Jumat, 15 Agustus 2014

Sifatul Huruf


Setelah mempelajari Makharijul huruf, belumlah cukup jika tidak dilanjutkan dengan mempelajari sifat-sifat huruf. Karena sangat mungkin, seseorang dapat mengucapkan huruf ب (ba’) pada lafad لََهَبٍ وَتَبَّ dengan tepat sebagaimana makhrajnya, namun bacaan tersebut belum bisa dikatakan benar dan sempurna, sehingga harus di ucapkan sesuai dengan salah satu sifatnya, yaitu qalqalah.
Oleh karena itu, tujuan utama mempelajari sifat-sifat huruf adalah agar setiap huruf yang kita ucapkan, sesuai dengan hurufnya baik tempat maupun sifatnya.
Sifat-sifat huruf terbagi menjadi dua bagian:
1. Sifat Yang Memiliki Lawan
a. Al Hams x Al Jahr
b. Asy Siddyah x Ar Rakhwah
c. Al Isti’la’ x Al Istifal
d. Al Ithbaq x Al Infitah
e. Al Idzlaq x Al Ishmat
2. Sifat Yang Tidak Memiliki Lawan
a. Ash Shafir
b. Al Qalqalah
c. Al Lien
d. Al Inhiraf
e. At Takrir
f. At Tafasyi
g. Al Istithalah

SIFAT YANG MEMILIKI LAWAN
1. Segi Nafas:
a. الهَمْسُ (Al Hams), artinya keluarnya nafas ketika membaca huruf-huruf yang mempunyai sifat Al Hams. Hurufnya ada sepuluh (10) yaitu:
ف – ح – ث – هـ – ش – خ – ص – س – ك – ت atau terangkum dalam kalimat فَحَثَّهُ شَخْصٌ سَكَتْ
Kebalikan dari Al Hams adalah Al Jahr
b. الجَهْرُ (Al Jahr) yaitu menahan nafas ketika membaca huruf-huruf yang bersifat Al Jahr. Huruf-hurufnya ada delapan belas (18), atau selain hurufnya Al Hams. Yaitu :
ع – ظ – م – و- ز- ن – ق – ا- ر- ء- ذ- ي- غ – ض – ج – د- ط – ل – ب atau terangkum dalam kalimat عَظُمَ وَزْنَ قَارِئٍ ذِيْ غَضَّ جَدَّ طَلَبِ
2. Segi Suara:
a. الشِّدَّةُ (Asy Syiddah), artinya tertahannya suara ketika membaca huruf-huruf yang mempunyai sifat Asy Syiddah. Hurufnya ada delapan (8), yaitu;
أ – ج – د- ق- ط- ب – ك- ت Atau dalam kalimat; أَجِدْ قَطٍ بَكَتْ
Kebalikan dari Asy Syiddah adalah Ar Rakhwah
b. الرَّخْوَةُ (Ar Rakhwah) yaitu terlepas atau keluarnya suara ketika membaca huruf-hurufnya. Hurufnya ada lima belas (15), atau selain hurufnya Asy Syiddah. Yaitu:
خ – ذ – غ – ث – ح – ظ- ف – ض- ش – و – ص – ز- ي – س – هـatau dalam kalimat خُذْغُثَّ حَظٍّ فَضٍّ شَوْصٍ زَيٍّ سَاهٍـ
Keterangan :
Antara sifat Asy Syiddah dengan Ar Rakhwah adalah At Tawassuth, yaitu mengucapkan huruf-hurufnya dengan tidak terlalu ditahan atau terlepaskan (pertengahan antara keduanya). Hurufnya adalah: ل – ن – ع – م – رatau kalimat yang berbunyi: لِنْ عُمَرْ
3. Segi Pangkal Lidah
a. الإِسْتِعْلاَءُ (Al Isti’la’) adalah terangkatnya lidah ke rongga atas ketika mengucapkan huruf-hurufnya. hurufnya ada delapan (8), yaitu :
خ – ص- ض- غ- ط- ق- ر- ظ atau dalam kalimat رُخْصَ ضَغْطٍ قِظْ
Kebalikan dari sifat Al Isti’la’ adalah Al Istifal
b. الإِسْتِـفَالُ (Al Istifal), yaitui posisi lidah menurun. Huruf-hurufnya ada dua puluh (20):
ث – ب – ت – ع – ز – م -ن -ي – ج – و- د- ح-ر – ف- هـ- إ – ذ – س-ل – ش- ك- اatau dalam kalimat ثَبَتَ عَزَّ مَنْ يُجَوِّدُ حَرْ فَهُ إِذْ سَلَّ شَكًّا
4. Lidah dengan Rongga Mulut
a. الإِطْبَاقُ (Al Ithbaq) adalah menempelnya lidah dengan rongga atas ketika mengucapkan huruf-hurufnya. Huruf yang mempunyai sifat Al Ithbaq ada empat (4), yaitu; ص – ض- ط- ظ
Kebalikan dari sifat Al Ithbaq adalah Al Infitah
b. الإِنفِتَاحُ (Al Infitah) adalah terlepasnya lidah dari rongga atas, serta terbukanya kedua bibir. Hurufnya adalah selain huruf-huruf Al Ithbaq, yaitu dua puluh lima (25) huruf :
م – ن – أ- خ – ذ – و – ج – د -س – ع – ة – ف -ز – ك – ح -ق -ل – ه – ش- ر – ب – غ – ي – ث atau مَنْ أَخَذَ وَجَدَ سَعَةً فَزَكَا حَقٌّ لَهُ شَرَبَ غَيْثُ
5. Dari Segi Mudah atau Tidaknya Mengeluarkan Huruf
a. اللإِذْلاَق ُ (Al Idzlaq), adalah mengucapkan huruf dengan mudah, karena posisi makhrajnya berada di ujung lidah atau bibir. Semua huruf yang mempunyai sifat Al Idzlaq ada enam (6);
ف – ر- م- ن- ل- ب atau terangkum dalam kalimat فِرَّ مِنْ لُبٍّ
Lawan dari sifat Al Idzlaq adalah Al Ishmat
b. الإِصْمَاتُ (Al Ishmat) yaitu mengeluarkan huruf Hija’iyyah dengan agak susah atau tertahan. Huruf-hurufnya ada dua puluh dua (22), yaitu:
ج – ز -غ – ش -س – خ – ط – ص – د – ث – ق – ة – إ – ذ -و -ع-ظ- ه – ي- ح – ض – ك atau dalam kalimat جُزَّ غَشَّ سَاخِطٍ صَدَثَقَةً إِذْوَعَظَهُ يَحُضُّكَ

Makhorijul Huruf



Semua huruf Hijaiyyah, masing-masing mempunyai makhraj (tempat keluar) tersendiri. Secara umum makharijul huruf terbagi menjadi lima bagian:
  1. الجوف : Al Jauf (rongga mulut dan tenggorokan)
  2. الحلق : Al Halq (tenggorokan)
  3. اللسان : Al Lisan (lidah)
  4. الشفتين : Asy Syafatain (kedua bibir)
  5. الخيشوم : Al Khaisyum (rangga hidung)

1. الجوف (AL JAUF)
Al Jauf secara bahasa adalah “lubang atau lingkaran.” Sedangkan dalam istilah tajwid, al-jauf adalah suara atau bunyi huruf yang keluar dari rongga mulut dan tenggorokan. Al Jauf juga disebut sebagai tempat keluarnya huruf-huruf mad (panjang): (و ي ا ). Huruf-huruf mad ialah:
a. Alif, yang didahului harakat fathah : ا َ-
b. Ya’ sukun yang didahului harakat kasrah : ِ ي-
c. Wawu sukun yang didahului harakat dhummah :ُو -
Contoh-contoh bacaan Al Jauf :
يَاأَيُّهَاالَّذِينَ أَمَنُوا -قُوا أَنفُسَكُم -وَأَهْلِيكُمْ نَارًا – إِذَاجَاءَ نَصْرُاللهِ وَاْلفَتْح ِ – اَلرَّحْمَنِ الَّرحِيمِ – يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللهِ أَفْوَاجًا

2. الحلق(AL HALQ)
Al Halqi adalah lubang tenggorokan. Huruf-huruf yang keluar dari lubang tenggorokan ada enam, yaitu:
(أ ه ح خ ع غ) Secara global, lubang tenggorokan di bagi menjadi tiga bagian:
1. أَقْصَى اْلحَلْقِ artinya tenggorokan bagian bawah. Huruf-huruf yang keluar darinya adalah: ء هـ
ء : أَرْسَلَ – لاَ أَعْبُدُ – إِيمَانًا – كَانَ يَؤُوسًا – مَأْكُولٌ – مَئَابًا – وَالْمَوْؤُودَةُ سُئِلَتْ
هـ : كَيْدَهُم – يَهْدِي – وَهَّاجًا – وَإِنَّهُو – فَمَهِّلْهُمْ رُوَيْدًا – ثُمَّ يَهِيجُ – إِهْدِنَا الصِّرَطَ

2. وَسْط ُالْحَلْقِ artinya tenggorokan bagian tengah. Huruf-huruf yang keluar darinya adalah: ح ع
ح : عَلِيمًا حَكِيمًا – قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ – فَحَشَرَفَنَادَى – مِن مَحِيصٍ – فَسَبِّحْ بِحَمْدِربك
ع : عَمَّ يَتَسَاءَ لُونَ – إِنَّ مَعَ اْلعُسْرِيُسْرَا – وَعَمِلُواالصَّاِلحَاتِ – فِي عِيشَةٍالرَّاضِيَةٍ

3. أَدْنَى الْحَلْقِ adalah tenggorokan bagian atas. Huruf yang keluar darinya adalah: غ خ
خ : وَاللهُ أَخْرَجَكُمْ – خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا – كَيْفَ خُلِقَتْ – وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ
غ : غَيْرِالْمَغْضُوبِ عَلَيْهِم – وَأَغْطَشَ لَيْلَهَا – وَمَغَانِمَ كَثِيرًا – فَإِذَافَرَغْتَ فَانصَبْ

3. اللسان(AL LISAN)
Al Lisan artinya lidah. Maksudnya, al lisan huruf-huruf yang keluar melalui lidah. Al lisan terbagi menjadi lima bagian:
1. أَقْصَى الِّلسَانِ artinya pangkal lidah.
a. Pangkal lidah (lidah bagian belakang), dengan mengangkatnya sedikit ke rongga atas, huruf yang keluar darinya adalah: ق
ق : لاَ أُقْسِمُ بِيَوْمِ اْلقِيَمَةِ – إِقْرَءْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقْ – خَلَقَ اْلإِنسَانَ مِنْ عَلَقْ – إِقْرَءْ وَرَبُّكَ اْلأَكْرَمْ – قَدْ أَفْلَحَ اْلمُؤْمِنُونَ
b. Pangkal lidah (sedikit ke depan), dengan menurunkannya sedikit. Keluar darinya huruf: ك
ك : أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ – وَوَضَعْنَاعَنكَ وِزْرَكَ – كِرَامًا كَاتِبِينَ – وَيُزَكِّيكُم – وَيْلٌ لِلْمُكَذِّبِينَ – وَاللهُ لاَيُحِبُّ اْلمُتَكَبِّرِينَ

2. وَسْطُ الِلسَانِ artinya lidah bagian tengah. Bertemunya lidah bagian tengah dengan rongga atas, hurufnya adalah: ي -ش – ج
ج : وَالسَّمَاءِ ذَاتِ الْبُرُوجِ – تَرْمِيهِم بِحِجَارَةٍ مِن سِجِّيلٍٍ- َكَذَالِكَ جَعَلْنَاكُم أُمَّةً وَسَطاًَ – مِن يَوْمِ الْجُمُعَةِ – َالجِبَالَ أَوْتَادًا
ش : وَالشَّمْسِ وَضُحَاهَا – مِن شَرِّمَاخَلَقَ – وَبَشِّرِالصَّابِرِينَ – َئِن شَكَرْتُم – لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُون َ- وَأَمْرُهُم شُورَى بَيْنَهُم
ي : الَّذِين َهُمْ يُرَاؤُنَ – يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ – يَابُنَيَّ أَقِمِ الصَّلاَةَ – يَاأَيُّهَاالنَّبِيِّ- مُصَدِّقًالمِاَ بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَةَ – وَيَوْمَ الْقِيَمَة

3. حَافَتَااللِّسَانِ artinya kedua tepi lidah. Kedua tepi lidah (kiri atau kanan) dengan geraham atas, merupakan tempat keluarnya huruf: ض
ض : وَاْلعَادِيَاتِ ضَبْحًا – وَلاَ يَخُضُّ – أَنقَضَ ظَهْرَكَ – وَلاَ الضَّــالِّينَ – وَلاَيَضُرُّكُم – فَلْيَضْحَكُوا قَلِيلاً – مُضِلِّينَ عَدُدَا

4. أَدْنىَ اللِّسَانِ (lidah terdekat)
Lidah terdekat, terbagi menjadi tiga bagian:
1. Ujung sisi lidah dengan rongga atas setelah huruf dhad, adalah tempat keluarnya huruf: ل
ل : وَجَنَّةٍ أَلْفَافًا – لاَ أُقْسِمُ بِهَذَااْلبَلَدِ – وَلِبَاسُهُم فِيهَاحَرِيرٌ – لُؤْلُؤٌمَكْنُون – إِنَّ اْلأِنسَانَ
2. Ujung sisi lidah dengan rangga atas setelah huruf lam, adalah tempat keluarnya huruf: ن
ن : تَجْرِى مِن تَحْتِهَااْلأَنهَارٌ – وَإِذَامَسَّهُ الْخَيْرُمَنُواعًا – وَمِنهُم مَن يَقُولُ – يَمُنُّونَ عَلَيْهِم – وَأَنزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً – إِنسٌ وَلاَجَانٌّ
3. Ujung sisi lidah dengan rongga atas setelah huruf nun, adalah tempat keluarnya huruf ر
ر : وَأَيَّدْنَهُ بِرُوحِ الْقُدُسِ – وَاللهُ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ – بَشِيرًا وَنَذِيرًا – إِلَيْنَامَرْجِعُكُم – إِلَى فِرْعَوْنَ – إِنَّاأَعْطَيْنَكَ الْكَوْثَرَ – وَمِمَّارَزَقْنَاهُم

