuasa dalam
konteks mengagungkan qur’an. Ini dipahami dari ayat Syahru ramadlana
ladzi Unzila fihil qur’an. Jika ada awal qur’an turun maka ada akhir
qur’an turun. Baik awal maupun akhir turun qur’an dirayakan oleh Allah,
melibatkan makhlukNya. Bahwa kita berpuasa dan melakasankan ibadah haji
dikaitkan erat dengan al-Qur’an. Awal mula turun al-Qur’an dimulai dengan puasa
Ramadhan, akhir turun ayat dirayakan dengan haji.
Bahwa kita berpuasa dan
melakasankan ibadah haji dikaitkan erat dengan al-Qur’an. Awal mula turun
al-Qur’an dimulai dengan puasa Ramadhan, akhir turun ayat dirayakan dengan
haji.
Memahami lailatul qadar, ada
baiknya mereview proses penciptaan manusia yang kontroversial. Sejak awal
manusia diciptakan, melakat ketidaksetujuan makhluk Allah lainnya, iblis dan
malaikat. Malaikat merasa lebih baik ketimbang manusia, tapi gerangan kenapa
Allah tetap menciptakannya. Allah menjawab, ‘Aku mengetahui apa yang
tidak kalian ketahui”. Bahkan Allah membangga-banggakan manusia kepada
malaikat sebagai makhluk terbaik, terlebih pada musim haji.
Adapun iblis, merasa lebih senior secara
usia penciptaan. Diciptakan sebelum Adam dan dari bahan-bahan yang menurutnya
terbaik ketimbang manusia. Di sini senioritas tidak senang melihat
kemajuan junior. Iblis tidak professional. Di sini Allah menjawab sekaligus membela
manusia. Maka dibuatkanlah sistem yang seutuhnya memihak kepada manusia. Dengan
sistem ini, permusuhan iblis kepada umat manusia sehebat apapun godaan setan,
manusia masih bisa selamat. Inilah sistem kosmik-ilahiah yang diberlakukan
Allah kepada manusia dan makhluk Tuhan lainnya. Yakni sistem pengampunan. Secara
aplikatif, misalnya, niat jelek belum masuk dosa. Niat baik sudah jadi
kebaikan. Niat baik kemudian melaksanaknnya akan mendapat 10 point, al-hasanatu
bi’asyi amtsaliha. Jika sedang puasa dan bertepatan lailatu
qadar, sistem pahala ditingkatkan 30 ribu kali lipat. Ini sekali
lagi dalam rangka keberpihakan Tuhan kepada manusia. Ada lagi sampai 100.000
kebaikan, yaitu ibadah haji. Shalat di masjidil haram berbeda dengan di
masjidil Darul Ihsan Telkom. Bahkan ada kelipatan yang unlimited, bukan
100.000 tapi unlimited. Dalam bahasa qur’an ini disebut innama yuwaffa
shabirun bighayri hisab, kebaikan yang tidak terbatas akan didapatkan
orang-orang yang sabar. Bahkan dalam hadis, al-shawmu li wa
ana ajzi bihi. Hanya Allah yang tahu berapa pahala yang akan diberikan
kepada kita yang melakukan ibadah puasa. Pahalanya tidak terbatas dan
dirahasiakan. Dengan sistem penambahan pahala kebaikan dan ampunan, sekaligus
mematahkan anggapan malaikat dan Iblis.
Lailatul qadar adalah sistem
kosmik-ilahi bagi manusia mendapatkan kebajikan yang melimpah, sekaligus
penegasan bekerpihakan Allah kepada manusia
Dalam sistem penilaian amal manusia yang
berpihak kepada kemuliaan amal manusia, malaikat dan Iblis menyadari hal ini.
Menyikapi ini Iblis sesumbar, wabi ‘izzatik la aghwiynnahum ajma’in
illa ibadaka shalihin. Maka iblis menggoda manusia sepanjang masa.
Karena sejak awal Allah memihak manusia, sehebat-hebat Iblis menggoda manusia,
tak ada masaah selama manusia mengabdi kepada Allah sebagai tuhannya. Allah
akan mengampuni. Mati dalam kalimat syahadat. Selama manusia mengikuti suplemen
katalog, Allah akan memberikan jadwal pengampunan bertahap. Jadwal tahapan
ampunan:
1. Ampunan anytime, ketika
manusia mau melaksanakan amal kebajikan. Dzikir, memberi pertolongan,
berkarater baik di rumah,kantor, profesionalisme, bersedekah dengan ilmu,
tenaga dll. Jika manusia melakukan kebaikan ada 3 point didapat
sekaligus. Pertama, mendapat ampunan; kedua, mendapat
pahala; ketiga, derajat tinggi atau porotopolio/kepangkatan
naik).