5. طَرْفٌ اللِسَانِ artinya ujung lidah. Ujung lidah terbagi menjadi tiga bagian:
a. Ujung lidah yang menempel pada gusi atau pangkal gigi atas, tempat keluarnya huruf: ت – د – ط
ت : تَبَّتْ يَدَاأَبِى لَهَبٍ وَتَبْ – أَتْمِمْ لَنَانُورَنَا – تَارَةً أُخْرًى – كِتَابًامَوْقُوتًا – وَالتِّينِ
د : وَاْلأَرْضَ مَدَدْنَهَا – وَلَدَارُاْلأَخِرَةِ – مَتَاعُ اْلحَيَاةِالدُّنْيَا – الَّتِي تَطَّلِعُ عَلَى اْلأَفْئِدَةِ
ط : وَالطُّورِ- مَسْطُورِ – تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ – يَبْسُطُ الرِّزْقَ – طَائِفَةٌأُخْرًى – بِسُلْطَانٍ
b. Ujung lidah bertemu dengan ujung gigi depan yang atas, yaitu tempat keluarnya huruf : ث- ذ – ظ
ث : وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ – وَبَثَّ فِيْهَا – مَثْـنَى وَثُلاَثَ وَرُبَاع – ثَالِثُ ثَلاَثَةٍ – وَلاَأَكْثَرَمِن ذَلِكَ وَلاَ أَكْبَرَ اِلاَّ فيِ كِتَابٍ مُبِينٍ
ذ : وَاذْكُرُوااللهَ ذِكْرًا كَثِيرًا – وَلَأُعَذِّبَنَّهُ عَذَابًاشَدِيدً – وَ إِذْقَالَ إِبْرَاهِيمُ – وَيُعَذِّبُ مَن يَشَاءُ – مَن ذَالَّذِي يَشْفَعُ عِندَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ
ظ : مِنَ الظَّالِمِينَ – أَظْلَمَ عَلَيْهِم – رَبَّنَاظَلَمْنَا – مِن ظُهُورِهِم لَأَظُنُّكَ – غَلِيظًاالْقَلْبِ – وَمَن أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللهِ الْكَذِبَ
c. Ujung lidah ditempatkan antara gigi atas dan gigi bawah, yaitu tempat keluarnya huruf: ص ز س
ز : وَخَلَقْنَاكُم أَزْوَاجًا – إِذَا زُلْزِلَةِ الأَرْضُ زِلْزَالَهَا – فَقَدْفَازَفَوْزًاعَظِيمًا – وَأَنزَلْنَامِنَ السَّمَاءِمَاءًطَهُوْرًا – أَزْوَاجًالِتَسْكُنُواإِلَيْـهَا
س : سَأَلَ سَائِلٌ – لاَيَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوٍْم – سَلْسَبِيلا – سَيَقُولُ السُّفَهَاءُ – الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِالنَّاسِ – مِنَ الْجِنَّةِوَالنَّاسِ
ص : تَصْلَى نَارًا حَامِيَةٍ- صَبَبْنَاالْمَاءَ صَبَّا – فِىصُدُورِالنَّاسِ – بُكْرَةً وَأَصِيلاً – وَاَقِيْمُواالصَّلَوةَ – يَااَيُّهَاالَّذِينَ أَمَنُواصَلُّوعَلَيْهِ

4. الشفتين (ASY SYAFATAINI)
Asy Syafataini ialah huruf-huruf yang keluar dari kedua bibir. Huruf yang keluar dari kedua bibir, berjumlah empat huruf, yaitu ف م ب و. Keempat huruf tersebut, terbagi menjadi dua bagian, dengan perincian sebagai berikut:
1. Bibir bagian bawah dengan ujung gigi atas,
Bibir bagian bawah dengan ujung gigi atas, merupakan tempat keluarnya huruf: ف
ف : فيِ دِينِ اللهِ أَفْوَاجًا – وَيُفْسِدُونَ فيِ الْأَرْضِ – فَأَكْثَرُوافِيهَاالْفَسَاد َ- فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ – الَّذِينَ يَرِثُونَ الْفِرْدَوسَ
2. Kedua bibir:
a. Bibir dalam posisi tertutup, adalah tempat keluarnya huruf: ب dan م
ب : تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ – لِؤُلِىالْأَلْبَابِ – تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ – الْمَغْضُـوبِ
م : مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ – حُبًّاجَمًّا – وَلَقَدْ هَمَّتْ بِهِ وَهَمَّ بِهَا – أَمهِلْهُم رُوَيدًا – أَنعَمتَ
b. Bibir dalam posisi terbuka, hurufnya adalah: و
و : اذاوَقَعَةِ الْوَاقِعَةُ – وِلْدَانَ شِيبًا – وَيَوْمَ وُلِدْتُ – عِوَجًا قَيِّمًا – أَوَلمَ ْيَرَاالَّذِينَ كَفَرُوا

5. الخيشوم (AL KHAISYUM)
Al Khaisyum ialah suara yang berasal dari rongga hidung. Semua bacaan ghunnah (temasuk ikhfa’ dan iqlab), berasal dari rongga hidung. Huruf yang suaranya berada di dalam Al Khaisyum adalah ن – م apabila di tasydid, di sukun atau di antara kedua huruf tersebut, bertemu dengan huruf yang berharakat (hidup). Contoh:
ثُمَّّّّّّّّّّّّّ إِذَاشَاءَ َأَنشَرَةُ – فِي جَنّتِ النَّعِيمِ – رَسُولٍ كَرِيمٍ – مِسْكِينًاذَامَتْرَبَة- تَرْمِيهِم بِحِجَارَةٍ

Belajar Ilmu Tajwid 10 : Waqof




Akhirnya kita belajar tentang Waqof (pemberhentian). Adapun yang akan kita bahas disini adalah macam macam waqof dan tanda tandanya.


A. Macam Macam Waqof


1. Tamm (sempurna)


الوقف التام


Yaitu waqof yang dilakukan pada suatu kata dalam suatu bacaan al-qur’an sedangkan kata tersebut tidak ada hubungannya dengan kata yang selanjutnya.


Contohnya dalam surat Al-Baqoroh ayat 7


وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيْمٌ . وَ مِنَ النَّاسِ …


2. Hasan (baik)


الوقف الحسن


Yaitu waqof yang dilakukan pada suatu kata dalam suatu bacaan al-qur’an tetapi kata tersebut ada hubungannya dengan kata yang selanjutnya.


Contohnya dalam surat Al-Fatihah ayat 7


أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ . غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ …


3. Kafin (cukup)


الوقف الكافي


Yaitu waqof yang dilakukan pada suatu kata dalam bacaan al-qur’an sedangkan kata tersebut tidak ada hubungannya dengan kata yang selanjutnya dari segi ucapan tetapi mempunyai hubungan dari segi arti.


Contohnya dalam surat An-Nisa’ ayat 23


حُرِّمَتْ عَلَيْكُمْ أُمَّهَاتُكُمْ . وَبَنَاتُكُمْ …


4. Sholih (sah)


الوقف الصالح


Yaitu waqof yang sah dilakukan pada suatu kata dalam suatu bacaan al-qur’an yang menerangkan kata setelahnya.


Contohnya dalam surat Al-Baqoroh ayat 61


ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ وَ الْمَسْكَنَةُ . وَ بَاؤُوْ …


5. Qobih (buruk)


الوقف القبيح


Yaitu waqof yang dilakukan pada suatu kata dalam suatu bacaan al-qur’an sedangkan kata tersebut tidak terikat setelah lengkapnya perkataan dan kadang kadang berhubungan dengan kata yang selanjutnya.


Contohnya dalam surat Al-Fatihah ayat 4


مَالِكِ . يَوْمِ الدِّيْنِ …


6. Jaiz (boleh)


الوقف الجائز


Yaitu waqof yang dilakukan pada suatu kata dalam bacaan al-qur’an selain waqof waqof yang ada diatas.


Contohnya dalam surat Hud ayat 88


وَ مَا تَوْفِيْقِيْ إِلاَّ بِا للَّهِ . عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ …


B. Tanda Tanda Waqof


Tanda tanda waqof itu banyak macamnya dan ada perbedaan antara al-qur’an yang satu dengan yang lain.


Tetapi tanda tanda waqof yang paling dikenal banyak orang adalah sebagai berikut :


م


Tanda ini artinya wajib berhenti.


لا


Tanda ini artinya tidak boleh berhenti.


ج


Tanda ini artinya boleh berhenti dan boleh tidak.


صلى


Tanda ini artinya lebih diutamakan untuk meneruskan walaupun berhenti juga diperbolehkan.


قلى


Tanda ini artinya lebih diutamakan untuk berhenti walaupun diteruskan juga diperbolehkan.


هذا العلم ماخوذ من كتاب علم التجويد


معهد دار السلام كونتور فونوروغو

Tafkhim dan Tarqiq



Huruf hijaiah terbahagi kepada tiga bahagian dari sudut Tafkhim( التفخيم )dan( الترقيق )Tarqiq. Pertama: Huruf yang sentiasa ditebalkan iaitu Huruf-huruf Isti'la'. Kedua: Huruf yang kadangkala ditebalkan dan kadangkala dinipiskan bacaannya mengikut keadaan ayat. (Alif - Lam Lafaz Allah - Ra').
Ketiga: Huruf yang sentiasa dinipiskan bacaannya iaitu Huruf Istifal selain daripada huruf Lam dan Ra'.

Pengertian Tafkhim
Tafkhim( التفخيم )Dari sudut bahasa: Gemuk (tebal).
Dari sudut istilah Ilmu Tajwid: Ibarat kekuatan masuk pada bunyi huruf hingga bunyinya memenuhi mulut. Huruf Tafkhim terdiri dari tujuh huruf yang terkandung di dalam bait syair( خص ضغط قظ ).



- Peringkat pertama Tafkhim ialah apabila huruf Tafkhim berbaris atas dan selepasnya terdapat huruf Alif contohnya:( قال ).

- Peringkat kedua Tafkhim ialah apabila huruf Tafkhim berbaris atas dan tidak ada selepasnya huruf Alif contohnya:( خلقكم ).

- Peringkat ketiga Tafkhim ialah apabila huruf Tafkhim berbaris hadapan contohnya:( يقول ).

- Peringkat keempat Tafkhim ialah apabila huruf Tafkhim Sukun contohnya:( إقرأ ).

- Peringkat kelima Tafkhim ialah apabila huruf Tafkhim berbaris bawah contohnya:( قيل ).

Bertemu Dua Sukun



Apabila bertemu dua huruf Sukun maka pada ketika itu perlu diselesaikan salah satu dari kedua-duanya sebagaimana yang telah ditetapkan oleh kaedah Bahasa Arab, sama ada membuang huruf pertama yang bersukun atau membariskannya. Perlu diberi perhatian bahawa keadaan sebegini diharuskan ketika ingin menyambung bacaan sahaja

- Huruf Mad dibuang pada ketika ingin menyambung bacaan sahaja apabila terdapat huruf Hamzah yang bersambung selepas huruf Mad. Ia dibuang pada bacaan sahaja tidak pada tulisan kerana biasanya ia tercatat di dalam al-Quran seperti:( إذا الشمس كورت ).
Kadangkala huruf Mad dibuang pada bacaan sambung dan berhenti kerana ianya tidak tercatat di dalam tulisan apabila terdapat selepasnya huruf Hamzah yang bersambung. Contohnya membuang huruf Ya' dari kalimah:( تحي )di dalam ayat al-Quran:( ربي أرني كيف تحي الموتى ).

- Untuk menyelesaikan pertemuan dua huruf yang bersukun, perlu dibariskan huruf Sukun yang pertama sama ada dengan baris atas, baris bawah atau baris hadapan.

a. Baris Bawah
Huruf Sukun yang pertama dibariskan dengan baris bawah (untuk mengelakkan) pertemuan dua huruf Sukun jika sekiranya huruf Sukun pertama di akhir kalimah pertama dan huruf Sukun kedua ialah Hamzah Wasal, berada pada awal kalimah kedua. Di dalam keadaan ini huruf Sukun yang pertama dibariskan dengan baris bawah dan Hamzah Wasal digugurkan di dalam bacaan. Contohnya( قل أدعوا الله )keadaan demikian bukanlah dalam bentuk huruf tersebut berbaris atas dan hadapan. Perhatian penting: Nun yang terbit dari Tanwin jika terdapat Hamzah Wasal selepas Nun Tanwin, Nun tersebut dibariskan dengan baris bawah dengan syarat huruf yang berbaris ini dibaca di dalam keadaan sambung sahaja contohnya Tanwin dalam kalimah( عادا )di dalam ayat( عادا الأولى )dan Lam( الاسم )yang terdapat di dalam surah al-Hujurat kerana ia terletak antara dua huruf Hamzah yang bersambung, oleh sebab itu Huruf Lam dibariskan dengan baris bawah untuk mengelakkan dari bertemu dua Sukun.

b. Baris Atas
Huruf Sukun pertama dibariskan dengan baris atas (untuk mengelak dari bertemu dua Sukun) di dalam dua keadaan iaitu: Pertama: Nun di dalam kalimah( مِن )jika terdapat selepasnya Hamzah yang bersambung seperti:( وأنا على ذلكم من الشاهدين ).
Kedua: Huruf Ya' (ganti nama kepada orang yang bercakap), apabila terdapat Hamzah yang bersambung selepasnya seperti:( أذكروا نعمتي التي أنعمت عليكم )

c. Baris Hadapan
Terdapat dua keadaan (untuk mengelak dari bertemu dua huruf Sukun) yang membolehkan Sukun pertama dibariskan dengan Dhammah: Pertama: Huruf Wau yang menunjukkan kepada bilangan ramai apabila terdapat selepasnya Hamzah Wasal contohnya:( فتمنوا الموت إن كنتم صادقين ).
Kedua: Huruf Mim yang menunjukkan kepada bilangan ramai apabila terdapat selepasnya Hamzah Wasal contohnya:( وسخر لكم الليل والنهار ).

MAD



Mad( مد ).
Dari sudut bahasa: Lebih / Tambahan. Dari sudut istilah Ilmu Tajwid: Memanjangkan sebutan lebih dari dua harakat ketika membaca huruf Mad (pemanjang) atau Lin yang bertemu dengan huruf Hamzah atau baris Sukun. Huruf Mad terdiri dari tiga huruf iaitu Alif( ا ), Wau( و )dan Ya'( ي ).
Huruf Wau disyaratkan huruf sebelumnya berbaris di hadapan dan huruf Ya' pula disyaratkan huruf sebelumnya berbaris di bawah manakala huruf Alif tidak baris lain yang berada sebelumnya selain baris di atas. Huruf Ya' dan Wau apabila berbaris Sukun dan huruf sebelumnya berbaris di atas, kedua-dua huruf tersebut tidak dinamakan huruf Mad tetapi ia dinamakan Huruf Lin.

1. Mad Tabi'i( المد الطبيعي )atau Mad Asli( المد الأصلى ).
Mad yang terdapat huruf hijaiah selain dari huruf Hamzah dan Sukun selepasnya dan ia dinamakan Tabi'i ialah kerana pembaca yang memiliki sifat kejadian yang sempurna tidak mengurangkan kadar Madnya iaitu dua harakat dan tidak pula melebihi dari itu.

Ketika berhenti dan Sambung
Apabila huruf Mad berada dalam keadaan tetap, sambung dan berhenti, huruf tersebut dibaca secara Mad (panjang) sama ada ketika sambung dan berhenti. Begitu juga sama ada ketika berada di pertengahan kalimah seperti( مالك) (يوصيكم )atau di akhir kalimah seperti( والشمس وضحاها ).
Di dalam bahagian ini disyaratkan tidak terdapat huruf Hamzah atau Sukun selepas huruf Mad.

Ketika Sambung
Mad Asli atau Tabi'i dalam keadaan berhenti sahaja khususnya yang berkaitan dengan Mad Silah Kecil( مد الصلةالصغرى )iaitu huruf Wau kecil yang terdapat selepas Ha' Dhamir berbaris hadapan( ـهُ )dan huruf Ya' kecil terletak selepas huruf Ha' Dhamir berbaris bawah( ـهِ ), begitu juga supaya huruf Ha' kinayah disambung dengan huruf Wau atau Ya', huruf Mad disyaratkan mestilah terletak di antara dua huruf yang berbaris hidup seperti kalimah( إنه هو) (به بصيرا ).
Dalam keadaan ini huruf wau dan Ya' dibaca secara Mad sepanjang dua harakat (dengan syarat tidak terdapat huruf Hamzah yang berasingan darinya di dalam kalimah lain) dalam keadaan sambung tetapi jika dalam keadaan berhenti ia tidak dibaca secara Mad.

Ketika Berhenti
Mad Asli atau Tabi'i dalam keadaan berhenti sahaja akan dibaca secara panjang sekiranya huruf Mad tersebut tetap berada di dalam keadaan berhenti bukan ketika sambung. Ia dibaca panjang pada huruf-huruf Alif yang ditukar dari baris dua di atasnya (Tanwin) seperti( عليمًا حكيمًا )dengan memberhentikan bacaan pada huruf Alif( حكيمًا )dan disyaratkan supaya Alif ini dibaca secara Mad tanpa menyambungnya dengan kalimah yang berada selepasnya.

2. Mad Far'i( المد الفرعي )ialah Mad yang telah ditambah lebih panjang bacaannya dari Mad Asli disebabkan terdapat Hamzah( ء )atau tanda Sukun( ْ )selepas huruf Mad.

a. Mad Muttasil iaitu berangkai( المتصل )ialah Huruf Mad yang bertemu dengan huruf Hamzah dalam kalimah yang sama. Ia dinamakan Mad Muttasil kerana huruf Mad bertemu dengan huruf Hamzah di dalam satu kalimah. Mad Muttasil ialah Mad wajib dan kadar bacaannya adalah empat harakat, lima harakat atau enam harakat ketika berhenti.

b. Mad Munfasil iaitu bercerai( المنفصل )ialah huruf Mad yang disusuli oleh huruf Hamzah (secara berasingan) yang terdapat pada awal kalimah berikutnya. Ia dinamakan Mad Munfasil ialah kerana huruf Mad terpisah dari huruf Hamzah yang terletak di dalam kalimah yang lain. Hukumnya: Harus membacanya secara pendek dengan kadar dua harakat, empat harakat atau lima harakat mengikut bacaan riwayat Hafs. Mad SilahKubra (iaitu huruf Wau kecil yang terdapat selepas Ha' Dhamir berbaris hadapan( ـهُ )dan huruf Ya' kecil terletak selepas huruf Ha' Dhamir berbaris bawah( ـهِ )) juga termasuk di dalam hukum Mad Munfasil. Apabila terdapat huruf Hamzah yang berada dalam keadaan berasingan di dalam kalimah berikutnya selepas huruf Wau Silah dan Ya' Silah, hukumnya adalah mengikut hukum Mad Munfasil jika dalam keadaan sambung tetapi jika dalam keadaan berhenti, ia tidak boleh dibaca secara Mad.

c. Mad 'Aridh( العارض للسكون )ialah Mad yang bertemu dengan huruf Lin Sukun Aridh (Sukun yang mendatang) kerana ingin menghentikan bacaan. Ia dinamakan 'Aridh (mendatang) ialah kerana huruf terakhir di dalam kalimah tersebut terpaksa dibaca dengan Sukun kerana memberhentikan bacaan padanya, jika sekiranya bacaan disambung, ia akan menjadi Mad Tabi'i. Hukumnya: Harus membacanya dengan tiga bentuk bacaan: Membaca secara pendek dengan kadar dua harakat, membaca secara pertengahan dengan kadar empat harakat dan membacanya secara sempurna dengan kadar enam harakat seperti:( الحمد لله رب العالمين ).
Mad 'Aridh mengambil hukum Mad Lin iaitu memanjangkan bacaan Wau dan Ya' Sukun dan terdapat huruf berbaris atas sebelum Wau dan Ya' ketika berhenti. Ia dinamakan dengan nama tersebut ialah kerana sebutannya terlalu lembut dan mudah seperti di dalam ayat:( فليعبدوا رب هذا البيت )

d. Mad Badal( البدل )ialah huruf Hamzah berada sebelum huruf Mad di dalam satu kalimah dan tidak terdapat huruf Hamzah atau Sukun selepas huruf Mad. Ia dinamakan dengan Mad Badal ialah kerana kebiasaannya huruf Mad ditukar dari huruf Hamzah kerana asal Mad Badal ialah bertemu dua Hamzah di dalam satu kalimah di mana Hamzah pertama berbaris hidup dan Hamzah kedua berbaris Sukun (mati).
Huruf Hamzah kedua ditukar kepada huruf Mad mengikut baris huruf Hamzah pertama untuk meringankan bacaan. Jika huruf Hamzah pertama berbaris di atas, huruf Hamzah kedua ditukar menjadi huruf Alif( ا )seperti:( آمنوا )kerana asalnya( ءأمنوا ).Jika huruf Hamzah pertama berbaris di bawah, huruf Hamzah kedua ditukarkan menjadi huruf Ya' seperti:( إيمانا )kerana asalnya( إئمانا ).
Sekiranya huruf Hamzah pertama berbaris hadapan, huruf Hamzah kedua ditukar menjadi huruf Wau( و )seperti:( أوتوا )kerana asalnya( أؤتوا ).
Hukumnya: Ia dibaca secara Mad dengan kadar dua harakat seperti Mad Tabi'i.

e. Mad Lazim( المد اللازم )iaitu huruf Mad yang disusuli dengan tanda Sukun asli tetap di dalam bacaan bersambung atau berhenti sama ada di dalam satu kalimah atau harf (sendi nama).
Ia dinamakan Mad Lazim (Tetap) ialah kerana bacaannya mestilah dibaca dengan enam harakat tanpa berubah, begitu juga kerana sebabnya iaitu Sukun ketika bacaan sambung dan berhenti.

- Mad Lazim Harfi Muthaqqal( المد اللازم الحرفي المثقل )ialah huruf Mad yang disusuli dengan Sukun asli pada salah satu huruf hijaiah dengan syarat ia bertasydid. Ia dinamakan Harfi ialah kerana terdapat Sukun asli pada salah satu huruf hijaiah yang berada selepas huruf Mad di permulaan surah. Ia dinamakan Muthaqqal ialah kerana terlalu berat untuk menyebutnya disebabkan terdapat Tasydid pada Sukunnya. Hukumnya adalah wajib dibaca secara Mad enam harakat seperti huruf Lam di dalam kalimah( الم ).

- Mad Lazim Harfi Mukhaffaf( المد اللازم الحرفي المخفف ).
Iaitu selepas huruf Mad terdapat Sukun asli pada salah satu huruf hijaiah yang tidak bertasydid. Ia dinamakan Mukhaffaf kerana sebutannya terlalu ringan disebabkan ia tidak bertasydid dan tidak berdengung seperti huruf Mim di dalam( الم ).
Perhatian penting: Huruf hijaiah yang terletak di permulaan surah terdiri dari empat belas huruf terkumpul di dalam bait syair( صله سحيرا من قطعك )dan ia terbahagi kepada empat bahagian: Pertama: Ejaannya terbentuk dari tiga huruf di mana terdapat huruf Mad di pertengahannya. Ia terdiri dari tujuh huruf yang terkumpul di dalam bait syair( كم عسل نقص )kecuali huruf 'Ain. Bahagian ini dibaca enam harakat dengan sempurna. Kedua: Ejaannya terbentuk dari tiga huruf di mana huruf Lin terdapat di pertengahannya iaitu huruf 'Ain. Huruf ini harus disempurnakan dengan bacaan enam harakat dan bacaan pertengahan empat harakat. Ketiga: Ejaannya terbentuk dari dua huruf di mana huruf keduanya ialah huruf Mad dan huruf-hurufnya adalah sebanyak lima huruf yang terhimpun dalam bait syair( حي طهر ).
Bahagian ini dibaca secara Mad Tabi'i dengan kadar dua harakat. Keempat: Ejaannya terbentuk dari tiga huruf di mana tidak terdapat satupun huruf Mad di pertengahannya. Ia terdiri dari satu huruf iaitu Alif dan tidak terdapat padanya huruf Mad.

- Mad Lazim Kalimi Muthaqqal( المد اللازم الكلمي المثقل ).
Iaitu selepas huruf Mad terdapat huruf bertasydid di dalam satu kalimah, hukumnya ia dibaca dengan enam harakat. Ia dinamakan Muthaqqal kerana berat atau susah untuk menyebutnya disebabkan terdapat tasydid pada Sukunnya. Contohnya Alif di dalam kalimah( الضالين ), dari firman Allah s.w.t( غير المغضوب عليهم ولاالضالين ).

- Mad Lazim Kalimi Mukhaffaf المد اللازم الكلمي المخفف . Iaitu selepas huruf Mad terdapat huruf Sukun yang tidak bertasydid di dalam satu kalimah. Hukumnya wajib dibaca dengan enam harakat. Ia dinamakan dengan Kalimi kerana terdapat Sukun asli selepas huruf Mad di dalam satu kalimah. Ia dinamakan Mukhaffaf kerana ringan atau mudah menyebutnya disebabkan keadaannya yang tidak bertasydid dan tidak berdengung. Contohnya di dalam kalimah( أالآن )di dalam dua tempat surah Yunus ayat lima puluh satu dan sembilan puluh satu malah tidak terdapat di dalam al-Quran selain dari dua tempat tersebut.

Hukum Baris Hamjah


1. Hukum Hamzah yang berbaris atas: Hamzah Wasal yang berbaris atas disebut ketika memulakan bacaan dengannya jika sekiranya ia berada di dalam kata sandang( ال )takrif yang sentiasa disandang pada kata nama am. Contohnya:( الحمد لله رب العالمين - الرحمن الرحيم )

2. Hukum Hamzah yang berbaris bawah: Ia disebut ketika memulakan bacaan jika sekiranya ia berada di dalam kata kerja, huruf ketiganya berbaris atas atau berbaris bawah atau berada di dalam terbitan kata kerja yang telah lalu( الفعل الماضي ).
Contohnya:( ارجع إليهم) (استكبارا في الأرض) (ادفع بالتي هي أحسن ).
Perhatian penting: Di dalam bacaan, Hamzah Wasal terdapat pada tujuh tempat iaitu:( اسم - اثنتين - امرأة - امرؤ - ابنة - ابن ).
Manakala hukum mula bacaan Hamzah Wasal di dalam kalimah-kalimah ini ialah wajib dibaca dengan baris bawah.



3. Hukum Hamzah yang berbaris hadapan: Ia disebut ketika memulakan bacaan dengannya, jika huruf yang ketiga di dalam kata kerja suruhan berbaris hadapan. Contohnya:( اركض برجلك - ادع إلي سبيل ربك )

4. Hukum Hamjah gugur/sukun
Ketika bacaan sambung, Hamzah Wasal tidak disebut di dalam bacaan untuk mengukuhkan huruf Sukun ketika itu ke atas huruf selepasnya dan ia tidak memerlukan kepada Hamzah. Pada ketika ini Hamzah Wasal tidak disebut di dalam bacaan sambung. Ketika memulakan bacaan dengan Hamzah Wasal, barisnya mestilah disebut sama ada ia berbaris atas, berbaris bawah atau berbaris hadapan. Jika Hamzah Wasal berada di dalam satu kalimah contohnya:( والله - وبالحق ), ia tidak boleh disebut sama sekali kerana tidak sah menyebutnya secara berasingan dalam apa keadaan sekalipun. Apabila Hamzah Wasal yang berbaris bawah bertemu dengan Hamzah Istifham (persoalan), Hamzah Wasal perlu dibuang dan disebut Hamzah Istifham secara berbaris di atas. Keadaan ini terdapat pada tujuh tempat di dalam al-Quran iaitu:- Pertama:( أتخذتم )dari firman Allah( قل أتخذتم عند الله عهدا ).
Kedua:( أطلع )dari firman Allah( أطلع الغيب أم أتخذتم عند الله عهدا ).
Ketiga:( أفترى )dari firman Allah( أفترى على الله كذبا ).
Keempat:( أصطفى )dari firman Allah( أصطفى البنات على البنين ).
Kelima:( أتخذناهم )dari firman Allah( أتخذناهم سخريا أم زاغت عنهم الأبصار ).
Keenam:( أستكبرت )dari firman Allah( أستكبرت أم كنت من العالين ).
Ketujuh:( أستغفرت ) dari firman Allah( سواء عليهم أستغفرت أم لم تستغفر لهم ).
Hamzah Wasal yang berbaris di bawah juga apabila bertemu dengan Hamzah Istifham (persoalan), Hamzah Wasal mestilah dibuang dan Hamzah Istifham mesti disebut secara berbaris di atas.

Jenis Hamzah


Hamzah yang terdapat di dalam al-Quran terbahagi kepada dua bahagian iaitu Hamzah Wasal dan Hamzah Qat'ie.

1. Hamzah Qat'ie( همزة القطع ).
Hamzah ini tetap disebut pada permulaan bacaan, pada ketika bacaan sambung dan pada tulisan. Hamzah ini dinamakan dengan Hamzah Qat'ie ialah kerana ia memutuskan beberapa huruf dari huruf yang lain ketika membacanya. Hamzah Qat'ie terletak pada awal kalimah, pada pertengahan kalimah atau pada akhir kalimah. Ia juga terletak pada kata nama (isim), kata kerja (fe'el) dan sendi nama (harf).
Hukumnya ialah ia perlu disebut ketika membacanya.



2. Hamzah Wasal( همزة الوصل ).
Ia disebut pada permulaan bacaan dan digugurkan sebutannya ketika dibaca secara sambung dengan huruf sebelumnya. Ia dinamakan demikian kerana disambung dengan huruf yang bertanda Sukun pada awal perkataan. Tanda Hamzah Wasal ialah terdapat huruf Sad di atas huruf Alif.

Qalqalah( القلقلة )


Qalqalah( القلقلة )Dari sudut bahasa: Bergerak-gerak dan gementar. Dari sudut istilah Ilmu Tajwid: Bunyi lantunan yang kuat dari makhraj hasil dari bacaan huruf yang bertanda Sukun di mana makhrajnya ditekan terlalu kuat kemudian dilepaskan dalam waktu yang singkat sama ada huruf Sukun itu asli atau mendatang.

Cara baca qolqolah:
1. Rendah
Lantunan yang paling rendah( أقل شدة ): Apabila huruf Qalqalah terletak di pertengahan kalimah contohnya: Huruf Qaf di dalam kalimah( وخلقناكم أزواجا ).

2. Lantunan yang sederhana iaitu pertengahan( متوسط شدة ): Apabila memberhentikan bacaan pada huruf Qalqalah dan huruf tersebut tidak bersabdu (bertasydid) contohnya: Huruf Ta'( ط )di dalam kalimah( والله من وراء محيط )

3. Lantunan yang paling tinggi( أقصى شدة ): Apabila memberhentikan bacaan pada huruf Qalqalah dan huruf tersebut bersabdu (bertasydid) contohnya huruf Qaf di dalam kalimah( قال رب أحكم بالحق )

HUKUM MIM DAN NUN YANG DITASYDIDAN.


HUKUM MIM DAN NUN YANG DITASYDIDAN.
Huruf Gunnah ada dua : yaitu NUN dan MIM yang ditasydidan.Sabda Syehk
sulaiman aljamjuri dalam kitab tukjfatul athfal :
وَغُنَّ مِيْمًاثُمَّ نُوْنًاشُدِّدًا وَسَمِّ كُلاَّ حَرْفِ غُنَّةِ بَدَا
Pada Mim dan Nun Yang ditasydidan Harus ( meng haruskan suara)gunnah dinamakannya.
( Gunnah itu adalah suara yang harus yang nyaring maksa masuk pada hidung)
banyaknya yang harus menggunakan gunnah pada umumnya ada dua puluh enam (26)
4.Pada Idgham Ma’al Gunnah ( YANMU)
1.Pada Iqlab.
15.Pada Ikhfa.
2.Pada Huruf Gunnah.
1.Pada Huruf Ikhfa Syafawi.
1.Pada Idgham Mitslen.
1.Pada Alif Lam Menghadapi Nun.
1.Pada Idgham Mutajannisen.

Gunnah mempunyai dua bagian : 1.Gunnah Asliyyah.2.Gunnah ‘Aridhiyyah.
1.Gunnah asliyyah adalah Gunnah yang tidak terikat pada huruf
sesudahnya,yang khusus menggunakan tetap gunnahnya gunnah
muthlaq,bukan gunnah muqoyyad yaitu gunnah yang pada Nun dan Mim
Yang diberi tasydid keduanya.

2.Sedangkan gunnah ‘Aridiyyah adalah gunnah yang terkait atau terikat
pada huruf sesudahnya yang khusus,maka tetap gunnahnya menggunakan
gunnah muqoyyad,bukan gunnah mutlaq,seperti gunnah lain Nun dan Mim
yang ditasydidan.

HUKUM ALIF LAM



Berapa banyaknya hukum Alif Lam pada sa’at menghadapi huruf hijaiyyah yang
dua puluh delapan (28) ? Jawabannya tak kurang dari dua hukum !. 1.wajib idhar
membacanya 2 .wajib idgham membacanya.
Banyaknya huruf yang wajib idhar disini ada empat belas(14)yang dikumpulkan
pada lafad : اِبْغِ حَجَّكَ وَخَفْ عَقِيْمَهْ yaitu: ء,ب,غ,ح,ج,ك,و,خ,ف,ع,ق,ي,م,ها.
Alif lam yang pertama ( yang wajib idhar) namanya Alif lam qomariah (bulan)apa
sebabnya disamakan sama bulan ? sebab alip lamnya di dohirkan { idhar } saperti
pada lapad اَلْقَمَرْ seperti halnya kita melihat bulan cahayanya dan bentuknya
kelihatan.
Yang kedua adalah Alif lam yang wajib idgham hurufnya sama ada 14.yaitu :
ط,ث,ص,ر,ت,ض,ذ,ن,د,س,ظ,ز,ِش,ل.
Dan Alif lam yang diwajibkan idgham namanya adalah alif lam Syamsiyyah
(Matahari)


Alasannya disebut alif lam syamsiyyah sebab alip lamnya diidgomkan seperti alip
lam yang ada pada lapad اَلشَّمْسُ begitupun bila kita melihat mata hari bintang
dan bentuk matahari tidak akan kelihatan seperti halnya conto assamsu
alif lamnya hilang.
Keterangannya alif lam kesatu aliflam qomariyyah dan yang kedua syamsiyyah
menurut syehk sulaiman aljamjuri dalam kitab tukhfatul atfal.
وَاللاَّمُ الاْ ُوْلىَسَمِّهَاقَمَرِيَهْ وَاللاَّمُ الاْ ُخْرَى سَمِّهَاشَمْسِيَّهْ
Paling awal alif lam qomariyyah,yang kedua alif lam syamsiyyah

HUKUM MIM MATI.



Hukum mim mati saat behadapan atau menghadapi huruf hijaiyyah yang dua puluh
delapan(28) ada tiga. 1.Ikhfa Syafawi 2.Idgham Mitslain.3.Idhar Syafawi.
اَحْكَامُهَاثَلاَثَةٌلِمَنْ ضَبَطْ اِخْفَاءُاِدْغَامٌ وَاِظْهَارٌ فَقَطْ
Hukumnya Tiga,ikhfa idgham dan idhar tidak salah.
Apa keterangannya hukum mim mati no ke satunya adalah Ikhfa syafawi
Sabda syeh sulaiman al jamjuri dalam kitab tukhfatul athfal:
فَالاْ َوَّلُ الاِْخْفَاءُقَبْلَ الْبَاءِ وَسَمِّهِ الشَّفَوِيَّ لِلْقُرَآءِ
Kesatunya Ikhfa kalau sebelumnya BA,namanya ikhfa safawi mungguh quro.
Yang dimaksud ikhfa disini adalah membaca mim mati antara sifat idhar dan idgham serta harus menggunakan gunnah.
وَالثَّانِىاِدْغَامٌ بِمِثْلِهَااَتَى وَسَمِّ اِدْغَامًاصَغِيْرًايَافَتَى
Keduanya idgham kalau kedepannya mim lagi, mistlain shagir ketenarannya.
Dan yang dimaksud idgham disini adalah membaca nun mati harus dimasukkan pada huruf idghamnya serta harus menggunakan Gunnah.


وَاثَّالِثُ الاِْظْهَارُفىِالْبَاقِيَةِ مِنْ اَحْرُفٍ وَسَمِّهَاشَفْوِيَّةِ
Ketiganya idhar syafawi hukumnya,menghadapi huruf yang sesisanya.
Sedangkan yang dimaksud Idhar disini adalah Membaca Mim mati harus jelas,
(jangan menggunakan Gunnah)
Apa sebabnya hukumnya yang kesatu dan yang ketiga disebut Syafawi ? Sebab Mim makhrajnya
di syafatain (Bibir dua).
Apa sebabnya yang kedua disebut Mitslain ? Sebab sama makhrajnya dengan sifatnya
(Mim dengan Mim)
1.Huruf Ikhfa Safawi ada satu yaitu “BA”
2.Sedangkankan huruf idgham mitslain sama ada satu yaitu MIM.
3.Sedangkan huruf idhar syafawi ada dua puluh enam huruf(26) yaitu :
ء,ت,ث,ج,ح,خ,د,ذ,ر,ز,س,ش,ص,ض,ط,ظ,ع,غ,ف,ق,ك,ل,ن,و,ها,ي.
Apakah ada ketika mim mati menghadapi huruf yang dua puluh enam(26)
harus hati-hati membacanya ? Ada !
yaitu mim mati menghadapi dua huruf yaitu WAU dan Fa.
Sebabnya harus hati-hati adalah
1.sebab saling berdekatan makhraj MIM dengan FA 2.Dan makhraj WAU dengan MIM.
Keterangannya menurut syehk Sulaiman aljamjuri dalam kitab tukhfatul athfal :
وَاحْذَرْلَذَىوَاوٍوَفَااَنْتَحْتَفِ لِقُرْبِهَاوَالاِْتِّهَادِفَاعْرِفِ
Mim mati Idharkan harus sangat hati-hati,pada WAU dan FA sebab berdekatan

HUKUM NUN MATI DAN TANWIN



تَثْبُتُ فىِ الْخَطِ وَاللَّفْظِ
Nun mati itu ada dalam tulisannya dan ada dalam bacaannya.
Adanya Nun mati atau tempatnya nun mati yang akan diberi hukum,itu tidak tentu
adanya,dalam kalimah isim ada,dalam fiil ada,dalam haraf,di tengah-tengah
kalimah,diujung kalimah,di tingkah waqaf dan juga washal.

هُوَ نُوْنٌ سَاكِنَةٌوَاقِعَةٌ فىِآخِرِالْكَلِمَةِ لَفْظً لاَخَطً
Yang namanya tanwin itu adalah nun yang masih mati yang ada dalam bacaannya
saja tidak ada dalam tulisannya.

Apa perbedaannya nun mati dan tanwin ?
1.Tanwin Adanya dalam bacaannya saja.
2.Tanwin Adanya diujung kalimah
3.Tanwin Adanya dalam kalimah isim saja
Sedangkan nun mati seperti yang telah dijelaskan diatas.

Haraf Hijaiyyah semuanya ada 28
Pada saat menghadapi huruf hijaiyyah yang 28,hukumnya nun mati dan tanwin ada
empat hukum. 1.Idhar,2.Idgham,3.Iqlab,4.Ikhfa.
Keterangannya didapat dari kitab tukhfatul athfal,sabda Syehk Sulaiman aljamjuri.
لِلنُّوْنِ اِنْ تَسْكُنْ وَلِلتَّنْوِيْنِ اَرْبَعُ اَحْكَامٍ فَخُذْ تَبْيِيْنِ
Nun mati dan Tanwin ketetapan,hukum empat harus pegang penjelasan.



No.1.IDHAR.
Idhar menurut bahasa berarti jelas.sedangkan menurut istilah ilmu tajwid
النُّطْقُ بِحَرْفٍ مِنْ مَخْرَجِهِ مَعَ عَدَمِ الْغُنَّهْ
Membaca pada satu huruf dari makhrajnya serta tidak menggunakan gunnah
(sengau,dengung)
Yang dimaksud idhar disini adalah : Membacanya nun mati dan tanwin kalau
menghadapi huruf idhar yang 6 itu harus jelas.
Bagaimana perbedaannya nun mati dan tanwin ketika menghadapi hurup hijaiyyah
yang dua puluh delapan.
Perbedaannya ada dua.
1.Nun mati menghadapi hurup hijaiyyah dalam satu kalimah.
2.Nun mati menghadapi huruf hijaiyyah dalam dua kalimah.
Sedangkan tanwin harus di dua kalimah,tegasnya tidak bisa dalam Satu kalimah.

Huruf idhar semuanya ada enam. ء هاع ح خ غ
Keterangannya menurut dawuhan syehk sulaiman aljamjury dalam kitab tuhfatul
athfal
فَااْلاَ وَّلُ الاِْظْهَارُقَبْلَ الاْ َحْرُفِ لِلْحَلْقِ سِتٌّ رُتِّبَتْ فَلْتَعْرِفِ
Kesatunya harus idhar masing jelas,sebelum haraf halaq yang enam coba hitung.
هَمْزٌفَهَاءٌثُمَّ عَيْنٌ حَاءٌ مُهْمَلَتَانِ ثُمَّ غِيْنٌ خَاءٌ
Hamzah dan Hha,’Ain dan Haa tidak dititikan tambah dua Kho,Ghain pada dititikan.

Hukum Nun mati dan Tanwin nomber keduanya yaitu

IDGHAM
Idgham menurut bahasa adalah اِذْخَالُ الشَّيْئِ فىِالشَّيْئِ
Memasukkan satu perkara pada perkara yang lain.
Sedangkang menurut istilah adalah :
اِدْخَالُ حَرْفٍ سَاكِنٍ بِحَرْفٍ مُتَحَرِّكٍ بِحَيْثُ يَصِيْرَانِ حَرْفًا وَاحِدًامُشَدَّدًايَرْتَفِعُ اللِّسَانُ عَنْهُ
اِرْتِفَاعَةًوَاحِدَةًمَعَ مُرَاعَةِالْغُنَّةِ عِنْدَالاِْدْغَامِ بِغُنَّةٍوَمَعَ عَدَمِ مُرَاعَتِهَاعِنْدَالاِْدْغَامِ بِلاَغُنَّةٍ

Memasukan huruf mati pada satu hurup yang hidup atau huruf yang dibarisan jadi
huruf yang dua menjadi satu huruf dalam membacanya sambil ditasydidan,lidahnya
diangkatkan sekaligus keatas sambil ngaraksa gunnah nun dari idgham ma’al
gunnah,dan tidak perlu ngaraksa gunnah nun dari idgham bila gunnah.

Hurup Idgham semuanya ada enam(6) yang dikumpulkan pada lapad يَرْمَلُوْنَ
(ي,ر,م,ل,و,ن)
Dawuhan syehk Sulaiman al-jamjuri dalam kitab tuhfatul athfal.
وَالثَّانِ اِدْغَامٌ بِسِتَّةٍاَتَتْ فىِيَرْمَلُوْنَ عِنْدَهُمْ قَدْثَبَتَتْ
Keduanya harus idgham pada enam(6) pada lapad yarmaluna sudah tetap
Idgham terbagi dua bagian.
1.Idgham Ma’al Gunnah. 2. Idgham Bila Gunnah.
Maksudnya Idgham Ma’al Gunnah,yaitu membacanya nun mati dan tanwin harus
dimasukan pada huruf idgham,sambil memanjangkan suara dari puhu lubang hidung
( harus menggunakan Gunnah).
Sedangkan yang dimaksud Idgham Bila Gunnah adalah :Membacanya nun mati dan
tanwin harus dimasukan pada hurup idgham,serta tidak diperbolehkan
memanjangkan suara dari puhu lubang hidung,tegasnyan tidak boleh menggunakan
Gunnah.

Hurup Idgham Ma’al Gunnah Semuanya ada empat(4) Yaitu : ي,ن,م,و yang
dikumpilkan pada lapad يَنْمُوْ
Bagaimana keterangannya idgham terbagi dua bagian ? Karena dawuhan syehk
Sulaiman al-jamjuri dalam kitab tuhfatul .
لَكِنَّهَاقِسْمَانِ قِسْمٌ يُدْغَمَا فِيْهِ بِغُنَّةٍ بِيَنْمُوْعُلِمًا
Tapi yang enam terbagi dua bagian Idgham Ma’al Gunnah YANMU Sebagian.
Yang dimaksud Gunnah adalah : Memanjangkan suara dari puhu lubang hidung.
Apakah setiap Nun Mati dan tanwin Saat menghadapi YANMU itu harus idgham dan
menggunakan Gunnah?
Itu Tafsil : 1.Saat tanwin menghadapi YANMU itu harus idgham dan menggunakan
gunnah. 2.Sedangkan untuk nun mati menghadapi YANMU itu tafsil lagi.
1.Nun mati menghadapi YANMU pada satu kalimah.
2.Nun mati menghadapi YANMU pada dua kalimah
Nun mati menghadapi YANMU pada satu kalimah terbagi dua bagian.
1.Wajib Idhar.2.Wajib Idgham.
Yang diwajibkan idhar itu bilamana Nun Mati menghadapi YA atau WAU pada satu
kalimah contonya seperti lapad دُنْيَا * صِنْوَانٍ Sebabnya wajib idhar adalah karena
takut tertukar dengan huruf mudlo’af.
اِلاَّ اِذَاكَانَ بِكِلْمَةٍ فَلاَ تُدْغِمْ كَدُنْيَا ثُمَّ صِنْوَانٍ تَلاَ
Kecuali kalau nun mati tengah kalimah seperti dunya dan sinwanin jangan idgham.
Yang wajib idgham adalah bilamana nun mati menghadapi MIM dan NUN pada satu
kalimah itu wajib idgham serta Gunnah,sedangkan nun mati menghadapi YANMU pada
dua kalimah itu wajib idgham serta menggunakan Gunnah.

Idgham bagian kedua adalah Idgham Bila Gunnah,yang dimaksud Idgham Bila Gunnah
adalah : Membaca nun mati dan tanwin harus dimasukkan pada huruf idgham dan
tidak diperbolehkan memanjangkan suara dari puhu lubang hidung tegasnya jangan
menggunakan Gunnah.
Huruf Idgham Bila Gunnah ada dua(2) yaitu : LAM dan RA.
وَالثَّانِ اِدْغَامٌ بِغَيْرِغُنَّةِ فىِاللاَّمِ وَالرَّثُمَّ كَرِّرَنَّهْ
Keduanya Idgham tidak menggunakan gunnah pada LAM,RA bolak balik harus mernah

IQLAB
Hukum Nun mati dan Tanwin number ketiganya(3) adalah Iqlab.
وَالثَّالِثُ الاِْقْلاَبُ عِنْدَالْبَاءِ مِمًّابِغُنَّةٍ مَعَ الاِْخْفَاءِ
Ketiganya Iqlab kalau bersanding dengan BA gantikan pada gunnah campur ikhfa.
Iqlab menurut bahasa adalah : تَحْوِيْلُ الشَّيْئٍ عَنْ وَجْهِهِ Mindahkan satu perkara dari
perjalanan itu perkara.
Sedangkan menurut istilah adalah :
قَلْبُ النُّوْنِ السَّاكِنَةِاَوِالتَّنْوِيْنِ مِيْمًالَفْظً لاَخَطًّاحَالَتَانِ دُخُوْلِهِمَابَاءً مَعَ غُنَّةِ
Menggantikan nun mati atau tanwin digantikan pada MIM waktu dibacanya,akan
tetapi bukan pada tulisannya pada waktu nun mati dan tanwin menghadapi BA serta
harus menggunakan gunnah,dan memanjangkan suara pada puhu lubang hidung.

Hurup Iqlab hanya ada satu yaitu BA ( ب ) sebabnya digantikan pada MIM ada dua
elat.
1.عُسْرُ اِثْبَاتِ الْغُنَّةِ فىِالنُّوْنِ اَوِالتَّنْوِيْنِ مَعَ اِطْبَاقِ الشَّفَتَيْنِ
Susah menetapkan Gunnah pada nun mati dan tanwin kalau disekaliguskan dengan
menutupkan bibir dua,kecuali kalau menghadapi hurup BA dan MIM.

2.Perbedaan makhraj,sebab NUN makhrajnya di ujung lidah sedangkan BA pada bibir
dua.

IKHFA
وَالرَّبِعُ الاِْخْفَاءُعِنْدَالْفَاضِلِ مِنَ الْحُرُوْفِ وَاجِبٌ لِلْفَاضِلِ
Hukum Nun Mati dan Tanwin keempatnya ikhfa menghadapi haraf sesisanya

Ikhfa menurut bahasa adalah samar atau menutupi,sedangkan menurut istilah
adalah :
اَانُّطْقُ بِحَرْفٍ بِصِفَةٍ بَيْنَ الاِْظْهَارِوَالاِْدْغَامِ عَارٍمِنَ التَّشْدِيْدِ مَعَ بَقَاءِالْغُنَّةِ فىِالْحُرُوْفِ الاَْ َوَّلِ
Membaca pada satu hurup sambil harus menggunakan sifat antara idhar dan idgham
yang sepi dari tasydid,serta harus menetapkan gunnah pada huruf awal,yaitu nun
mati dan tanwin.
Huruf ikhfa semuanya ada 15 dikumpulkan pada lapad :
صِفْ ذَاثَنَاكَمْ جَادَشَخْصٌ قَدْسَمَادُمْ طَيِّبًازِدْفىِتُقَىضَعْ ظَالِمًا
ص,ذ,ث,ك,ج,ش,ق,س,د,ط,ز,ف,ت,ض,ظ.
Keterangannya menurut syehk sulaiman al-jamjuri dalam kitab tukhfatul athfaal.
فىِخَمْسَةٍ مِنْ بَعْدِ عَشْرٍ رَمْزُهَا فِى كِلْمِ هَدَالْبَيْتِ قَدْ نَضَمْتُهَا
Jelas lima belas huruf semuanya pada awal kalimah ini nadhomnya
صِفْ ذَاثَنَاكَمْ جَادَشَخْصٌ قَدْسَمَادُمْ طَيِّبًازِدْفىِتُقَىضَعْ ظَالِمًا
Yaitu: Shad,Dzal,Sta,Kaf,Jim,Syin,Qof,Sin,Dal,Tho,za,fa,ta,Dlod,Dzo,harus pada hapal.
Ikhfa mempunyai tiga martabat.1.ikhfa Kubro,2.Ikhfa Shugro,3.Ikhfa Wustho.
Ikhfa Kubro adalah menggunakan gunnahnya harus lebih panjang sedangkan Ikhfa
Shugro menggunakan gunnahnya harus lebih pendek berarti tidak menggunakan
gunnah,sedangkan yang dimaksud Ikhfa Wustho adalah.menggunakan gunnahnya
antara ikhfa kubro dan shugro.
1.Ikhfa Kubro yaitu : dimana-mana nun mati dan tanwin menghadapi huruf ikhfa yang
makhrajnya lebih dekat pada makhraj NUN yaitu yang suka disebut ikhfa AQROB
hurufnyan ada tiga(3) yaitu ط,ت,د
2.Ikhfa Sugra Yaitu : dimana-mana nun mati dan tanwin menghadapi huruf ikhfa yang
makhrajnya lebih jauh pada makhraj NUN yaitu yang suka disebut ikhfa AB’AD
hurufnya ada dua yaitu ق,ك
3.Sedangkan ikhfa wustho adalah : dimana-mana nun mati dan tanwin menghadapi
huruf ikhfa yang makhrajnya tidak lebih dekat tidak lebih jauh pada makhraj
NUN,yaitu yang suka disebut ikhfa AUSATH.hurufnya ada sepuluh sesisanya dari yang
diatas.
ص,ذ,ث, ج,ش, س, ز,ف, ض,ظ.
Pelaksanaannya menggunakan ikhfa dalam hukum nun mati dan tanwin adalah :
اِنَّ النُّوْنُ السَّكِنَةَاَوِالتَّنْوِيْنٍ اِذَااُدْغِمَااَوْاُقْلِبَ اَوْاُخْفِيَايَتَحَوَّلاَنِ مِنْ مَخْرَجِهَاالاَْصْلِيِ اِلىَالْخَيْشُمُ.
Sebenarnya bilamana nun mati dan tanwin bilamana diidghamkan dan diiqlabkan atau
diikhfakan,itu nun mati dan tanwin suka pindah keduanya dari makhraj asalnya(dari
thorfullisan)pindah pada khaisyum(cukang hidung,jadi kalau sudah pindah
makhrajnya pada cukang hidung berarti pindah dari makhraj yang muhaqqoq(yang
ditentukan)pada makhraj yang muqoddar(yang dikira-kirakan) atau tempat
keluarnya huruf yang ditentukan pindah ketempat keluarnya yang dikira-kirakan
(pada khoisyum).
Sedangkan agar makhrajnya nun mati dan tanwin tetap muhaqqoq,pada pelaksanaan
mengikhfakannya harus ditendetkan pada huruf sesudahnya,yaitu yang mempunyai
makhraj muhaqqoq.
Keterangannya dawuhan Muhammad al-hijaz al-makkatul mukarromah dalam kitab
Qoulussadid :
فَحِيْنَئِدٍ تَجِبُ عَلىَالْقَارِى:اِذَانَطَقَ بِالنُّوْنِ السَّاكِنَةِاَوِالتَّنْوِيْنِ عِنْدَ حَرْفٍ مِنْ حُرُوْفِ الاِْخْفَاءِالْخَمْسَتَ
عَشَرَاَيُّلَ خِظَ مَخْرَجَ الْحُرُوْفِ الَّذِى يَتَأَتىَّ بَعْدَهُمَامَعَ مُرَاعَةِالتَّفْخِيْمِ فىِالْمُفَخِّيْمِ وَالتَّرْقِيْقِ
فىِالْمُرَقَّفِ لاَغَيْرَ
Maka oleh sebab itu,wajib pada Qori,pada saat membacakan nun mati dan tanwin
ketika menghadapi (berhadapan) dengan huruf ikhfa yang lima belas(15)harus
diselewengkan pada makhraj huruf yang dihadapinya oleh nun mati dan
tanwin,sambil memperhatikan tafhim(tebal)pada huruf yang harus ditebalkan,dan
narqiqkan(tipis)pada huruf yang harus ditipiskan dan yang lainnya tidak.

KEPENTINGAN DAN KELEBIHAN MEMPELAJARI ILMU TAJWID


Diantara Kepentingan dan Kelebihan mempelajari ilmu tajwid adalah :

 KEPENTINGAN
KELEBIHAN
  • ·         Mengelakkan kesalahan dalam bacaan ayat al-Quran.

  • ·         Dapat menyebut huruf dengan tepat mengikut sifat dan makhrajnya.

  • ·         Menjamin kesahan dan kebenaran makna sesuatu ayat yang dibaca berdasarkan hukum-hukum bacaan yang terdapat di dalam ilmu tajwid.
  • ·         Mendapat kedudukan yang mulia di sisi Allah sebagaimana yang diriwayatkan dalam hadis Nabi:
·          
Bacalah al-Quran, maka
sesungguhnya dia akan datang
pada hari kiamat sebagai syafaat
kepada pembacanya.”
[HR. Muslim]

  • ·         Bacaan bertajwid jika disertai dengan kefahaman maknamakna ayat dapat menimbulkan rasa nikmat keindahan bahasa ayat-ayat al-Quran yang merupakan salah satu daripada mukjizat agung kepada umat manusia.

  • ·         Memperolehi kebaikan hidup di dunia dan di akhirat.

HUKUM MEMPELAJARI ILMU TAJWID


Hukum mempelajari ilmu tajwid adalah fardu kifayah. Mengamalkan bacaan al-Quran dengan bertajwid adalah fardu ‘ain bagi setiap Muslim yang mukallaf.

Membaca al-Quran dengan bertajwid boleh dihuraikan dalam dua keadaan:
1) Membaca al-Quran dengan bertajwid pada kadar yang paling minimum iaitu bacaannya tidak mengubah struktur perkataan atau merosakkan maknanya. Hukumnya adalah fardu ‘ain.
2) Membaca al-Quran dengan bertajwid iaitu dengan memeliharakeseluruhan hukum-hukum tajwid dalam bacaan. Hukumnya wajib ke atas mereka yang mahir dengan ilmu tajwid.

Dalam qo'idah Tajwid menyatakan:
“ Belajar Tajwid wajib hukumnya, Yang tidak mengerti  Tajwid pasti dosanya.”

Ilmu Tajwid


Dalam segi bahasa, Tajwid bermakna mengelokkan dan membaguskan sesuatu.
Sedangkan menurut istilah, Tajwid ialah suatu ilmu yang membicarakan mengenaimakhraj huruf (tempat keluar huruf), sifat-sifatnya, kadarpanjang pendek bacaan serta perkara-perkara lain yang adakaitan dengan cara bacaan ayat al-Quran.

Tujuan Tajwid ialah memelihara bacaan Al-Qur’an dari kesalahan dan perubahan serta memelihara lisan (lidah) dari kesalahan membaca.


Firman Allah s.w.t menegaskandalam suroh (al-Muzammil: 4) yang artinya “Bacalah al-Quran itu dengan tartil.”

Tartil ialah membaguskan bacaan huruf-huruf Al-Qur’an dengan terang dan teratur,mengenal tempat-tempat waqaf, sesuai dengan aturan-aturan tajwid dan tidak terburu-buru.

Pada zaman Rasulullah s.a.w, al-Quran dibaca dengan penuh penghayatan dan bertajwid. Justeru, kita digalakkan untuk membaca al-Quran dengan baik agar dapat memberi kesan kepada diri kita.
Aisyah r.a meriwayatkan, Rasulullah s.a.w bersabda, yang Artinya “Orang yang mahir dengan al-Quran (hafalan dan bacaannya yang amat baik danlancar) kedudukannya di akhirat adalah bersama para malaikat yang mulia dan taat,adapun orang yang membaca al-Quran dan tersekat-sekat dalam bacaannya, sedangianya amat payah, baginya adalah dua pahala.” [HR. Bukhari dan Muslim]

Rabu, 06 Agustus 2014

Terjemah Fiqih Kitab at-Taqrib



Terjemah Fiqih Kitab at-Taqrib Matan Abi Syuja (1) [KITAB THAHARAH]
Secawan Kata
              
 Pemilik kitab At Tahdziib fii Adillati Matnil Ghooyati wat Taqriib berkata : “Sesungguhnya kitab (Matan Al Ghooyah wat Taqrib) merupakan kitab fiqih terbaik pada madzhab Syafi’i, dalam bentuk dan kandungannya. Kitab ini walaupun kecil ukurannya namun mengandung semua bab fiqih dan sebagian besar hukum-hukum serta masalah-masalah yang terdapat dalam ibadah, mu’amalah dan lain sebagainya, disertai ungkapan yang mudah, bagusnya lafadz dan susunannya yang indah, sehingga pada keistimewaannya pada pembagian topik, memudahkan orang yang ingin tafaquh dalam agama Alloh Ta’ala, dari sisi penguasaan dan menghadirkannya.
Keistimewaan yang lainnya adalah sesuatu yang telah Alloh tetapkan untuk kitab ini, dari penerimaan. Engkau akan dapati para pencari ilmu dan ulama, dahulu dan sekarang, menerima kitab ini dengan mempelajari, mengajarkan, memahami, menghafalkannya, menjelaskan dan menerangkannya”. (Dar Ibnu Katsir cetakan keempat h. 5).
                Sebagi bukti lain tingginya kedudukan kitab matan Abi Suja di madzhab adalah dengan banyaknya Syarh, hawasyi dan nadzom kitab ini, diantaranya :
  1. Kifayatul Akhyar fi Hilli Ghooyatil Ikhtishoor, karya Abu Bakr bin Muhammad Al Husainiy Ad Dimasqiy rohimahulloh, wafat tahun 829 H.
  2. Fathul Qoriib al Mujiib fi Syarhi Alfaadzit Taqriib atau dengan judul Al Mukhtaar fi Syarhi Ghooyatil Ikhtishor, karya Al ‘Alaamah Asy Syaikh Muhammad bin Qosim al Ghaziy rohimahulloh, wafat tahun 918 H.
  3. Hasyiiyah As Syaikh Burhanuddin Ibrohim bin Muhammad bin Ahmad Al Birmaawiy rohimahulloh, wafat tahun 1106 H.
  4. Hasyiiyah As Syaikh Ibrohim bin Muhammad bin Ahmad Al Baijuuriy rohimahulloh, wafat tahun 1277 H.
  5. Taudiih Al Baijuuriy ‘ala Syarhi Ibni Qosim li Matni Abi Suja, lajnah ulama azhar, cetakan pertama tahun 1374  H (3 Jilid).
  6. Quutul Habiib al Ghoriib Tausyikh ‘ala Fathil Qorib al Habiib, karya Asy Syaikh Muhammad Nawawi bin Umar al Jaawiy rohimahulloh, wafat tahun 1315 H.
  7. An Nihaayah fi Syarhi Ghooyah, karya Asy Syaikh Abu Abdillah Muhammad Waliyuddin Al Bashiir rohimahulloh, wafat tahun 972 H.
  8. Al Iqnaa’ fi Hilli Alfaadzi Abi Suja, Asy Syaikh Muhammad Asyarbiiniy Al Khothiib rohimahulloh, wafat tahun 977 H.
  9. At Tahdziib fii Adillati Matnil Ghooyati wat Taqriib, karya Doktor Muthofaa Diibul Bigha hafidzohulloh wa saddada khthooh.
  10. Nihayatut Tadriib fi Nadzomi Ghooyati At Taqriib, karya Syarofuddin Yahya bin As Syaikh Nuruddin Musa bin Ramadhan Ibnu ‘Umairoh, yang terkenal dengan Al ‘Imrithiy, wafat tahun 890 H.
****
بسم الله الرحمن الرحيم
M U Q O D D I M A H  P E N U L I S 
Dengan nama Alloh Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
 Segala puji bagi Alloh Robb alam semesta, semoga sholawat Alloh senantiasa tercurah pada tuan kami; Nabi Muhammad, keluarganya yang suci dan seluruh sahabatnya.  Al Qodiy Abu Suja’ Ahmad bin Al Husain bin Ahmad Al Asfahaniy rohimahulloh Ta’ala berkata: Sebagian teman-temanku–semoga Allloh Ta’ala senantiasa menjaga mereka– memintaku untuk menulis ringkasan fiqih berdasar madzhab Imam Asy Syafi’I –semoga rahmat dan keridlhoan Alloh dilimpahkan kepada beliau- secara ringkas dan padat, supaya mudah dipelajari oleh pelajar dan mudah bagi pemula untuk menghafalnya, dan agar saya memperbanyak taqsimat (perincian yang diperlukan) dan supaya menetapkan ketetapan (dari wajib, mandzub dan selain keduanya) secara seksama. Karena mengharap pahala aku kabulkan permintaan tersebut, seraya berharap bimbingan di atas jalan kebenaran  kepada Alloh Ta’ala. Sesungguhnya Dia (Alloh Ta’ala) atas setiap yang dikehendakiNya Maha Mampu, dan (Dia Ta’ala) kepada para hambanya Maha Lembut lagi Maha Mengetahui.
****
 Kitab Toharoh
Macam-Macam Air
Air yang boleh bersuci dengannya ada tujuh macam:
  1. Air Langit
  2. Air Laut
  3. Air Sumur
  4. Air (yang keluar dari) Mata Air
  5. Air Salju
  6. Air Es
Kemudian air terbagi kepada empat macam :
  1. Suci lagi mensucikan tidak timakruhkan  menggunaannya, ia adalah air mutlaq.
  2. Suci lagi mensucikan (namun) dimakruhkan menggunakannya, ia adalah air musyamas (yang menjadi panas karena sinar matahari).
  3. Suci namun tidak mensucikan, ia adalah air musta’mal dan air yang telah berubah dengan sesuatu yang mencampurinya dari sesuatu (benda) yang suci.
  4. Air najis, ia adalah air yang telah tercampuri Najis; Dan ia (air tersebut) tidalah kurang dari dua dulah dtau dua kulah (tapi) berubah (karena najis tersebut). Dua kulah adalah : Kira-kira seukuran 500 liter Bagdad  menurut pendapat yang paling kuat.
 Pasal
Menerangkan Sesuatu Yang Suci Dengan Disamak.
Kulit bangkai suci dengan proses penyamakan kecuali kulit anjing, babi dan yang lahir dari keduanya atau dari salah satu dari keduanya. Tulang bangkai dan bulunya adalah najis kecuali (tulang dan rambut) manusia.
 Pasal
Menerangkan Penggunaan Bejana-Bejana
Dan tidak diperbolehkan menggunakan bejana-bejana yang terbuat dari emas dan perak. Dan diperbolehkan mempergunakan selain keduanya dari bejana-bejana.
 Pasal
Menerangakan Siwak
Siwak disunahkan pada setiap kondisi kecuali setelah tergelincirnya (matahari) bagi yang sedang berpuasa. Bersiwak pada tiga tempat sangatlah ditekankan sunnahnya :
  1. tatkala telah berubahnya mulut dari lamanya diam dan yang lainnya
  2. tatkala bangun dari tidur
  3. dan tatkala hendak menegakan sholat.
Pasal
Menerangkan Pardu Wudlhu dan Sunah-Sunahnya
Pardu wudlhu ada enam perkara
  1. Niat tatkala mencuci wajah
  2. Mencuci wajah
  3. Mencuci kedua tangan beserta kedua sikunya
  4. Mengusap sebagian kepala
  5. Mencuci kedua kaki beserta kedua mata kakinya
  6. Tartib sebagaimana kami telah menyebutkannya.
Sunah-sunahnya ada sepuluh :
  1. Membaca bismilah
  2. Mencuci dua telapak tangan sebelum memasukan keduanya ke bejana
  3. Kumur-kumur dan Menghirup air ke hidung dengan air yang baru
  4. Mengusap seluruh kepala
  5. Mengusap kedua telinga
  6. Mensela-sela jenggot yang lebat
  7. Mensela-sela jari jemari kedua tangan dan kedua kaki
  8. Mendahulukan yang kanan daripada yang kiri
  9. Mencuci dengan tiga kali-tiga kali
  10. Berkesinambungan/bersambung.
 Pasal
Tentang Istinja
 Istinja hukumnya wajib; Dari kencing dan berak. Yang paling utama istinja dengan batu kemudian air mengikutinya. (Dan) diperbolehkan untuk mencukupkan dengan air saja atau dengan menggunakan tiga batu; Yang bersih dengannya tempat (keluarnya kencing atau berak). Jika dia hendak mencukupkan dengan salah satu dari keduanya maka menggunakan air adalah lebih utama. Hendaknya meninggalkan (dari) menghadap dan membelakangi kiblat (tatkala melakukannya) di padang terbuka. Hendaknya tidak kencing dan berak di air yang menggenang, di bawah pohon yang berbuah, di jalan, di tempat berteduh, di lubang, tidak berbicara ketika kencing dan berak, tidak menghadap dan tidak membelakangi matahari dan bulan dan tidak istinja dengan tangan kanan.
Pasal
Tentang Pembatal-Pembatal Wudlhu
Dan yang membatalkan wudkhu ada enam macam :
  1. Dikarenakan ada sesuatu yang keluar dari dua jalan
  2. Tidur dengan posisi yang tidak kokoh di tanah tempat duduknya
  3. Hilang akal karena mabuk atau sakit
  4. Lelaki menyentuh perempuan dengan tanpa penghalang
  5. Menyentuh kemaluan manusia dengan telapak tangan
  6. Menyentuh lubang anusnya menurut pendapat yang baru (dari Imam Syafi’i).
Pasal
Tentang Yang Mewajibkan Mandi
Dan yang mewajibkan mandi ada enam perkara :
Tiga perkara yang leleki dan perempuan berserikat di dalamnya, ia adalah :
  1. Bertemunya dua khitan (jima)
  2. Keluarnya air mani
  3. Meninggal dunia
Dan tiga perkara yang wanita dikhususkan dengannya :
  1. Haid
  2. Nifas
  3. Melahirkan.
 Pasal
Tentang Wajib-Wajib Mandi dan Sunah-Sunahnya
Dan wajib-wajib mandi ada tiga :
  1. Niat
  2. Menghilangkan najis jika najis tersebut ada di badannya
  3. Menyampaikan air ke pangkal\akar rambut dan kulit
Sunah-sunahnya ada lima perkara :
  1. Membaca bismilah
  2. Mencucui tangan sebelum memasukan keduanya ke bejana dan berwudlhu sebelumnya (Baca : sebelum mandi).
  3. Menjalankan tangan ke seluruh badan
  4. Berkesinambungan/bersambung
  5. Mendahulukan yang kanan daripada yang kiri.
Pasal
Tentang Mandi-Mandi Yang Disunahkan
Dan mandi-mandi yang disunahkan ada tujuh belas macam mandi :
  1. Mandi Jum’at.
  2. Mandi pada dua hari raya.
  3. Tatkala akan sholat Istisqo.
  4. Ketika akan sholat khusuf ‘gerhana matahari’.
  5. Ketika akan sholat kushuf ‘gerhana bulan’.
  6. Mandi setelah memandikan mayit
  7. Mandi ketika seorang kafir masuk Islam
  8. Yang gila jika dia menjadi sembuh
  9. Orang yang pingsan jika sadar
  10. Mandi tatkala akan ihrom
  11. Mandi karena masuk Makkah
  12. Mandi karena akan wuquf di Arofah
  13. Dan bagi yang melempar yang tiga jumroh
  14. Mandi karena akan thowaf.
  15. Mandi karena akan melaksanakan sa’i.
  16. Mandi ketika akan memasuki kota Rosululloh r ‘Madinah’.

Pasal
Tentang Mengusap Kedua Khuf
Dan mengusap kedua khuf adalah diperbolehkan dengan sarat
  1. Hendaknya dia memakai keduanya setelah sempurnanya thoharoh
  2. Hendaknya kedua khuf tersebut menutupi tempat mencuci yang wajib, dari kedua telapak kaki.
  3. Hendaknya keduanya dari sesuatu yang mungkin mengikuti pejalan di atas keduanya.
Orang yang mukim mengusap (khuf) selama sehari semalam. Musafir mengusap (khuf) selama tiga hari beserta malam-malamnya. Awal lama(nya) dari mulai berhadats setelah memakai kedua khuf.
Jika dia mengusap pada waktu safar kemudian muqim atau mengusap ketika hadir kemudian safar maka dia telah menyempurnakan usapan mukim.
Mengusap (khuf) menjadi batal dengan tiga perkara :
  1. Dia melepaskan keduanya
  2. Habisnya masa (diperbolehkannya mengusap)
  3. Segala sesuatu yang mewajibkan mandi.
Pasal
Tentang Tayamum
Dan sarat-sarat tayamum ada lima perkara :
  1. Adanya kesulitan karena berpergian atau sakit
  2. Masuknya waktu sholat.
  3. Mencari air.
  4. Tidak bisa mempergunakannya dan membutuhkannya setelah mendapatkannya.
  5. Tanah yang suci lagi berdebu. Jika debu tersebut tercampur batu atau kerikil maka tidak mencukupi.
Fardlhu tayamum ada empat perkara :
  1. Niat.
  2. Menyapu wajah.
  3. Menyapu kedua tangan beserta kedua sikunya.
  4. Tertib secara berurutan.
Sedangkan sunnahnya ada tiga :
  1. Membaca bismillah.
  2. Mendahulukan tangan kanan dari pada tangan yang kiri.
  3. Dan Bersambung.
Dan Yang membatalkan tayamum ada tiga pula :
  1. Setiap yang membatalkan wudlhu.
  2. Melihat air pada saat tidak sedang sholat.
  3. Murtad.
Orang yang pada anggota badannya terdapat pembalut maka ia mengusapnya dan tayamum kemudian sholat. Dan tidak wajib mengulanginya dia jika memasangnya ketika suci.
Hendaknya tayamum setiap akan melaksanakan sholat wajib, dan boleh melaksanakan berbagai sholat sunat dengan satu tayamum.
Pasal “Tentang Berbagai Najis dan Cara Menghilangkannya”.
Setiap benda cair yang keluar dari dua jalan maka hukumnya najis, kecuali air mani.
Mencuci seluruh jenis air kencing dan peces hukumnya wajib, kecuali air kencing bayi laki-laki yang belum memakan makanan lain, maka ia disucikan dengan cara mencipratinya dengan air, demikian berbeda dengan air kencing bayi perempuan.
Segala jenis yang najis tidaklah dima’afkan, kecuali sedikit darah dan nanah serta hewan yang tidak memiliki darah yang mengalir jika jatuh ke dalam bejana dan mati di dalamnya.
Seluruh jenis hewan suci, kecuali anjing dan babi, serta yang terlahir dari keduanya atau dari salah satunya.
Seluruh jenis bangkai hukumnya najis kecuali bangkai ikan, belalang dan manusia.
Seluruh jenis bejana wajib di cuci sebanyak tujuh kali karena jilatan anjing dan babi, salah sataunya dicampur dengan tanah.
Adapun najis-najis yang lainnya maka cukup sekali cucian, tapi jika berulang sampai tiga kali lebih utama. 
Jika arak berubah menjadi cuka dengan sendirinya maka menjadi suci. Adapun jika berubah dikarenakan suatu zat yang dimasukan kedalam arak tersebut maka tidaklah suci ‘najis’. 
Pasal ‘Tentang Penjelasan Hukum Haid, Nifas dan Istihadlhoh
            Darah yang keluar dari kemaluan ada tiga :
  1. Darah haidh.
  2. Darah nifas.
  3. Darah istihadlhoh.
            Darah haid adalah darah yang keluar dari kemaluan perempuan yang sedang dalam kondisi sehat, tidak dikarenakan melahirkan. Warnanya hitam kemereh-merehan dan panas.
            Nifas adalah darah yang keluar setelah melahirkan.
Istihadloh adalah darah yang keluar tidak pada hari-hari haid dan nifas.
Haid paling sedikitnya sehari semalam, paling banyaknya lima belas hari. Sedangkan keumumannya selama enam atau tujuh hari.
Nifas paling sedikitnya sekejap, paling banyaknya enam puluh hari. Sedangkan keumumannya selama empat puluh hari.
Paling sedikitnya suci antara dua haid adalah lima belas hari, dan tidak ada batasan paling banyaknya.
Usia termuda perempuan dalam haidh adalah pada umur sembilan tahun.
Masa hamil sekurang-kurangnya enam bulan, paling lamanya empat tahun, sedangkan pada keumumannya selama sembilan bulan.
Bagi perempuan yang sedang haid dan nifas diharamkan delapan perkara :
  1. Sholat.
  2. Shaum.
  3. Membaca al-Qur’an.
  4. Menyentuh mushaf al-Qur’an dan membawanya.
  5. Masuk Masjid.
  6. Thowaf.
  7. Bersetubuh
  8. Dan bersenang-senang dengan sesuatu yang ada diantara pusar dan lutut.
            Diharamkan bagi yang sedang junub lima perkara :
  1. Sholat.
  2. Membaca al-Qur’an.
  3. Menyentuh mushaf dan membawanya.
  4. Thowaf.
  5. Berdiam diri di masjid.
Bagi yang berhadats diharamkan tiga perkara :
  1. Sholat.
  2. Thowaf.
  3. Dan menyentuh mushaf serta membawanya.


Terjemah Fiqih Kitab at-Taqrib Matan Abi Syuja (2) [KITAB SHALAT]
Kitab Sholat
Tentang Waktu-Waktu Sholat
Sholat wajib ada lima :
Dzuhur : Awal waktunya mulai tergelincir matahari, dan akhirnya jika bayangan sesuatu sama panjang dengan bendanya selain bayangan waktu zawal.
Ashar : Permulaan waktunya adalah bila bayangan – pada akhir waktu dzuhur – bertambah panjang dari benda aslinya. Adapun akhir waktu ikhtiyar sampai bayangan dua kali lipat, sedangkan watu jawaz sampai terbenamnya matahari.
Maghrib : Waktunya hanya satu, yaitu dari mulai terbenamnya matahari sampai hilangnya lembayaung merah.
Isa : Permulaan waktunya jika lembayung merah telah hilang, akhir waktu ikhtiyar sampai sepertiga malam, adapun waktu jawaz sampai terbitnya fajar yang kedua.
Shubuh : Permulaan waktunya mulai terbitnya fajar kedua, sedangkan akhir waktu ikhtiyarnya sampai isfiror. Adapun akhir waktu jawaz sampai terbitnya matahari.
Pasal ‘Tentang Syarat Wajib Sholat’.
Syarat wajib sholat ada tiga hal : Islam, baligh dan berakal, ia adalah taklif.
Pasal ‘Tentang Sholat-Sholat Sunnah dan Rowatib’.
Sholat yang sunnah ada lima :
  1.  Dua hari raya,
  2. dua khusuf
  3. dan istisqo.
Sholat sunnah yang mengikuti sholat fardu ada tujuh belas roka’at :
  1. Dua roka’at fajar ‘sholat sunnah qobliyah subuh’.
  2. Empat roka’at sebelum dzuhur.
  3. Dua roka’at sesudahnya.
  4. Empat roka’at sebelum ashar.
  5. Dua roka’at sebelum maghrib.
  6. Tiga roka’at setelah sholat isa, berwitir dengan salah satunya.
Tiga sholat sunnah sangat ditekankan :
  1. Sholat malam.
  2. Sholat duha.
  3. Sholat tarawih.
Pasal ‘Tentang Syarat Sholat’.
Syarat sholat sebelum pelaksanaannya ada lima :
  1. Sucinya anggota badan dari hadats dan najis.
  2. Menutup aurat dengan baju yang suci.
  3. Berdiri di tempat yang suci.
  4. Mengetahui telah masuknya waktu sholat.
  5. Menghadap qiblat.
Pasal ‘Rukun Sholat dan Sunah-Sunnahnya’.
Rukun-rukun sholat ada delapan belas rukun :
  1.  Niat.
  2. Bediri jika mampu
  3. Takbirotul ihrom
  4. Membaca surat al-Fatihah, dan bismillah merupakan bagian darinya.
  5. Ruku’
  6. dan tu’maninah di dalamnya.
  7. I’tidal
  8. dan tu’maninah di dalamnya.
  9. Sujud
  10. dan tu;maninah di dalamnya.
  11. Duduk diantara dua sujud
  12. dan tu’maninah di dalamnya.
  13. Duduk yang akhir.
  14. Membaca tasyahud.
  15.  pada sa’at duduk akhir.rMembaca shoawat kepada nabi
  16. Salam yang pertama
  17. Niat keluar dari sholat
  18. Teartib dalam rukun yang telah kami sebutkan di atas.
Sunah-sunnahnya sebelum memasuki sholat ada dua :
  1. Adzan.
  2. Dan Iqomah.
Adapun setelah memasukinya ada dua pula :
  1. Tasyahud awal
  2. Qunut dalam sholat shubuh dan witir pada setengah yang kedua dari bulan Romadhon.
Sunnah haiyah ada lima belas bagian :
  1. Mengangkat kedua tangan tatkala takbirotul ihrom, hendak ruku dan bangun dari ruku.
  2. Meletakan tangan kanan di atas tangan kiri.
  3. Membacado’a tawajjuh ‘do’a iftitah’.
  4. Membaca isti’adzah.
  5. Mengeraskan suara padatempatnya.
  6. Memelankannya pula padatempatnya.
  7. Membaca amin.
  8. Membaca surat setelah membaca surat al-Fatihah.
  9. Bertakbir tatkala merunduk dan bangkit.
  10. Ungkapan : sami’allohu liman hamidah robbana lakal hamdu.
  11. Bertasbih tatkala ruku dan sujud.
  12. Meletakan kedua tangan di atas kedua paha tatkala duduk, demikian dengan membentangkan tangan kiri dan menggenggamkan yang kanan, kecuali telunjuk. Karena dia berisyarat tatkala membaca syahadat.
  13. Duduk iftirosy pada seluruh duduk.
  14. Dan duduk tawaruk pada duduk yang terakhir.
  15. Salam yang kedua.
Pasal Tentang Perkara-Perkara Yang Perempuan Menyelisihi
Laki-Laki Di Dalam Shalat
Perempuan menyelishi laki-laki dalam lima hal :
  1. Laki-laki merenggangkan kedua sikunya dari kedua lambungnya”
  2. (laki-laki) mengangkat perutnya dari kedua pahanya kala ruku dan sujud
  3. (laki-laki) Mengeraskan bacaan pada tempat-tempat jahr
  4. (laki-laki) jika memperingatkan sesuatu di dalam shalat maka bertasbih
  5. Dan auratnya antara pusar dan lututnya.
Dan perempuan merapatkan antar bagiandengan bagian yang lainnya, merendahkan bacaannya ketika ada laki-laki ajanib, jika memperingatkan sesuatu dalam shalat maka menepukan tangan, seluruh tubuh perempuan merdeka merupakan aurat di dalam shalat kecuali wajahnya dan kedua telapak tangannya, dan aurat budak perempuan
seperti aurat laki-laki dalam shalat.
Pasal Tentang Pembatal-Pembatal Shalat
Dan yang membatlkan sholat ada sebelas macam :
  1. Berbicara yang sengaja
  2. Melakukan gerakan yang banyak yang berturut-turut.
  3. Hadas
  4. Tiba-tiba terkena najis
  5. Tersingkapnya aurat
  6. Berubahnya niat
  7. Membelakangi kiblat
  8. Makan
  9. Minum
  10. Ketawa
  11. Dan riddah.
Pasal Tentang Jumlah Raka’at Shalat
Rakaat shalat fardu ada tujuh belas raka’at : Dan dalam shalat itu sendiri ada tujuh belas ruku, tigapuluh empat sujud, sembilan puluh empat kali takbir, sembilan kali tasyahud, sepuluh salam, seratus limapuluh tiga tasbih. Dan jumlah rukun dalam shalat ada duaratus tigapuluh empat rukun, dan dalam shalat yang empat rakaat ada limapuluh empat rukun. Barangsiapa tidak mampu berdiri dalam shalat fardu maka shalat sambil duduk, dan barangsiapa ridak mampu sambil duduk maka sambil berbaring. Dan jika tidak mampu dari itu maka shalat dengan isyarat, dan jika tidak mampu dengan isyarat maka shalat dengan penglihatannya seraya niat dengan hatinya.
Pasal Tentang Sujud Sahwi
Dan yang ditinggalkan dari shalat adal tiga perkara :
  1. Fardu
  2. Sunah haiat
  3. Dan sunah.
Fardu tidak terganti dengan sujud sahwi, bahkan jika mengingatnya dan waktunya berdekatan maka dia kembali ke yang tertingggal itu dan meneruskan shalat (yang masih tersisia) dan sujud sahwi.
Sunah : Tidak kembali pada yang tertinggal tersebut setelah berganti dengan fardu, akan tetapi sujud untuk sahwi dari yang tertinggal itu.
Al Haiat : Tidak kembali padanya setelah tertinggal darinya dan tidak sujud sahwi dari yang tertinggal itu.
Dan jika ragu dalam bilangan yang telah dikerjakan dari rakaat, maka dibangun di atas keyakinan (dan ia yang paling sedikit), dan sujud sahwi.
Sujud sahwi sunah dan pelaksanannya sebelum salam.
Pasal Tentang Waktu-Waktu Yang Diharamkan Shalat
Pada Waktu Tersebut
Ada lima waktu yang tidak boleh shalat pada waktu-waktu tersebut kecuali shalat yang memiliki sebab :
  1. Shalat subuh hingga terbitnya marahari.
  2. Ketika terbit matahari hingga sempurna dan naik seukuran tombak.
  3. Ketika matahari tegak lurus hingga bergeser.
  4. Setelah shalat Asar sampai terbenamnya matahari
  5. Dan ketika terbenam matahari hingga sempurna terbenamnya.
Pasal Tentang Shalat Berjama’ah
Shalat (fardu) berjama’ah sunnah muakad, makmum wajib niat mengikuti imam adapun imam (tidak wajib niat menjadi imam).
Boleh seorang yang merdeka bermakmum pada budak/hamba sahaya. Dan yang sudah baligh pada anak yang belum baligh. Dan tidak sah bermakmumnya seorang lelaki pada perempuan, dan tidak pula seorang qaari pada seorang yang buta huruf. Dan ditempat manapun seorang makmum shalat di dalam masjid dengan shalatnya imam, dia tahu dengan shalatnya imam maka tealah mencukupinya selama tempat dia tidak lebih depan dari imam. Dan jika makmum shalat di luar masjid, dekat dengan masjid tersebut, dia mengetahui shalatnya imam, dan tidak ada penghalang disana maka boleh, batas dekat antara keduanya kira-kira tigaratus dzira.
Pasal Tentang Shalat Musafir
Bagi seorang musafir boleh mengqosor (meringkas) shalat yang empat raka’at dengan lima syarat :
  1. Safarnya bukan dalam rangka maksiat.
  2. Hendaknya jaraknya enambelas farsakh
  3. Hendaknya shalat tersebut adaan (bukan mengqodo)
  4. Berniat mengqosor bersamaan dengan takbirotul ihram.
  5. Dan hendaknya menyempurnakan.
Dan bagi musafir boleh menjama’ antara shalat dzuhur dan ashar di salah satu waktu keduanya, dan antara shalat magrib dan isya disalah satu waktu dari keduanya yang dia kehendaki. Dan bagi yang sedang hadir (tidak berfergian) ketika turun hujan boleh menjama’ keduanya di waktu pertama dari salah satu shalat tersebut.
Pasal Tentang Shalat Jum’at
Syarat wajib shalat jum’at ada tujuh perkara :
  1. Islam
  2.  Baligh
  3. Berakal
  4. Merdeka
  5. Laki-laki
  6. Sehat
  7. Dan menetap
Dan syarat sah mengerjakan shalat Jum’at ada tiga :
  1. Dilaksanakan dikota atau desa.
  2. yang shalat Jum’at 40 orang dari ahli Jum’at.
  3. Dan hendaknya waktu itu tersisa.
Maka jika telah keluar waktu atau syaratnya tidak terpenuhi maka dilaksanakan shalat dzuhur.
Dan fardu Jum’ah ada tiga :
  1. Dua khutbah sambil berdiri
  2. Duduk diantara dua khutbah
  3. Dan shalat dua raka’at dengan berjama’ah.
Disunnahkan untuk diam ketika khutbah, dan barangsiapa masuk masjid dan imam sedang berkhutbah maka hendaknya dia shalat dua rakaa’at secara ringan kemudian duduk.
Pasal Tentang Shalat I’dain
Hukum shalat ‘idain sunah mu’akad, ia dua raka’at, pada raka’at pertama bertakbir sebanyak tujuh kali selain takbiratul ihram, dan pada raka’at kedua lima kali selain takbiratul ketika akan berdiri, dan setelahnya dua khutbah, pada khutbah pertama sembilan kali dan pada khutbah yang kedua tujuh kali.
Bertakbir dari tenggelamnya matahari dari malam ‘ied sampai imam masuk untuk shalat, dan pada iedul adha bertakbir setiap setelah shalat fardu, dimulai dari shubuh hari ‘Arafah sampai Ashar diakhir hari tasyriq.
Pasal Shalat Kususf (Gerhana Matahari) dan Khususf (Gerhana Bulan)
Shalat khusuf sunnah mu’akad (ditekankan), jika terluput maka tidak diqodo. Dan shalat untuk kusuf matahari dan shalat untuk khusuf bulan itu dua raka’at, dan pada tiap raka’at ada ada dua berdiri dengan dua bacaan yang panjang pada kedua berdiri tersebut dan dua ruku dengan tasbih yang panjang pada keduanya, adapun sujud tidaklah panjang, dan setelahnya khutbah dengan dua khutbah. Bacaan sir (pelan) dalam kusuf matahari dan dengan bacaan jahr (keras) ketika khusuf bulan.
Pasal Tentang Shalat Istisqo
Shalat istisqo disunahkan, maka imam memerintahkan masyarakat untuk bertaubat, bershdaqoh, keluar dari kedzaliman, berbuat baik pada musuh dan puasa tiga hari, kemudian imam keluar bersama mereka pada hari yang keempat dengan menggunakan baju yang lusuh seraya berjalan dengan khusu lagi merasa hina, dan kemudian imam shalat dua raka’at dengan mereka seperti shalat ‘iedain, kemudian berkhutbah setelah shalat dua rakaat tersebut, dan hendaknya khatib memindahkan posisi selendangnya dari arah sebelah kanan ke arah sebelah kirinya, dan menjadikan bagian atasnya menjadi bawahnya dan bawahnya menjadi sebelah atasnya, dan memperbanyak do’a dengan doa’ Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu do’a : Ya Allah, jadikanlah hujan tersebut hujan rahmat, dan janganlah Engkau menjadikannya hujan tersebut sebagai siksa, kehancuran dan bala, serta bukan pula hujan yang menenggelamkan, Ya Allah jadikanlah hujan tersebut di tempat-tempat yang tinggi dan rendah, di tempat tumbuhnya pohon dan di lembah-lembah, Ya Allah, jadikanlah hujan tersebut disekitar kami dan bukan yang menghancurkan kami, Ya Allah, turunkanlah hujan yang memberikan pertolongan, mengenakan, memudahkan , tawar, lagi selamanya hingga hari pembalasan. Ya Allah, berilah kami hujan dan janganlah Engkau menjadikan kami manusia-manusia yang berputus asa. Ya Allah, sesungguhnya banyak penduduk dan wilayah dalam kepayahan, kelaparan dan kesempitan. Yang kami tidaklah mengadu kecuali kepadaMu. Ya Allah, tumbuhkankanlah bagi kami tanaman-tanaman, suburkan bagi kami susu, turunkanlah bagi kami keberkahan dari langit, dan tumbuhkan pula bagi kami dari keberkahan bumi, dan hilangkanlah bencana yang menimpa kami, yang tidak ada (yang mampu) menghilangkannya selainMu. Ya Allah, kami memohon ampunan Mu, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, maka turunkanlah hujan kepada kami dengan lebat.
Dan hendaknya mandi ketika hujan turun di lembah-lembah, dan bertasbih ketika ada guntur dan kilat.
Pasal Tentang Shalat Khauf
Shalat khauf ada tiga bentuk :
Pertama : Ketika musuh bukan di arah kiblat, maka imam membagi pasukan pada dua kelompok, satu kelompok berdiri menghadap musuh dan satu kelompok lainnya debelakang imam. Maka imam shalat dengan satu kelompok yang ada di belakangnya satu raka’at, kemudian anggota kelompok tersebut menyempurnakannya masing-masing dan selanjutnya berlalu menghadap musuh, dan datanglah kelompok lainnya, maka imam shalat bersama mereka satu raka’at, kemudian kelompok yang terakhir ini menyempurnakannya masing-masing dan akhirnya imam salam bersama mereka.
Kedua : Musuh ada di arah kiblat, maka imam mengatur shaf mereka menjadi dua shaf, imam takbiratul ihram dengan mereka, jika imam sujud maka sujud bersamanya satu shaf dan shaf yang lainnya berdiri menjaga mereka, jika imam telah bangkit maka mereka sujud menyusulnya.
Ketiga : Ketika sangat takut dan berkecamuknya perang, maka shalat dengan cara yang paling memungkinkan, sembari berjalan atau berkendaraan, baik menghadap kiblat atau pun tidak menghadap padanya.
Pasal Tentang Pakaian
Laki-laki haram memakai pakian dari bahan sutra dan bercincin dengan emas, dan halal bagi perempuan. Sedikit dan banyaknya sama dalam keharamannya. Jika sebagian baju dari bahan sutra dan sebagiannya dari kapas atau katun, maka boleh memakainya selama sutranya bukan yang mendominasi.
Pasal Tentang Penjelasan Hukum-Hukum Pengurusan Mayit
dan Yang Berkaitan Dengannya.
Dan empat perkara yang wajib berkenaan dengan mayit :
  1. Memandikannya
  2. Mengkafaninya.
  3. Menshalatinya
  4. Dan menguburkannya.
Dua jenis mayit yang tidak dimandikan dan tidak pula dishalati :
  1. Syahid di peperangan dengan musyrikin
  2. Bayi yang jatuh (keguguran) yang tidak sempat bersuara keras.
Mayit dimandikan secara witir (ganjil), pada siraman pertamanya menggunakan bidara dan pada siramann yang terakhir sesuatu dari kafur barus.
Mayit dikafani dengan tiga lapis kain putih, qomis dan imamah tidak termasuk yang tiga lapis itu. Dan perempuan dengan lima lapis kain putih.
Dan bertakbir atasnya dengan empat kali takbir : Setelah takbir pertama membaca al Faihah, setelah takbir kedua bersholawat atas Nabi sholallohu ‘alaihi wa sallam, dan mendo’akan mayit setelah takbir yang ketiga, dia mengatakan : Ya Allah ini dia hambaMu dan anak dari dua hambaMu, telah keluar dari kesenangan dan keluasan dunia, serta keluar dari yang dicintainya dan pencintanya menuju kegelapan kubur dan sesuatu yang dia akan menjumpainya. Dia telah bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang benar selainMu saja, yang tidak ada sekutu bagiMu, dan dia pun bersaksi bahwa Muhammad merupakan hamba dan utusanMu. Engkau lebih mengetahui tentangnya daripada kami. Ya Allah, sesungghnya mayit ini menghadap kepadaMu dan Engkau sebaik-baik yang diharapkan. Mayit ini membuthkan rahmatMu, dan Engkau Maha Kaya dari menyiksanya. Sungguh kami mendatangiMu dengan penuh kecintaan padamu supaya ada kebaikan baginya. Ya Allah, jika si mayit termasuk orang yang baik, maka tambahilah kebaikannya, dan jika dia orang yang berbuat kesalahan maka ampunilah kesalahannya, dan pertemukanlah dia dengan rahmat dan keridloanMu, serta selamatkanlah dia dari fitnah kubur dan siksanya, luaskanlah kuburnya, dan renggangkanlah bumi dari kedua lambungnya, pertemukanlah dia dengan rahmatMu, keamanan dari siksaMu, sehingga Engkau bangkitkan dia dalam keadaan aman menuju surgaMu Ya Arhamaraahimiin.
 Dan setelah takbir yang keempat membaca : Ya Allah, janganlag Engkau haramkan bagi kami pahalanya, dan janganlah Engkau menguji kami sepeninggalnya, ampunilah kami dan dia. Dan kemudian salam setelah takbir yang keempat.
Dan dikebumikan di dalam liang lahat menghadap kiblat, dan dijalankan (dimulai [dengan memasukan]) kepalanya dengan lembut/pelan-pelan. Dan orang yang memasukannya di liang lahat membaca : “Dengan nama Allah dan di atas agama Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam”, mayit diletakan/dikebumikan setelah didalamkan kuburan seukuran berdirinya seseorang dan sebentangan tanganya (itu kira-kira seukuran empat hasta setengah), meratakan kubur dan tidak membangun bangunan di atasnya, dan tidak mengecatnya. Tidak mengapa dengan menangis atas mayit dengan tanpa mengeraskan suara dan merobek baju. Kelarga yang ditinggal dita’ziahi sampai tiga hari setelah penguburannya.
Dan tidaklah dikuburkan dua orang dalam satu kuburan kecuali bila ada keperluan.


Terjemah Fiqih Kitab at-Taqrib Matan Abi Syuja (3) [ KITAB ZAKAT ]
KITAB ZAKAT
Zakat wajib dalam lima perkara, yaitu : Binatang ternak, atsman, hasil pertanian,  buah-buahan dan harta dagangan.
Adapun binatang maka wajibnya zakat dalam tiga jenis hewan, yaitu : Unta, sapi, dan kambing. Syarat wajib zakatnya ada enam perkara : Islam, merdeka, kepemilikan yang sempurna, nishob, haul dan digembalakan.
Adapun atsman ada dua macam : Emas dan perak . Syarat wajib zakatnya ada lima perkara : Islam, merdeka, kepemilikan yang sempurna, nishab dan haul.

Adapun zakat tanaman maka wajibnya zakat dengan tiga syarat : Jenis tanaman yang ditanam  oleh manusia, mekanan pokok yang bisa tahan lama disimpan, telah nishob.
Adapun tsamar/buah-buahan maka zakatnya wajib dalam dalam dua jenis buah : Buah kurma dan buah anggur. Dan syarat wajib zakatnya ada empat perkara : Islam, merdeka, kepemilikan yang sempurna, dan nishab.
Adapun barang dagangan maka wajib zakatnya dengan syarat-syarat yang disebutkan dalam zakat  atsman (emas dan perak).
Pasal Tentang Zakat Unta
Permulaan nishob Unta adalah lima ekor, dan zakatnya satu ekor kambing.
Dan untuk sepuluh ekor Unta zakatnya dua ekor kambing.
Dan untuk lima belas unta zakatnya tiga ekor kambing.
Dan untuk duapuluh ekor unta zakatnya empat ekor kambing.
Dan untuk duapuluh lima ekor unta zakatnya unta bintu makhod.
Dan untu tigapuluh enam ekor unta zakatnya dengan bintu labun.
Dan untuk empat puluh enam ekor unta zakatnya dengan hiqqoh.
Dan untuk enampuluh satu ekor unta zakatnya dengan jada’ah.
Dan untuk tujuhpuluh enam unta zakatnya dengan dua ekor bintu labun.
Dan untuk sembilanpuluh satu unta zakatnya dengan dua ekor hiqqoh,
Dan untuk seratus duapuluh satu ekor unta zakatnya dengan tiga ekor bintu labun.
Dan bagi setiap empat puluh  zakatnya bintu labun.
Dan bagi setiap limapuluh ekor maka zakatnya hiqqoh.
Pasal Tentang Zakat Sapi
 Permulan nishob sapi tigapuluh ekor sapi, dan zakatnya tabi’. Dan dalam empatpuluh ekor zakatya musinnah. Maka atas ini analogikanlah.
Pasal Tentang Zakat Kaming.
Permulaan nishab kambing adalah empatpuluh ekor, dan zakatnya satu ekor kambing yang berusia genap enam bulan (jada’ah) atau satu ekor domba yang genap berusia satu tahun (tsaniyah).
Dan dalam jumlah seratus dua puluh satu ekor  kambing, zakatnya dua ekor kambing.
Dan dalam jumlah duaratus satu, zakatnya tiga ekor kambing.
Dan dalam jumlah empatratus, zakatnya empat ekor kambing.
Kemudian setiap bertambah seratu, zakatnya satu ekor kambing.
Pasal Tentang Zakat Yang Berserikat
Dua orang yang berserikat keduanya mengeluarkan zakat dengan zakat satu orang dengan tujuh syarat :
  1. Bila tempat bermalamnya satu.
  2. Jika tempat istirahatnya satu.
  3. Tempat menggembalanya satu.
  4. Pejantannya satu.
  5. Tempat minumnya satu.
  6. Pemeras air susunya satu.
  7. Dan tempat pemerasan susunya satu.
Pasal Tentang Zakat Emas dan Perak
 Nishob emas adalah 20 mitsqol, dan zakatnya 1/40 (2,5 %), (ia adalah setengah mitsqol, dan bila bertambah maka dengan hitungannya).
Dan nishob perak adalah duaratus dirham, dan zakatnya 1/40 (2,5%), i(a adalah lima dirham, dan bila bertambah maka dengan hitungannya).  Dan tidak ada zakat bagi perhiasan yang diperbolehkan.
Pasal Tentang Zakat Pertanian dan Buah-Buahan
Nisob pertanian dan buah-buahan adalah lima wasaq (ia adalah seribu enamratus liter iraq), dan bila bertambah maka dengan hitungannya. Dan zakatnya jika tadah hujan atau yang mengalir diatas bumi (seperti sisa banjir-penj)  adalah sepersepuluh. Dan bila diairi dengan alat yang diputar oleh hewan atau disiram dengan pembiayaan maka seperlima.
Pasal Tentang Zakat Harta Perdagangan
Zakat harta dagangan dilaksanakan di akhir haul dengan sesuatu yang dibelinya. Dan dikeluarkan dari itu 1/40.
Dan yang dikeluarkan dari tambang emas dan perak dikeluarkan (jika telah sampai nishob -penj)  1/40 darinya ketika itu juga.
Dan yang ditemukan dari rikaz (harta terpendam) maka zakatnya 1/5 seketika itu juga.
Bab Tentang Zakat Fitrah
Zakat fitrah wajib dengan sebab tiga perkara :
  1.  Islam
  2. Tenggelamnya matahari di akhir bulan Ramadhan.
  3. Adanya kelebihan dari makanan pokoknya dan makanan pokok keluarganya pada hari itu.
Dan menzakati dirinya dan orang-orang yang wajib ia nafakahi dari orang-orang muslim sebanyak  satu sho dari makanan negrinya. Ukurannya lima liter dan sepertiga (5,1/3)  negri Irak.
Pasal Tentang Pembagian Zakat
Zakat diberikan kepada delapan golongan yang Allah Ta’ala sebutkan dalam kitabnya yang mulia, dalam firmanNya Ta’ala : “Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk  orang-orang faqir, miskin, pengurus zakat (amilin) , orang-orang yang diharapkan kelembutan hatinya, riqob  orang yang berhutang di jalan Allah (gharimin), dan yang sedang dalam perjalanan (ibnu sabil).
Dan kepada orang-orang yang ditemukan dari mereka, minimalnya tiga orang dari setiap golongan kecuali pengurus zakat.
Lima kelompok manusia tidak boleh diberikan zakat kepada mereka : Orang kaya dengan harta atau pekerjaan, budak, bani Hasyim, bani Muthalib dan kafir.
Orang yang wajib dinafakahi oleh muzaki (orang yang berzakat) maka zakat tidak diberikan kepada mereka dengan nama faqir dan miskin, dan boleh karena dia orang yang sedang berperang dan berhutang (gharimin).