2. Ampunan
harian, misalnya orang yang shalat lima kali shalat sehari. Menurut Nabi
Muhammad, ibarat orang mandi 5 kali sehari. Ashalat ila shalat
kaffartun lima bainahunna. Satu shalat kepada shalat lainnya menjadi
kifarat dosa.
3. Mingguan,
seperti melaksanakan shalat Jum’at, Nabi bersabda al-jum’atu ilal
jum’at kaffaratun lima bainahunna idzajtuniat al-kabair. Atau
melaksanakan puasa Senin-Kamis
4. Bulanan,
anjuran rasul untuk melaksanakan puasa ayyamil bidh, pada
tanggal 13, 14, 15 bulan Qamariyah.
5. Tahunan,
seperti puasa ramadhan. Jika dosa tidak bisa bersih oleh point ke- 1,2,3,
bersih oleh puasa, dosa vertikal manusia kepada Tuhan, atau hamblum
minallah, maka dianjurkan mamaf-maafan.
6. Seumur
hidup sekali, yaitu ibadah haji. Lebih canggih daripada puasa, karena seumur
hidup sekali. Dosa vertical dan horizontal sekaligus. Nabi bersabda: “Mayoritas
umatku celaka bukan oleh dosa vertical kepada Allah. Satu-satunya
yang ditakuti rasul, mayorita umat celaka oleh dosa horizontal kepada sesame
manusia. Dosa sesame mansia tidak akan dampuni Allah, kecuali yang
terkait memafkan dulu. Ya Allah, Engkau memerintahkan hamba agar menghormati
tamu bagi yang beriman. Nabi minta, agar semua kewajiban tamu ditanggung oleh
Allah. Haji undangan Allah, berarti kta tamu Allah. Minta bentuk muliannya
adalah. Muflis. Aku minta kezhalimah sesame manusia diambil dari Engkau. Jika hajinya
mabrur; rizki halal, niat benar, la rafatsa wala fusuqa.
Dosa-dosa horizontal bisa dihapuskan
oleh ibadah haji. Ini merupakan pembelaan Allah sebagai sistem yang sejak awal
berpihak kepada manusia. Pembelaan Tuhan terhadap manusia. 1 (satu) kebajikan
sama dengan mendapatkan 11 point. 9 (sembilan) kejelekan= 9 point. Dalam
mekanisme ini, tidak ada satupun orang masuk neraka kecuali permintaan sendiri.
Demikian karena Tuhan memproteksi manusia secar berlapis-lapis, katalog ini
tidak dipakai manusia. Pembelaan total Allah terhadap manusia, seutuhnya
dijelaskan Al-Qadar ayat 1-5. Pada malam lailatul qadar, jumlah malakiat yang
turun saat ramadlan lebih banyak ketimbang jumlah kerikil. Malaikat berjubel
memenuhi dunia. Karena itu ramadlan disebut bulan kemenangan manusia, kemuliaan
buat manusia. lailatul qadar adalah, amnesti besar-besaran Allah kepada
manusia.
“Dosa kepada Allah bisa lebur
dengan mekanisme ampunan Tuhan yang melimpah. Adapun dosa kepada manusia, Allah
tidak akan mengampuni kecuali diselesaikan dulu sesame manusia”
Bebas api neraka bisa didapat melalui
ramadhan dan ibadah haji. Di Ramadhan ada lailatul qadar, lebih baik ketimbang
seribu bulan. Sementara haji, Nabi menyebutkan ma min yaumin ahwan min
iblis min yam ‘arafata. Iblis hamper frustasi saat seseorang beribadah
haji. Jika usia baligh 15 tahu. Kita berumur 55 tahun, maka sudah 40 kali
ramadhan dan mengalami lailatul qadar, tapi tidak bisa bebas dari apa neraka,
maka bagaimana kualitas ibadah puasa kita? Maka masihkah kita tidak
memanfaatkan sistem kosmik-ilahi?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar